Skandal 'Partygate,' PM Inggris Didesak untuk Mundur

Boris Johnson tolak desakan mengundurkan diri

Jakarta, IDN Times - Memasuki tahun 2022, gejolak politik dalam negeri Inggris terasa semakin keras. Perdana Menteri (PM) Inggris Boris Johnson mendapat desakan dari oposisi untuk meninggalkan jabatannya. Tapi sejauh ini Boris menolak desakan itu.

Alasan utama kelompok oposisi meminta Boris mundur dari jabatan PM, karena dia dan beberapa orang penting dalam pemerintahannya terlibat skandal partygate, yaitu membuat atau menghadiri pesta di gedung pemerintahan. Beberapa di antaranya di kantor PM, yakni di Downing Street.

Ironisnya, beberapa pesta itu diadakan ketika pemerintah Inggris saat itu sedang menerapkan penguncian virus corona dan acara semacam itu dilarang. Salah satu pesta bahkan dilakukan ketika Inggris berkabung, yakni menjelang pemakaman suami Ratu Elizabeth.

Sejauh ini, penyelidikan tentang pelanggaran di Downing Street telah diselidiki oleh parlemen yang dipimpin oleh Sue Gray. Tapi baru-baru ini, polisi Inggris telah membuka sendiri penyelidikan tentang dugaan pelanggaran tersebut, yang berarti memberikan tekanan lebih kuat terhadap PM Boris dan kabinetnya.

1. PM Boris Johnson akan publikasikan hasil penyelidikan 'partygate' secara penuh

Skandal 'Partygate,' PM Inggris Didesak untuk MundurPM Inggris Boris Johnson (tengah) (Twitter.com/UK Prime Minister)

Ada 13 pesta dalam skandal partygate yang diduga dilakukan oleh staf dan pejabat tinggi kabinet PM Boris Johnson. Dari jumlah itu, sebagian besar dilakukan di kantor PM yakni di Downing Street No. 10.

Skandal itu telah menciptakan ketegangan antara kelompok oposisi dan pemerintah, juga ketegangan di antara partai konservatif sendiri. Hal itu karena, partygate dilakukan ketika pemerintah melakukan penguncian akibat virus corona pada tahun 2020, dan acara pesta semacam itu tidak diperbolehkan.

Pejabat senior Sue Gray telah memimpin penyelidikan atas dugaan pelanggaran pesta itu tapi sampai saat ini belum merilis laporannya.

PM Boris berjanji akan menerbitkan laporan itu secara penuh ketika sudah menerimanya. Dilansir Al Jazeera, dia mengatakan kepada parlemen "ketika saya menerimanya (laporan penyelidikan), tentu saja, saya akan melakukan persis seperti yang saya katakan (yaitu mempublikasikannya)."

Dari beberapa pesta yang digelar di Downing Street ketika penguncian virus corona berlangsung, PM dan stafnya dianggap melanggar pembatasan yang diberlakukan oleh aturan mereka sendiri.

Bocornya skandal partygate itu telahmenyebabkan kemarahan publik. Saat itu pada tahun 2020, banyak warga Inggris yang tidak bisa hadir mengucapkan sekedar salam perpisahan dalam pemakaman saudaranya yang meninggal disebabkan infeksi COVID-19 karena aturan pembatasan, tapi justru pejabat di Downing Street menggelar acara pesta.

2. PM Boris menolak desakan untuk mengundurkan diri

Baca Juga: Diduga Pesta Natal Saat Lockdown, Boris Johnson Dikecam

Sejak skandal partygate bocor pada akhir tahun 2021, desakan agar PM Boris Johnson mundur dari jabatannya mulai beredar di masyarakat, khususnya dari kelompok oposisi. Beberapa anggota parlemen Konservatif, kelompok yang mendukung Boris jadi PM, bahkan juga ada yang memintanya untuk mengundurkan diri.

Pada hari Rabu (26/1/22) ketika PM Boris hadir dalam pertemuan mingguan di Parlemen Inggris, dia sekali lagi mendapatkan desakan agar mundur dari jabatannya. Desakan itu dilakukan oleh oposisi, yakni Partai Buruh.

Dilansir Reuters, Keir Starmer pemimpin Partai Buruh dalam pertemuan itu bertanya kepada Boris berdasarkan undang-undang menteri, dengan sengaja menyesatkan parlemen harus menawarkan pengunduran diri. Boris mengiyakan hal itu.

Tapi ketika Starmer kemudian bertanya "apakah kamu sekarang akan mengundurkan diri?", PM Boris menjawab "tidak."

3. Isu mosi tidak percaya untuk menggulingkan PM Boris

Skandal 'Partygate,' PM Inggris Didesak untuk MundurBoris Johnson (tengah) (Twitter.com/UK Prime Minister)

Penyelidikan skandal partygate yang dilakukan oleh Sue Gray, pejabat senior pegawai negeri Inggris, diperkirakan hampir rampung dan sebentar lagi akan dirilis. Tapi baru-baru ini Kepolisian Metropolital London mengatakan bahwa sejumlah peristiwa dalam skandal tersebut memenuhi kriteria kepolisian untuk melakukan penyelidikan.

Jadi kasus tersebut saat ini juga tengah diselidiki oleh polisi. Ini menjadi pukulan lain untuk PM Boris Johnson dan kabinetnya. 

PM Boris Johnson adalah pemimpin Inggris yang didukung oleh partai Konservatif, mendapatkan dukungan suara terbesar sejak 30 tahun terakhir. Tapi skandal partygate telah memicu beberapa anggota parlemen partai tersebut ikut mendesak Boris untuk mundur.

Menurut The Guardian, anggota parlemen backbencher Inggris akan segera bergerak secara kolektif untuk memaksakan mosi tidak percaya pada PM Boris usai Gray merilis penyelidikannya. Isu untuk mengajukan mosi tidak percaya pada PM Boris itu diperkirakan akan semakin membesar.

Beberapa anggota parlemen dari Konservatif ada yang masih menunggu penyelidikan. Jika PM Boris terbukti melakukan pelanggaran pidana, maka Boris harus meninggalkan jabatannya.

Akan tetapi dukungan untuk PM Boris dari Konservatif juga masih banyak. Bahkan mereka disebut merencanakan bagaimana menghindari mosi tidak percaya setelah laporan penyelidikan itu dirilis. Atau cara lain akan ditempuh seperti mengurangi jumlah yang akan membuat pilihan mosi tidak percaya tersebut.

Baca Juga: Diduga Pesta Natal Saat Lockdown, Boris Johnson Dikecam

Pri Saja Photo Verified Writer Pri Saja

Petani Kata

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Novaya

Berita Terkini Lainnya