Turki Perkuat Perbatasan, Khawatir Banjir Migran Afghanistan

Turki tidak mau jadi 'gudang' pengungsi Eropa 

Ankara, IDN Times - Konflik di Suriah yang sampai saat ini masih belum selesai, pernah menciptakan krisis pengungsi pada tahun 2014-2015. Arus pengungsi dari Suriah membanjiri negara-negara blok Uni Eropa (UE) dan memicu bangkitnya kelompok sayap kanan yang memiliki sentimen anti-pengungsi.

Kini, ketika gerilyawan Taliban yang diperangi AS dan sekutu NATO-nya selama dua dasawarsa berhasil menguasai sebagian besar wilayah Afghanistan, Eropa khawatir akan terulangnya krisis pengungsi enam tahun lalu.

Beberapa negara UE seperti Yunani, memperkuat perbatasan mereka untuk mencegah datangnya para pengungsi Afghanistan. Turki yang berbatasan dengan Eropa, juga memperkuat perbatasannya untuk menahan kemungkinan banjir pengungsi.

Negara yang dipimpin oleh Erdogan tersebut bahkan telah membangun tembok setinggi tiga meter di perbatasannya dengan Iran untuk mencegah para migran memasuki Turki.

1. Tembok setinggi 3 meter dan sepanjang lebih dari 200 kilometer akan dibangun Turki

https://www.youtube.com/embed/CHHMdaAnsJk

Konflik di Suriah telah membuat Turki kebanjiran pengungsi. Negara yang dipimpin oleh Recep Tayyip Erdogan itu telah menampung 3,6 juta warga Suriah dalam krisis pengungsi enam tahun lalu.

Kini ketika sebagian besar Afghanistan telah diambil alih oleh gerilyawan Taliban, Turki khawatir akan kebanjiran pengungsi yang menyeberang melewati Iran dan memasuki negara lewat perbatasan timurnya.

Turki adalah negara anggota NATO yang ikut ambil bagian mengirim pasukan untuk memerangi Taliban selama dua dasawarsa. Tapi ketika beberapa negara NATO seperti AS, Inggris, Spanyol dan Jerman berusaha menyiapkan tempat untuk menampung pengungsi Afghan, Turki justru memperkuat perbatasannya.

Melansir kantor berita Reuters, Mehmet Emin Bilmez, Gubernur VAN, provinsi timur Turki yang berbatasan dengan Iran mengatakan "kami ingin menunjukkan kepada seluruh dunia bahwa perbatasan kami tidak dapat dilewati. Harapan terbesar kami adalah tidak ada gelombang migran dari Afghanistan."

Sejak krisis pengungsi Suriah terjadi, Turki memutuskan untuk membangun tembok setinggi tiga meter di perbatasannya dengan Iran. Total tembok sepanjang 295 kilometer akan dibangun.

Dalam penjelasan Gubernur Bilmez yang dikutip Daily Sabah, diperkirakan 64 kilometer akan selesai akhir tahun. 63 kilometer lainnya sedang dipersiapkan untuk tender pembangunan tahun-tahun mendatang.

"Selain pembangunan tembok, akan ada 58 menara pengawas dan 45 menara komunikasi. Menara akan dilengkapi dengan kamera termal, radar, sensor, dan sistem pengendalian kebakaran," kata Bilmez.

2. Turki tidak mau jadi 'gudang' pengungsi Eropa

Baca Juga: Turki Kecam Kapal Jerman yang Inspeksi Kapal Turki di Pesisir Libya

Potensi membanjirnya pengungsi dari Afghanistan benar-benar telah membuat Turki khawatir. Ekonomi Turki sedang anjlok, banyak pengangguran, ditambah wabah virus Corona yang menyerang semakin mempersulit kondisi. Sentimen anti-migran juga kian tinggi.

Melansir The Independent, Presiden Erdogan pada hari Kamis (19/8) berpidato di televisi dan mengatakan "kita perlu mengingatkan teman-teman Eropa kita tentang fakta ini: Eropa—yang telah menjadi pusat daya tarik bagi jutaan orang—tidak dapat menghindari masalah (pengungsi) dengan menutup perbatasannya secara keras untuk melindungi keselamatan dan kesejahteraan warganya.

"Turki tidak memiliki tugas, tanggung jawab, atau kewajiban untuk menjadi 'gudang' pengungsi Eropa."

Sejauh ini, Turki telah menampung sekitar 300.000 pengungsi Afghanistan dari konflik dua dasawarsa yang terjadi. Tapi sepertinya Turki tidak akan menerima lebih banyak lagi.

Sepanjang tahun 2021, Turki telah mencegat sekitar 35.000 warga Afghanistan yang mencoba memasuki negaranya secara ilegal. Jumlah tersebut jauh lebih sedikit jika dibandingkan tahun 2020 yang lebih dari 50.000 migran atau lebih dari 200.000 migran pada tahun 2019.

3. Sentimen anti-migran meningkat di Eropa

Banyak orang Suriah dan negara konflik lain yang ingin mencari penghidupan lebih baik di negara-negara UE. Sebagian di antaranya memilih jalur ilegal dengan menyeberangi laut yang berbahaya. Banyak juga yang dimanfaatkan oleh kelompok penyelundup manusia.

Yunani yang memiliki banyak pulau yang berhadapan langsung dengan Turki, sering menjadi tujuan utama, khususnya para migran dari Suriah, Irak, Bangladesh atau Afghanistan.

Kini ketika potensi akan terjadi banjir pengungsi dari Afghanistan, negara di bagian selatan Eropa itu memperketat perbatasan dan membangun pagar puluhan kilometer untuk menahan arus migran.

Melansir Associated Press, Notis Mitarachi yang menjabat Menteri Migrasi mengatakan Yunani tidak akan menerima menjadi "pintu gerbang untuk arus tidak teratur ke UE."

Sedangkan di Jerman, salah satu negara yang secara terbuka menjadi penampung pengungsi terbesar dari Suriah pada tahun 2015, telah memicu bangkitnya oposisi yang tidak sepakat dengan kebijakan tersebut.

Oposisi terbesar Jerman yakni partai berhaluan kanan, Alternative für Deutschland (AfD), kini mendominasi parlemen Jerman. Kelompok itu memiliki sentimen kuat anti-migran.

Dalam 10 tahun terakhir, sekitar 630.000 warga Afghanistan telah mengajukan suaka di negara-negara UE. Jumlah tertinggi tercatat di Jerman, Hongaria, Yunani dan Swedia.

Meski sentimen anti-migran menguat di Eropa, tapi Komisioner Eropa untuk Urusan Dalam Negeri, Ylva Johansson, mengatakan UE harus memainkan peran utama dalam mendukung pengungsi Afghanistan.

Dalam siaran persnya pada 18 Agustus, Johansson mengatakan "kita tidak dapat meninggalkan orang-orang yang berada dalam bahaya langsung di Afghanistan. Wartawan, staf LSM dan pembela hak asasi manusia di Afghanistan termasuk di antara mereka yang paling berisiko, khususnya perempuan."

Baca Juga: Putin Hubungi Erdogan Bahas Soal Afghanistan, Ini Hasilnya

Pri Saja Photo Verified Writer Pri Saja

Petani Kata

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Novaya

Berita Terkini Lainnya