Taliban Buru Pilot Afghanistan saat Pasukan AS Pergi

'Temukan dan bunuh dia,' kata Taliban 

Kabul, IDN Times - Di balik hiruk-pikuk dan kemelut ancaman jatuhnya Afghanistan ke jurang perang saudara karena pasukan asing yang pergi, ada serangkaian insiden mengerikan dalam sebuah investigasi. Insiden tersebut adalah pembunuhan yang menargetkan pilot tempur Afghanistan.

Dalam beberapa bulan terakhir, dua pejabat Afghanistan mengaku bahwa sudah ada tujuh pilot tempur Afghanistan yang jadi korban. Mereka khawatir bahwa kelompok Taliban menargetkan salah satu aset berharga yang telah dilatih AS dan NATO, yaitu korps pilot militer Afghanistan.

1. Menyamakan kedudukan untuk menggulingkan Kabul

Taliban tidak memiliki armada udara tapi Afghanistan memilikinya selama mereka mendapatkan dukungan AS dan NATO. Ketika pasukan asing mulai berencana akan pulang sejak awal tahun lalu, serangkaian serangan yang menargetkan rupanya telah dilancarkan oleh kelompok Afghanistan. Mereka menyasar para pilot tempur yang telah didik oleh AS dan Sekutu.

Melansir laman Reuters, para pejabat AS dan Afghanistan meyakini bahwa apa yang dilakukan oleh Taliban tersebut adalah upaya untuk menyamakan kedudukan ketika semua pasukan asing telah pergi. Dengan begitu, upaya untuk menggulingkan Kabul semakin terbuka dalam rencana serangan darat besar-besaran.

Juru bicara Taliban yang bernama Zahidullah Mujahid telah membenarkan strategi yang diluncurkan oleh mereka. Katanya, para pilot Afghanistan itu “ditargetkan dan dihilangkan karena mereka semua melakukan pemboman terhadap rakyat mereka.”

Sejauh ini belum diketahui berapa angka pasti pilot tempur Afghanistan yang dibunuh oleh Taliban. Kementrian Pertahanan Afghanistan tidak menanggapi permintaan komentar sedangkan intelijen AS juga menolak untuk buka suara.

Salah satu pilot tempur Afghanistan yang telah diidentifikasi Reuters dan dibunuh oleh Taliban adalah Dastagir Zamaray. Ia dibunuh bersama seorang agen real estate saat dirinya berniat untuk membeli rumah di ibukota Kabul yang jauh lebih aman dari tempat tinggalnya yang semula.

Zamaray memiliki tujuh orang anak dan salah satu putranya yang berusia 14 tahun, ikut ketika peristiwa pembunuhan terhadap ayahnya terjadi. Putra Zamaray selamat tapi sampai kini nyaris tidak berbicara karena trauma.

2. 'Temukan dan bunuh dia'

Baca Juga: Taliban Ajukan Proposal Damai pada Pemerintah Afganistan Bulan Depan

Dari tujuh pilot tempur yang dibunuh Taliban, mereka semua meninggal di luar pangkalan militernya. Investigasi tentang kematian mereka belum pernah dilaporkan sebelumnya. Menurut laporan khusus yang ditulis oleh tiga jurnalis Reuters, Phil Stewart, Idris Ali dan Hamid Shalizi, hanya dua nama yang berhasil di konfirmasi secara langsung sedangkan lima pilot tempur lain yang terbunuh belum dapat diverifikasi secara independen.

Teror pembunuhan yang tertarget yang dilakukan oleh Taliban, sebenarnya telah lama diketahui oleh para pilot tempur. Beberapa pilot tersebut telah berusaha bersembunyi untuk menghindari perburuan atau bahkan memilih untuk melarikan diri ke luar negeri, seperti Amerika Serikat, agar selamat dari upaya pembunuhan.

Salah satu pilot yang berhasil keluar dari Afghanistan bernama Mayor Asadi. Dia seorang pilot dari komunitas minoritas Hazara, sebuah komunitas yang sering ditargetkan oleh Taliban, bahkan juga sering mendapatkan diskriminasi dari penguasa Afghanistan.

