Thailand Khawatir Hadapi Gelombang Kedua COVID-19

Pihak berwenang perketat aturan pembatasan 

Bangkok, IDN Times – Thailand menjadi salah satu negara terbaik di Asia Tenggara dalam penanganan mengendalikan virus corona. Meskipun virus dari Wuhan itu pertama kali di Asia Tenggara dilaporkan di negara tersebut, namun aksi penanganan yang cepat membuat Thailand memiliki kasus infeksi yang jauh dibawah rata-rata dibanding negara Asia Tenggara lainnya.

Setahun lebih sudah berlangsung, wabah virus corona belum menemui tanda-tanda mereda. Penemuan varian baru virus corona yang jauh lebih menular, seperti varian Inggris dan varian Afrika Selatan, telah menciptakan gelombang kekhawatiran yang baru.

Thailand kini mulai merasakan kekhawatiran tersebut. Meskipun belum ada laporan mengenai temuan varian baru virus corona di negeri Gajah Putih itu, tapi lonjakan kasus lokal telah membuat otoritas berwenang merekomendasikan aturan yang lebih ketat. Thailand kini cemas dalam menghadapi gelombang kedua virus corona di negaranya.

1. Penerapan lockdown parsial

Thailand Khawatir Hadapi Gelombang Kedua COVID-19Ibukota Bangkok sudah mulai menerapkan lockdown parsial untuk mengendalikan infeksi. Ilustrasi (unsplash.com/Florian Wehde)

Thailand sebenarnya sampai bulan November 2020, total infeksi virus corona tidak sampai angka 4.000 kasus. Namun pada akhir bulan Desember, lonjakan infeksi terus terjadi secara tiba-tiba. Lonjakan itu khususnya terjadi di pasar makanan laut dan terdeteksi secara besar-besaran.

Infeksi baru virus corona di Thailand saat ini sudah terdeteksi di 53 dari 77 provinsi. Total infeksi pada hari Sabtu, 2 Januari 2021 telah mencapai 7.300 kasus dan merangkak mendekati angka 7.400 kasus. Melansir dari laman CNA, 216 kasus baru terdeteksi dan satu orang dilaporkan meninggal pada hari Sabtu (2/1).

Tindakan-tindakan untuk mengendalikan persebaran infeksi di Thailand mulai diterapkan dengan pengetatan pembatasan bisnis dan pergerakan orang-orang. Ibukota Bangkok yang memiliki kasus aktif sebanyak 2.600 kasus, saat ini telah melakukan penguncian parsial untuk mengendalikan sebaran infeksi virus.

2. Pengetatan aturan di 28 provinsi

Thailand Khawatir Hadapi Gelombang Kedua COVID-19Ilustrasi virus corona (pexels.com/CDC)

Langkah cepat mulai diajukan oleh otoritas berwenang Thailand, yakni dari Satgas penanganan COVID-19. 28 provinsi telah direkomendasikan mendapatkan penerapan aturan pengetatan pembatasan perjalanan orang dan penutupan beberapa tempat bisnis, termasuk sebagian besar di ibukota Bangkok.

Melansir dari laman Al Jazeera, langkah-langkah rekomendasi itu memerlukan persetujuan akhir di tangan Perdana Menteri Prayuth Chan-ocha. Orang-orang di provinsi yang direkomendasikan untuk dibatasi, juga didorong agar bekerja dari rumah dan tidak melakukan perjalanan keluar dari provinsi mereka.

Jika rekomendasi tersebut disetujui oleh Perdana Menteri, maka aturan pembatasan secara efektif akan berlaku pada hari Senin, 4 Januari 2021. Pengetatan aturan pembatasan itu akan berjalan sampai dengan akhir Januari, menurut juru bicara satuan tugas COVID-19 Thailand, Taweesin Wisanuyothin.

Baca Juga: PBB Minta Thailand Stop Tangkap Para Demonstran Pro-Demokrasi

3. Pembagian zona kontrol di seluruh provinsi Thailand

Thailand Khawatir Hadapi Gelombang Kedua COVID-19PM Prayuth Chan ocha (instagram.com/prayutofficial)

Thailand membagi kontrol semua provinsinya dalam tiga zona. Tiga zona tersebut adalah zona merah (28 provinsi), zona oranye (11 provinsi) dan zona kuning (38 provinsi). Pada wilayah dengan zona merah, akan diberlakukan kontrol maksimum terhadap wilayah tersebut.

Bangkok pada hari Sabtu, telah menutup sekolah-sekolah selama dua minggu. Menurut Bangkok Post, nantinya pada tanggal 4 Januari hingga 1 Februari, akan dilakukan penutupan tempat-tempat yang memiliki resiko penularan tinggi, menindak pertemuan ilegal, meminimalkan pertemuan warga, dan melakukan pembatasan jam buka tempat bisnis.

Lebih lanjut, dorongan pada fase lebih tinggi lagi akan diterapkan berupa pemberlakuan jam malam dan mengintensifkan tindakan seperti pembatasan jam operasional perusahaan. Penutupan juga akan diberlakukan jika ada penularan masif. Dorongan untuk bekerja dari rumah pun mulai dikampanyekan.

Kiattiphum Wongraijit, sekretaris kementrian kesehatan Thailand mengatakan “kami memperkirakan infeksi akan meningkat di daerah ini sehingga kami harus memiliki tindakan sosial yang kuat untuk mengendalikan penyebarannya”. Dia juga menjelaskan bahwa beberapa tempat bisnis seperi tempat hiburan akan tutup dan restoran hanya boleh menyediakan makanan untuk dibawa pulang.

Thailand memiliki ketergantungan tinggi ekonomi di sektor industri pariwisata. Selama wabah berlangsung pada tahun 2020, Thailand adalah salah satu negara yang paling terpukul di Asia Tenggara.

Meskipun begitu, kabar baiknya adalah jumlah infeksi virus corona di Thailand lebih sedikit dibandingkan dengan negara-negara tetangga. Kini kabar baik itu, terancam menjadi kabar buruk seiring melonjaknya kasus infeksi baru.

Baca Juga: PBB Minta Thailand Stop Tangkap Para Demonstran Pro-Demokrasi

Pri Saja Photo Verified Writer Pri Saja

Petani Kata

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Novaya

Berita Terkini Lainnya