Twitter Perangi Misinformasi soal Vaksin COVID-19

Penghapusan, teguran dan penyematan label sesat pada konten

London, IDN Times - Semakin santernya kabar kampanye vaksinasi global, maka semakin banyak pula orang-orang yang mencari informasi tentang persoalan tersebut. Media sosial Twitter berjanji bahwa akan memberikan jaringan informasi yang kredibel sebagai salah satu platform yang banyak digunakan di dunia.

Ikhtiar itu dibarengi dengan penerapan aturan baru untuk memerangi upaya misinformasi tentang kesehatan, khususnya pengetahuan tentang vaksin COVID-19. Twitter akan bertindak pada tweet yang dianggap berisi disinformasi dan misinformasi serta hoaks yang terkait dengan vaksin.

1. Pelabelan informasi yang dianggap menyesatkan

Twitter Perangi Misinformasi soal Vaksin COVID-19Katy Minshall, Kepala kebijakan publik Twitter untuk Inggris Raya. (Twitter.com/Hannah Brennan)

Wabah virus corona yang dicurigai berasal dari Wuhan, Tiongkok dan menjadi pandemi global, telah menyebabkan berbagai persoalan. Salah satunya adalah berbagai informasi menyesatkan dan tersebar lewat media sosial. Upaya untuk meredam gejolak sebaran informasi terus dilakukan oleh perusahaan-perusahaan media sosial.

Twitter mulai mempromosikan kebijakan aturannya yang baru dan lebih luas untuk memberikan informasi yang kredibel terkait virus dan vaksin COVID-19. Melansir dari kantor berita Reuters, panduan informasi COVID-19 yang telah dibuat oleh Twitter sejauh ini, perusahaan telah mengklaim menghapus 8.400 tweet dan memperingatkan jutaan akun.

Kepala kebijakan publik Twitter untuk Inggris Raya, Katy Minshall, mengatakan "Kami akan terus bekerja sama dengan otoritas kesehatan di seluruh dunia-termasuk NHS (layanan kesehatan Inggris)-untuk memastikan akses visibilitas tinggi ke informasi kesehatan publik yang terpercaya dan akurat pada layanan kami," ujarnya menjelaskan.

Minshall juga menjelaskan bahwa mulai 1 Maret, perusahaan akan mulai menyematkan label untuk konten yang dianggap menyesatkan informasi. Dia juga mengatakan dapat menghapus informasi menyesatkan COVID-19 yang dianggap paling berbahaya dari layanan tersebut.

2. Upaya untuk mengurangi informasi yang sesat

Twitter Perangi Misinformasi soal Vaksin COVID-19Ilustrasi Hoax (IDN Times/Sukma Shakti)

Semakin banyaknya negara-negara yang menerima vaksin virus corona, semakin banyak pula orang-orang mencoba mencari informasi tentang hal tersebut. Beberapa perdebatan muncul dari orang-orang yang memiliki rasa tidak percaya dengan suntikan vaksin sehingga akan membahayakan proses keberhasilan vaksinasi.

Melansir dari blog resmi Twitter, perusahaan memperluas aturan panduan informasi COVID-19 yang terbaru dan mengatakan bahwa layanan media sosial memperkenalkan sistem baru yang dapat segera menghantam konten sesat untuk menentukan kapan tindakan lebih lanjut diberlakukan.

Upaya yang dilakukan oleh Twitter itu adalah bagian dari ikhtiar penyedia layanan media sosial untuk mengurangi penyebaran informasi yang keliru, sesat, dan berpotensi berbahaya. Pelanggaran berat, sedang dan pelanggaran berat yang berulang akan ditindak ketika dianggap melanggar peraturan tersebut.

Baca Juga: Twitter Hapus Ratusan Akun dari Rusia, Iran dan Armenia

3. Pemblokiran secara permanen

Twitter Perangi Misinformasi soal Vaksin COVID-19Ilustrasi Twitter (pexels.com/Brett Jordan)

Aturan main terbaru yang diumumkan oleh Twitter dapat memberikan hantaman berupa pemblokiran permanen terhadap akun yang telah melakukan pelanggaran aturan berulang kali. Mekanisme pemblokiran tersebut dijelaskan dalam beberapa tahapan.

Melansir dari laman Associated Press, akun yang melakukan pelanggaran satu kali, atau satu teguran, belum akan ditindak. Namun ketika akun tersebut mendapatkan teguran untuk yang kedua kali, maka akun akan segera terkunci selama setidaknya 12 jam.

Pemblokiran terhadap akun dilakukan ketika teguran yang dilayangkan sudah mencapai lima kali atau lebih. Akun dapat diblokir dan bahkan secara permanen di layanan Twitter.

Pelabelan baru terhadap konten yang dianggap sesat memiliki tujuan untuk memberikan edukasi kepada publik mengapa konten tersebut melanggar. Selain itu, pelabelan akan dapat membuat sebuah akun mempertimbangkan perilaku komunikasi dan dampaknya dalam percakapan publik.

Namun pelabelan yang dilakukan oleh perusahaan media sosial dengan basis utama di San Fransisco, Amerika Serikat tersebut, hanya berlaku untuk vaksin COVID-19 dan bukan untuk yang lainnya.

Baca Juga: Pemerintah India Tegur Twitter, Netizen Beralih ke 'Koo'

Pri Saja Photo Verified Writer Pri Saja

Petani Kata

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Novaya

Berita Terkini Lainnya