Veteran Perang Afghanistan dari Australia Bakar Medali Dinas

Veteran kecewa relokasi warga Afghanistan berjalan lamban

Canberra, IDN Times - Perang dua dekade di Afghanistan yang dipimpin oleh Amerika Serikat (AS) bersama sekutu NATO-nya masih meninggalkan tumpukan persoalan. Salah satu yang paling hangat adalah para pembantu pasukan NATO yang selama perang, bekerja sama jadi penerjemah atau staf sipil.

Baru-baru ini, AS mengabarkan akan merelokasi sekitar 20.000 warga Afghanistan yang telah membantu pasukan mereka. Itu karena warga Afghanistan yang membantu Barat saat ini telah jadi target pembunuhan sistematis Taliban, yang kini bangkit dan telah menguasai hampir 200 distrik dari total 421 distrik di seluruh Afghanistan.

Beberapa veteran perang Afghanistan dari Australia juga berharap bahwa mereka dapat menyelamatkan warga Afghanistan yang membantu mereka dari ancaman Taliban. Tapi menurut mereka, upayanya terhalangi persoalan birokrasi pemerintah Australia. Veteran perang itu kecewa dan melakukan protes dengan membakar medali dinasnya hingga peristiwa tersebut viral.

1. Veteran perang Afghanistan tuduh pemerintahan Morrison berlumuran darah

Sejak pasukan NATO meninggalkan Afghanistan secara bertahap, Taliban telah meningkatkan aktifitasnya dengan berani dan merebut ratusan distrik dari tangan pasukan pemerintah. Kini Taliban terlihat bangkit untuk mengambil alih Afghanistan dan beberapa strategi mereka adalah menargetkan warga Afghanistan yang membantu NATO selama perang dua dekade.

Salah satu kelompok rentan pembunuhan brutal adalah warga Afghanistan yang membantu pasukan Australian Defence Force (ADF). Mereka menjadi incaran pembunuhan yang ditargetkan oleh pasukan militan Taliban.

Para veteran ADF yang ingin menyelamatkan sekutu Afghanistan mereka dengan melindungi dan menawarkan relokasi. Tapi mereka mengaku terhambat oleh kebijakan pemerintah Australia yang lamban.

Mereka kecewa dengan hal tersebut dan membakar medali dinasnya dengan penuh perasaan jijik. Belasan staf sipil dan penerjemah pasukan ADF dari warga Afghanistan telah dibunuh dengan kejam oleh Taliban. Salah satu metode pembunuhannya adalah menyeret orang tersebut ke jalan dan memotong lehernya, di hadapan para tetangganya.

Melansir laman The Guardian, Stuart McCarthy, salah satu pensiunan perwira Angkatan Darat Australia yang telah berdinas di Afghanistan, menuduh pemerintahan Perdana Menteri Scott Morrison telah mengkhianati semangat ANZAC (Australian and New Zealand Army Corps) untuk selalu melindungi sekutu mereka.

Dengan kecewa, McCarthy mengatakan "tangan pemerintah Morrison berlumuran darah. Puluhan staf sipil kami telah dibunuh secara brutal."

2. Dua faktor utama yang membuat upaya relokasi warga Afghanistan terhambat

Veteran Perang Afghanistan dari Australia Bakar Medali DinasPM Scott Morrison (Twitter.com/Julian Andrew)

Baca Juga: 2.500 Warga Afghanistan akan Direlokasi ke AS

Sama seperti Amerika Serikat, Australia sebenarnya juga menghadapi masalah yang hampir serupa. Para pekerja sipil Afghanistan yang bekerja untuk pasukan Australia, saat ini memiliki masalah yang sama, yakni nyawanya terancam dari militan Taliban yang mulai bangkit.

Upaya untuk menyelamatkan warga Afghanistan yang sebelumnya menjadi sekutu, adalah salah satu tuntutan dari tokoh-tokoh militer yang pernah berdinas di negara itu.

PM Australia Scott Morrison mengatakan pada bulan ini bahwa pemerintah telah berusaha untuk melakukan relokasi warga Afghanistan sekutu Australia. Mereka terutama penerjemah lokal.