Dalam penelusuran yang dilakukan oleh New York Times, Mayor Asadi berhasil melarikan diri ke Amerika Serikat bersama istri dan seorang anaknya, Zainab, yang berusia lima tahun. Ia merasakan takut saat Taliban mengunggah foto dirinya di media daring dengan tulisan "Temukan dan Bunuh Dia."

Ada kontroversi berhasilnya Mayor Asadi pergi ke AS. Dia dianggap melakukan desersi dan melarikan diri dari melayani tanah airnya. Tapi dia membela diri bahwa dia telah memenuhi komitmen 10 tahun sebagai militer, dengan delapan tahun menjadi pilot.

Selama menjadi pilot tempur, ia membawa helikopter MD-530 bersenjata dengan catatan 3.000 jam terbang dan misi tempur yang tak terhitung jumlahnya. "Saya tidak melakukan kesalahan apa pun," katanya.

Salah satu misi yang pernah Asadi lakukan adalah menyelamatkan seorang pilot Angkatan Udara AS yang jatuh di Afghanistan utara hingga ia diselamatkan. “Ini adalah salah satu peristiwa yang tak terhitung jumlahnya di mana tindakan Mayor Asadi telah melindungi dan menyelamatkan nyawa,” tulis Kapten Yost, pasukan AS.

Selain Asadi, ada lagi pilot tempur Afghanistan yang melarikan diri ke AS. Dia bernama Niloofar Rahmani, berusia 28 tahun. Dia adalah pilot wanita pertama Afghanistan dan teman sekelas Asadi di sekolah penerbangan. Dia mendapatkan suaka di AS pada tahun 2018 lalu usai diancam akan dibunuh oleh Taliban.

3. Selain pilot tempur, pegawai pemerintah dan awak media jadi target serangan Taliban

Taliban Buru Pilot Afghanistan saat Pasukan AS PergiNiloofar Rahmani, pilot perempuan pertama Afghanistan yang melarikan diri ke AS karena ditargetkan akan dibunuh Taliban. (Twitter.com/Woman of the Day)

Sejak awal tahun 2021 ini, pergerakan kelompok Taliban telah terlihat saat Donald Trump sepakat akan menarik pasukan AS pada bulan Mei. Sejak awal tahun itu pula, beberapa pembunuhan yang ditargetkan telah diluncurkan oleh Taliban.

Tolo News dalam laporan berita pada 7 Januari lalu, mengabarkan bahwa seorang pilot Afghanistan dan seorang pejabat pemerintahan di kantor kepresidenan tewas dibunuh oleh kelompok Taliban dan jaringan Haqqani, sebuah kelompok yang berafiliasi dengan Taliban.

Penyerangan yang menargetkan itu, oleh Taliban tidak hanya menyasar pilot, pegawai pemerintah, tetapi juga menyasar awak media. Pejabat Afghanistan dan asing mengecam pembunuhan yang menargetkan tersebut.

Saat ini, sejak pasukan asing mulai meninggalkan Afghanistan, Taliban telah menguasai banyak distrik. Di Afghanistan utara yang berbatasan dengan Tajikistan, Taliban telah hampir menguasai seluruhnya.

Tiga pejabat Taliban yang berkunjung ke Rusia pada hari Jumat (9/7), mengatakan bahwa Afghanistan saat ini berada di bawah kendali Taliban. Salah satu pejabat tersebut yang bernama Shahabuddin Delawar, mengatakan pada konferensi pers “anda dan seluruh komunitas dunia mungkin mengetahui bahwa 85 persen wilayah Afghanistan telah berada di bawah kendali (Taliban),” katanya seperti dikutip Al Jazeera. Klaim itu dibantah oleh Afghanistan dan mengatakan bahwa itu hanya propaganda.

Baca Juga: Jerman Selesaikan Penarikan Pasukan dari Afghanistan

Pri Saja Photo Verified Writer Pri Saja

Petani Kata

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Novaya

Berita Terkini Lainnya