Tuntut PM Mundur, Ribuan Orang Armenia Turun ke Jalan

Demonstran blokade jalan raya dan terlibat bentrok

Yerevan, IDN Times – Setelah konflik mematikan antara Azerbaijan dan Armenia berakhir, Armenia pada tanggal 19 hingga 21 Desember melakukan masa berkabung bagi para prajurit dan warga sipil yang meninggal dalam konflik. Dalam masa berkabung tersebut, ribuan rakyat dan kelompok oposisi menekan Perdana Menteri Nikol Pashinyan untuk mundur dari jabatannya.

Konflik yang berakhir pada 9-10 November yang ditengahi oleh Rusia telah membuat posisi Armenia berada di pihak yang kalah. Selain Armenia kehilangan lebih dari 5.000 orang, Armenia juga harus memberikan beberapa wilayah di Nagorno-Karabakh untuk dikembalikan kepada Azerbaijan. Kesepakatan damai yang dilakukan oleh Pashinyan menimbulkan reaksi keras dari rakyat Armenia.

Penanganan konflik yang dilakukan oleh Pasinyan tak berbuah manis. Pada hari Selasa, 22 Desember 2020, setelah tiga hari masa berkabung, ribuan orang meluap di alun-alun utama ibukota Yerevan, Armenia. Mereka melakukan aksi protes di Republic Square dan meneriakkan slogan seperti “Nikol Penghianat”. Tekanan untuk mendesak PM Nikol Pashinyan mundur semakin menguat.

1. Jalan raya utama diblokir, bentrokan terjadi

Tuntut PM Mundur, Ribuan Orang Armenia Turun ke JalanPara peserta aksi protes yang mendesak PM Nikol Pashinyan agar melepaskan kekuasaannya. (twitter.com/301)

Ribuan rakyat Armenia, bersama dengan gabungan koalisi lebih dari selusin partai oposisi membuat kondisi dalam negeri menjadi kembali memanas. Mereka membanjiri alun-alun utama ibukota dan melakukan aksi protes yang menuntut agar Nikol Pashinyan meninggalkan jabatannya.

Polisi anti huru-hara tengah berjaga di sekitar kantor perdana menteri yang berada di dekat alun-alun untuk bertindak jika terjadi hal-hal yang tidak diinginkan. Namun para peserta aksi protes juga berjalan ke gedung pemerintah lain yang menampung beberapa kantor kementrian. Melansir dari VOA, bentrokan sempat terjadi antara para peserta aksi dengan petugas polisi yang berada di lokasi (23/12).

Para pemimpin dari koalisi partai oposisi berjanji akan melakukan demonstrasi setiap hari, menuntut PM Pashinyan menyerahkan kekuasaan dan menuntut agar “pemerintah transisi” dibentuk untuk menyelenggarakan pemilihan parlemen secepatnya dalam setahun. Ribuan orang yang ikut dalam aksi protes, memblokir jalan raya utama, membuat suasana semakin memanas.

2. Mendesak angkatan bersenjata bergabung dengan rakyat

Tuntut PM Mundur, Ribuan Orang Armenia Turun ke JalanVezgen Manukyan, salah satu pemimpin oposisi Armenia, memberikan orasi. (twitter.com/William Bairamian)

Pada tanggal 19 Desember, ribuan orang mendatangi kompleks pemakaman militer di Yerablur. Mereka datang mengenakan pakaian serba hitam, disertai duka mendalam bagi para korban yang dikebumikan dipemakaman tersebut. Isak tangis penuh kesedihan mengiringi kepergian para korban konflik.

Pashinyan yang menolak mundur dari jabatannya, datang ke pemakaman Yerablur dikawal ketat oleh pasukanya. Polisi juga berbaris rapi, mengamankan Pashinyan yang memberikan penghormatan di pemakaman. Dalam aksi protes yang terjadi pada 22 Desember, salah satu ketua kelompok oposisi, Vezgen Manukian, mendesak militer dan polisi untuk berhenti melaksanakan perintah Pashinyan dan bergerak untuk “bergabung bersama rakyat”.

Protes yang menuntut agar Pashinyan menyerahkan kekuasaannya telah terjadi sejak pakta perdamaian disepakati di Moskow. Melansir dari Deutsche Welle, protes semakin membesar pada awal Desember dengan melibatkan sekitar dua puluh ribu orang. Protes tersebut terus berlanjut hingga 22 Desember dengan jumlah peserta yang diperkirakan juga mencapai puluhan ribu orang. Tuduhan dan hujatan para peserta aksi kepada Pashinyan adalah “penghianat”.

Artur Vanetsyan, salah seorang pemimpin oposisi dan mantan kepala Badan Keamanan Armenia mengatakan bahwa “Kursi Perdana Menteri Armenia saat ini ditempati oleh mayat politik”. Beberapa pendeta dari gereja Apostolik yang ikut bergabung dengan peserta protes, mengkritik Pashinyan karena membiarkan Azerbaijan mengambil alih beberapa tempat suci mereka.

Baca Juga: Setelah Hampir Sebulan, Puluhan Ribu Warga Armenia Serukan PM Mundur

3. Kunjungan perdana menteri ditolak

Tuntut PM Mundur, Ribuan Orang Armenia Turun ke JalanSalah satu sudut provinsi Syunik, Armenia. (Wikimedia.org/Mirozan's Ads)

Pengembalian beberapa wilayah di sekitar Nagorno-Karabakh sudah dilangsungkan namun masih ada beberapa wilayah yang menurut kesepakatan, belum diserahkan sepenuhnya. Beberapa pos-pos keamanan terdepan di provinsi Syunik yang dekat dengan Kapan, menurut kesepakatan akan diserahkan kepada Azerbaijan. Namun penduduk setempat tidak rela untuk menyerahkan tanahnya.

Pada 17 Desember, Walikota Kapan, Gevorg Parsyan telah memerintahkan detasemen sukarela yang berada di pos-pos keamanan untuk mundur karena wilayah itu akan diserahkan kepada Azerbaijan. Menurut Armenian Weekly, Vagharshak Harutyunya, Menteri Pertahanan Armenia, menyampaikan kepada para tokoh masyarakat Syunik bahwa tentara perdamaian Rusia akan segera datang mengamankan garis demarkasi (22/12).

PM Nikol Pashinyan yang akan melakukan kunjungan ke Syunik dan berdialog dengan warga pada 21 Desember, harus kembali lagi ke ibukota Yerevan. Hal itu dikarenakan para panduduk melakukan aksi demonstrasi dan memblokir jalan.

Arush Arushanyan, walikota Goris, sebuah kota dekat pusat provinsi Syunik, memerintahkan warga untuk berkumpul di gerbang masuk Syunik dan memblokade jalan agar Pashinyan tidak bisa memasuki wilayah tersebut. Arushanyan sempat ditahan dengan tuduhan mengorganisasi rapat umum secara ilegal, namun kemudian dibebaskan.

Baca Juga: Pertempuran Selesai, Armenia Cabut Beberapa Peraturan Darurat Militer

Pri Saja Photo Verified Writer Pri Saja

Petani Kata

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Novaya

Berita Terkini Lainnya