Taliban: Turki Harus Mundur dari Afghanistan

Turki ingin jaga bandara Kabul usai NATO pergi

Kabul, IDN Times - Proses penarikan pasukan Amerika Serikat dari Afghanistan terus berlanjut secara bertahap. Amerika Serikat dan Sekutu dengan pelan mengurangi kehadiran pasukan mereka dari perang terlama yang pernah mereka lakukan di Afghanistan.

Turki yang menjadi bagian dari sekutu AS dalam organisasi NATO juga didesak untuk meninggalkan Afghanistan, sesuai dengan kesepakatan yang telah dibuat oleh Amerika Serikat pada tahun 2020 lalu. Juru bicara Taliban menyampaikan hal tersebut di Doha, Qatar.

1. Proposal Turki untuk menjaga bandara Kabul

Setelah Amerika Serikat dan mitranya sepakat untuk menarik pasukan militer dari Kabul pada 11 September 2021, Turki mengajukan sebuah proposal penawaran kepada para petinggi militer untuk menjaga bandara Kabul, Afghanistan.

Tawaran dari Turki itu bertujuan untuk mengamankan dan menjalankan bandara, sehingga jalur transportasi utama dari luar Afghanistan akan tetap berjalan secara aman.

Melansir Reuters, "menyusul keputusan Amerika Serikat untuk menarik diri dari Afghanistan, Turki telah membuat tawaran untuk memastikan keamanan bandara Kabul. Dalam kerangka ini, pembicaraan sedang berlangsung dengan NATO dan Amerika Serikat," kata pejabat Turki.

Turki telah memberikan keamanan ke Bandara Internasional Hamid Karzai di Kabul selama bertahun-tahun. Penarikan potensial pasukan Turki akan memperumit berbagai hal karena negara-negara Barat lainnya berusaha untuk menjaga misi diplomatik mereka tetap terbuka di negara itu setelah berakhirnya misi terlama NATO.

Turki memiliki lebih dari 500 personel militer di Afghanistan yang berfungsi sebagai penjaga dan pelatih pasukan Afghanistan. Meski begitu, tawaran proposal Turki itu terkendala beberapa aspek seperti tegangnya hubungan mereka dengan AS karena Turki membeli rudal pertahanan S-400 dari Rusia.

Amerika Serikat masih mempertimbangkan proposal yang diajukan oleh Turki dan ingin membahas persoalan tersebut dengan mitra militer dari negara lain yang terlibat di Afghanistan.

2. Taliban meminta pasukan Turki mundur, sesuai dengan kesepakatan Amerika Serikat

Taliban: Turki Harus Mundur dari AfghanistanWakil Kepala Biro Politik Emirat Islam Afghanistan, Maulvi Abdul Salam Hanafi, dan delegasi pendampingnya bertemu dengan Perwakilan Sipil NATO untuk Afghanistan, Stefano Ponticoro, dan delegasi pendampingnya di Doha (27/8/2020) (Twitter.com/Suhail Shaheen)

Turki dan Afghanistan memiliki hubungan yang baik selama hampir satu abad. Keduanya memiliki ikatan emosional karena kesamaan mayoritas agama yang dipeluk oleh masyarakatnya, yakni Islam.

Terkait dengan keputusan penarikan pasukan AS dan mitranya dari Afghanistan, ada kekhawatiran bahwa perang antara pasukan Taliban dan Afghanistan semakin meningkat dan situasi keamanan di Afghanistan akan kembali memanas.

Turki ingin menjaga bandara Kabul tetap aman agar berbagai aktivis bantuan kemanusiaan seperti LSM, tetap dapat beroperasi di Afghanistan lewat bandara Kabul tanpa kekhawatiran.

Meski begitu, Taliban merespon proposal yang diajukan oleh Turki. Melansir Reuters, Taliban mengatakan pada hari Kamis (10/6), secara efektif menolak proposal Ankara untuk menjaga dan menjalankan bandara Kabul setelah pasukan NATO pimpinan AS pergi.

Juru bicara Taliban yang bernama Suhail Shaheen di Doha, Qatar mengatakan "Turki adalah bagian dari pasukan NATO dalam 20 tahun terakhir, jadi mereka harus mundur dari Afghanistan berdasarkan Perjanjian yang kami tandatangani dengan AS pada 29 Februari 2020."

Baca Juga: AS Berencana Evakuasi Penerjemah Militer di Afghanistan

3. Afghanistan memuji peran Turki di negaranya

Taliban: Turki Harus Mundur dari AfghanistanBandara Internasional Kabul. (Twitter.com/Ariana News)

Turki telah diharapkan menjadi tuan rumah pembicaraan damai antara pemerintah Afghanistan dan Taliban yang tertunda beberapa kali. Afghanistan dan Taliban pertama kali melakukan pembicaraan damai di Doha, Qatar. Namun pembicaraan damai tersebut mengalami kebuntuan.

Afghanistan dan Taliban kemudian melakukan pembicaraan di Moskow akan tetapi hal tersebut juga tidak berhasil. Istanbul akan menjadi tempat selanjutnya pembicaraan damai antara Afghanistan dan Taliban.

Tapi rencana itu ditunda pada akhir bulan Ramadan lalu dan disebut akan kembali berlanjut setelah Idul Fitri. Meski begitu, Taliban menyatakan mereka tidak akan menghadiri acara tersebut selama Washington belum menarik semua pasukannya dari Afghanistan.

Turki, Pakistan, dan Afghanistan yang tergabung dalam kesepakatan trilateral menyesalkan keputusan Taliban dan mendesaknya menepati janji untuk menghadiri pembicaraan perdamaian lanjutan.

Bulan Mei lalu, Turki memilih Duta Besarnya yang baru untuk Afghanistan dan pemerintah Afghanistan memberikan tanggapan atas peran negara tersebut. Melansir Daily Sabah, kantor kepresidenan Afghanistan mengatakan "Afghanistan berkomitmen untuk melanjutkan hubungan ini, dan menghargai upaya negara (Turki) dalam proses perdamaian," kata pernyataan resmi yang dikeluarkan.

Rencana Amerika Serikat dan NATO meninggalkan Afghanistan telah memicu aksi kekerasan baru di negara tersebut. Serangan demi serangan terus meningkat dan menyebabkan korban jiwa.

Melansir Arab News pada hari Minggu (6/6), setidaknya 30 orang, sebagian besar siswi tewas dan 52 orang terluka dalam tiga ledakan yang menargetkan sebuah sekolah di Kabul ketika para murid itu pulang dari sekolah.

Baca Juga: AS Berencana Evakuasi Penerjemah Militer di Afghanistan

Pri Saja Photo Verified Writer Pri Saja

Petani Kata

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Novaya

Berita Terkini Lainnya