TikTok Kembali Semangat Usai Trump Tersingkir 

Para pengiklan menyerbu platform 

Washington DC, IDN Times – Tahun lalu, TikTok adalah salah satu aplikasi Tiongkok yang dihantam badai dalam perang dagang AS-Tiongkok. Dampak perang dagang yang dikobarkan Trump kepada Tiongkok telah membuat banyak perusahaan Tiongkok dilarang bekerja sama bahkan diblokir.

TikTok adalah salah satu patform yang dipaksa terancam akan diblokir. Jika tidak mau diblokir, Trump memberikan kesempatan agar dijual ke perusahaan AS.

Namun setelah hiruk-pikuk pemilu AS, nasib aplikasi media sosial berbagi video tersebut sepertinya berubah. Setelah Trump tersingkir dan dikalahkan oleh Joe Biden, kini terdengar kabar bahwa penjualan TikTok ke perusahaan AS ditangguhkan. Platform berbagi video tersebut juga sepertinya nasibnya kembali cerah.

1. Para pengiklan menyerbu TikTok

TikTok Kembali Semangat Usai Trump Tersingkir Ilustrasi TikTok. (Unsplash.com/Franck)

Pengguna aktif aplikasi TikTok di Amerika Serikat ada sekitar 100 juta orang. Jumlah tersebut bukanlah jumlah yang sedikit. Sebelum geger dengan Donald Trump karena isu seputar keamanan nasional, banyak merek-merek besar menjadi pengiklan di aplikasi milik ByteDance itu.

Namun mulai bulan Juli 2020, banyak pengiklan menarik diri. Bahkan saat itu direktur eksekutif TikTok menawarkan pengembalian dana untuk para pengiklan jika memang nantinya aplikasi itu diblokir di AS. Tapi setelah Trump tersingkir dari pemerintahan, TikTok kembali diserbu oleh para pengiklan.

Wakil presiden dan direktur media sosial Mediahub Worldwide, Erica Patrick, mengatakan bahwa “Minat terhadap TikTok telah meledak,” ujarnya seperti dikutip dari kantor berita Reuters. Para sponsor pengiklan kini kembali berlomba untuk memesan iklan dan bereksperimen dengan cara baru untuk menjangkau konsumen.

2. Terbukti berguna bagi pengiklan

TikTok Kembali Semangat Usai Trump Tersingkir Merek-merek ternama kembali beriklan di Tiktok. Ilustrasi (unsplash.com/Joshua Austin)

Dengan jumlah pengguna ratusan juta, TikTok menjadi kanal baru bagi banyak merek untuk bisa memasarkan produk lewat iklan ke konsumen mereka. Bahkan organisasi non-profit juga ikut memasang iklan di TikTok untuk penggalangan dana.

Melansir dari laman CGTN, sejak akhir tahun lalu, merek-merek seperti McDonald’s, Kate Spade perusahaan fashion, Chobani perusahaan makanan dan Bose yang memproduksi peralatan audio telah mendaftarkan diri ke TikTok. Mereka mengiklankan produk mereka.

Christina Kelleher, manajer media sosial global untuk Bose mengakui bahwa produk mereka yang diiklankan di TikTok ditonton lebih banyak orang dari pada iklan di platform lainnya. St. Jude, sebuah rumah sakit anak dan organisasi non-profit juga memasang iklan dan telah dapat mengumpulkan donasi hingga 50 ribu dolar AS atau setara dengan Rp700 juta dari para donatur.

Rick Shadyac, kepala eksekutif ALSAC, organisasi penggalangan dana dan kesadaran untuk St. Jude mengatakan “TikTok adalah salah satu platform kami yang tumbuh paling cepat,” ujarnya mengakui. Banyak orang memiliki keterlibatan yang luar biasa di aplikasi.

Baca Juga: Hakim Federal Batalkan Larangan Trump Terhadap Aplikasi TikTok 

3. TikTok adalah pesaing ampuh

TikTok Kembali Semangat Usai Trump Tersingkir TikTok jadi pesaing ampuh bagi platform media sosial yang lebih dahulu ada. Ilustrasi (unsplash.com/Hello I'm Nik)

Sebagai aplikasi media sosial yang baru, TikTok memang tak memiliki pasar iklan sebaik para pendahulunya. Namun selama tahun yang suram di 2020 ketika bertarung dengan kemelut kebijakan Trump, aplikasi tersebut mengatakan ada peningkatan 500 persen dari pengiklan yang menjalankan kampanyenya di aplikasi.

Kehadiran TikTok telah menjadi pesaing baru yang ampuh bagi platform media sosial lainnya. Ketika wabah virus corona menghantam, aplikasi ini popularitasnya melonjak drastis.

Bahkan TikTok juga menjadi salah satu aplikasi yang dibuat oleh para pendukung Biden untuk mengejek Trump, dengan membeli tiket kampanye Donald Trump di Oklahoma, tapi sengaja tidak datang menghadiri acara itu.

Ketika TikTok tumbang karena kebijakan Trump, perusahaan saingan seperti Triller, Instagram dan YouTube meluncurkan versi video pendeknya sendiri. Pada 1 Agustus, menurut LA Times, Triller menggeser TikTok dan menjadi palikasi No.1 di AS. Kini ketika masa depan TikTok di AS kembali terlihat cerah, platform tersebut kembali bangkit dan menjadi ancaman bagi para pesaingnya.

Mulai Desember, para pengiklan kembali menyerbu TikTok. Baru-baru ini Universal Music Group (UMG) menjalin kerja sama yang lebih luas. Sony Music Entertainment dan Warner Music Group juga kembali ke TikTok.

Michael Nash, wakil presiden eksekutif strategi digital UMG mengaku bahwa TikTok sangat menarik karena para artis dapat terlibat langsung terlibat dengan para pengemarnya di dalam platform. Dia juga mengaku “Di sinilah yang baru (artis) dirangkul, tetapi juga tempat lagu-lagu hebat dari masa lalu ditemukan kembali,” ujarnya.

Baca Juga: Gak Jadi Diblokir, Trump Akhirnya Sepakat dengan TikTok

Pri Saja Photo Verified Writer Pri Saja

Petani Kata

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Novaya

Berita Terkini Lainnya