Melansir laman ABC, sejauh ini Australia disebut telah merelokasi sekitar 300 penerjemah lokal dan keluarganya agar hidupnya aman. Tapi ratusan lainnya masih dalam tahap proses aplikasi pengajuan visa yang harus melewati lembaga pemerintah multi-kompleks.

Morrison menjelaskan "saya berharap dapat mengatakan lebih banyak tentang itu (relokasi) dalam beberapa minggu ke depan, tetapi kami membuat kemajuan yang stabil." Salah satu upaya untuk relokasi adalah menggunakan penerbangan komersial.

Menurut Stuart McCarthy, upaya pemerintahan PM Morrison lamban dalam melakukan upaya penyelamatan. Ada dua faktor utama yang menjadi hambatan.

McCarthy menjelaskan dua faktor tersebut kepada Vice, bahwa yang pertama adalah peraturan pemerintah yang terlalu ketat yang mencegah mereka (warga Afghanistan) memenuhi syarat untuk mendapatkan visa.

Kedua, jumlah rintangan birokrasi yang harus dilalui pelamar dan jumlah waktu yang dibutuhkan untuk penilaian kelayakan mereka. Menurut McCarthy ada pelamar yang mengajukan dua atau tiga kali tapi aplikasi pengajuan relokasi mereka terdampar duduk di meja seorang birokrat bertahun-tahun lamanya.

"Nyawa (orang-orang ini) telah terancam selama penundaan itu. Kemudian pada tahap akhir ini berbalik, sekarang Taliban mengendalikan sekitar 75 persen negara dan kami melihat gelombang eksekusi, penyiksaan, dan sebagainya. Bahkan memberi mereka kesempatan untuk mengajukan permohonan visa sangat tidak masuk akal," kata McCarthy menjelaskan.

3. Hubungan warga Afghanistan dengan Australia di masa lalu membuatnya menghadapi bahaya sekarang ketika Taliban bangkit

Veteran Perang Afghanistan dari Australia Bakar Medali DinasPersonel ADF dalam perayaan kelulusan anggota militer perempuan Afghanistan yang dilatih pada tahun 2019. (Twitter.com/Christopher Pyne)

Australia adalah salah satu sekutu utama AS yang memiliki peran penting selama di Afghanistan. Militer Australia, ADF, banyak memberikan pelatihan tempur kepada pasukan Afghanistan dan mendidik pejuang militer Afghanistan.

Ketika AS mengumumkan mengakhiri misi, Australia pada pertengahan Juni telah lebih dulu selesai menarik semua pasukannya dan bahkan menutup kedutaan di ibukota Kabul. Namun kurang dari satu bulan kemudian, PM Morrison mempertimbangkan kembali hadir di Afghanistan untuk mengamankan warga Australia dan memberi dukungan kepada pemerintah Afghanistan.

Melansir ABC, sekitar 300 penerjemah lokal Afghanistan dan keluarganya telah direlokasi ke tempat aman dan 252 telah diterbangkan ke Australia. Kepada Vice, Departemen Pertahanan Australia mengatakan bahwa “keselamatan Karyawan Lokal yang telah mendukung misi Australia di Afghanistan terus menjadi prioritas bagi Pemerintah Australia."

Para warga Afghanistan yang berisiko bahaya dan memenuhi persyaratan visa direlokasi ke Australia secepat dan sesegera mungkin.

McCarthy lantas berkomentar dan membantah klaim pemerintahan PM Morrison tersebut. Menurutnya, "tidak mungkin bagi seseorang yang berada di area di bawah kendali Taliban berkeliling dengan cara yang aman dan mengumpulkan semua dokumen," pengajuan visa.

McCarthy menginginkan tindakan cepat pemerintah Australia untuk menyelamatkan sekutu Afghanistan mereka. "Australia memiliki tanggung jawab moral kepada orang-orang ini, karena hubungan mereka dengan Australia di masa lalulah yang menempatkan mereka dalam bahaya di masa sekarang," kata McCarthy.

Baca Juga: Taliban Buru Pilot Afghanistan saat Pasukan AS Pergi

Pri Saja Photo Verified Writer Pri Saja

Petani Kata

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Novaya

Berita Terkini Lainnya