Ulat Hong Kong Jadi Menu Baru di Uni Eropa

Serangga sebagai sumber makanan yang bergizi

Brussel, IDN Times - Uni Eropa mengesahkan makanan baru yang bisa dikonsumsi untuk warga masyarat negara anggotanya. Makanan itu adalah ulat Hong Kong atau larva Tenebrio molitor. Peninjauan mendalam mengenai manfaat ulat Hong Kong telah dilakukan secara bertahun-tahun dan tahun 2021 ini mulai diresmikan.

Sebagai salah satu rencana solusi masa depan bagi kehidupan manusia, serangga menjadi opsi yang akan diambil sebagai makanan baru. Berbagai penelitian telah dilakukan dan ulat Hong Kong dikabarkan memiliki banyak manfaat, seperti gizi tinggi, mengandung serat dan protein serta mengandung mineral yang tinggi.

1. Mendapat izin dari semua negara anggota UE

Kekhawatiran akan rusaknya alam dan semakin terancamnya kebutuhan primer bagi manusia seperti makanan, membuat para ilmuwan mencari solusi baru untuk mencari makanan saat dunia terancam rawan pangan. Salah satunya adalah dari kalangan serangga.

Melansir dari laman Associated Press, 27 negara anggota dari Uni Eropa telah memberikan lampu hijau atas proposal perizinan larva kumbang Tenebrio molitor di pasar sebagai "makanan baru,"

Badan Keamanan Makanan Eropa atau EFSA (European Food Safety Authority) telah menerbitkan pendapat ilmiah tahun ini mengenai larva tersebut dan menyimpulkan aman sebagai konsumsi manusia.

Namun larva atau ulat Tenebrio militor ini tentu saja tidak akan bisa disantap oleh semua orang. Hal itu karena, pada beberapa orang yang menderita alergi krustasea (udang-udangan) akan memiliki dampaknya.

2. Makanan baru pertama yang bakal dijual di pasaran Uni Eropa

Ulat Hong Kong Jadi Menu Baru di Uni EropaSerangga yang biasa dipasarkan di Thailand. (Twitter.com/o.w.i.e)

Menurut kesimpulan dari EFSA, ulat Tenebrio molitor kaya akan protein, lemak dan serat. Mereka dapat dimakan utuh atau sebagai bahan bubuk dalam makanan ringan dan mie, dengan asumsi makanan asli mereka bebas dari kontaminan.

Menurut Deutsche Welle, ulang Hong Kong atau biasa mereka sebut Mealworms adalah spesies pertama yang disetujui di antara 15 serangga yang menjalani prosedur penilaian risiko ke EFSA pada tahun 2018 di bawah peraturan Uni Eropa. 

Badan makanan EFSA memiliki 156 aplikasi untuk "makanan baru" termasuk makanan yang diturunkan dari alga.

Giovanni Sogari, peneliti di Universitas Parma mengakui bahwa awalnya orang Eropa akan mengalami apa yang ia sebut sebagai "yuck" atau jijik terhadap serangga sebagai makanan. "Dengan (seiring) waktu, sikap seperti itu bisa berubah," katanya berspekulasi. 

Baca Juga: Tiongkok Diharapkan Bisa Selesaikan Aturan Pemilu Hong Kong

3. Serangga sebagai sumber makanan yang bergizi

Ulat Hong Kong Jadi Menu Baru di Uni EropaBelalang goreng, salah satu kuliner khas dari Gunung Kidul, Yogyakarta. (Twitter.com/Mahesa Syailendra)

Persetujuan larva Tenebrio molitor ini sebenarnya telah dilakukan pada awal tahun ini. Tanggapan terhadap persetujuan tersebut telah mulai ramai pada bulan Februari. Ada perkiraan bahwa produksi secara besar-besaran bakal terjadi ketika UE mengizinkannya dan saat ini organisasi blok Eropa tersebut telah melakukannya.

Mencari solusi makanan baru telah direncakan oleh UE karena konsumsi daging secara besar-besaran ikut berperan penting atas krisis perubahan iklim. Serangga dan makanan lainnya sedang dalam peninjauan tentang kandungan gizi dan kemanfaatannya.

Tapi apakah masyarakat Eropa akan bisa menerimanya, adalah pertanyaan yang juga penting. Konsumsi serangga telah banyak dilakukan oleh manusia di berbagai belahan dunia, seperti di Afrika atau di Asia. Tapi di Eropa hal ini mungkin masih terbilang baru.

Sam Wollaston menulis pendapatnya di The Guardian dan telah mencoba memasak Mealworms kering untuk dimasak dan disantap. Anak-anaknya yang berusia enam dan delapan tahun segera merasa "yuck" ketika itu disajikan.

Leo Taylor, salah satu pendiri perusahaan Bug di Inggris, berencana memasarkan perlengkapan makanan serangga di Eropa. Ia yang besar di Asia Tenggara, sudah biasa menyantap serangga. Ia mencontohkan seperti orang di Thailand yang memakan serangga bukan hanya karena pertimbangan gizi melainkan karena memang rasanya enak.

Selain ulat Hong Kong atau Mealworms yang telah disetujui UE, Organisasi Pangan dan Pertanian PBB (FAO) menyebut serangga sebagai "sumber makanan yang sehat dan bergizi dengan kandungan lemak, protein, vitamin, serat dan mineral yang tinggi."

PBB mencontohkan jangkrik yang bisa disantap dan perkembangbiakannya tidak membutuhkan banyak air seperti peternakan konvensional. Selain itu, proses perkembangbiakannya juga tidak banyak menghasilkan banyak CO2, seperti peternakan konvensional.

Baca Juga: 5 Manfaat Mengonsumsi Ulat Sagu untuk Tubuh, Jangan Jijik Dulu

Pri Saja Photo Verified Writer Pri Saja

Petani Kata

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Novaya

Berita Terkini Lainnya