Warga Sipil Bersenjata Bangkit, Myanmar Bisa Perang Saudara

Rakyat sipil dan selebriti ikut pelatihan senjata 

Naypyidaw, IDN Times - Kudeta Myanmar pada 1 Februari lalu telah meninggalkan krisis yang menyebabkan ketidakstabilan politik. Kekacauan telah melanda ke seluruh negeri. Aksi kekerasan yang dilakukan oleh junta militer terhadap kelompok anti-kudeta, telah menyebabkan beberapa kelompok bersenjata sipil bangkit dan bersatu untuk melawan.

Para aktivis dan masyarakat anti-kudeta berpendapat bahwa bahasa yang dipahami oleh junta militer adalah bahasa kekerasan. Karena itu, sulit untuk dilakukan dialog. Mereka akhirnya membentuk kelompok perjuangan dan mempersenjatai diri untuk melawan balik.

Setidaknya ada 58 pasukan pejuang sipil yang sudah terbentuk di seluruh negeri dan 12 di antaranya disebut aktif. Mereka melakukan pelatihan, belajar membuat bom rakitan dan mempersenjatai diri untuk melawan junta militer. Ada ketakutan besar bahwa Myanmar akan jatuh ke dalam perang saudara yang meluas.

1. Rakyat sipil dan selebriti melakukan pelatihan

Warga Sipil Bersenjata Bangkit, Myanmar Bisa Perang SaudaraHtar Htet Htet, salah satu selebriti Myanmar yang mendukung anti-kudeta. (Twitter.com/Htar Htet Htet)

Pemerintah Myanmar sendiri telah memiliki masalah selama beberapa dekade dengan kelompok-kelompok pejuang di beberapa wilayah yang menginginkan otoritas yang lebih besar. Salah satunya adalah Chin National Front (CNF), kelompok pejuang di negara bagian Chin, di sebelah barat Myanmar. Oleh junta militer, kelompok itu disebut sebagai kelompok teroris.

Sejak bulan Mei, masyarakat di Chin, khususnya di kota Mindat dan di wilayah lainnya mulai mempersenjatai diri dan melawan militer. Melansir dari laman The Guardian, bahkan selebriti juga ikut terlibat dalam pelatihan senjata. 

Beberapa selebriti tersebut antara lain adalah Miss Grand International, Htar Htet Htet, hingga Han Htoo Lwin, yang dikenal sebagai Kyar Pauk, penyanyi utama band punk rock Big Tas.

Menurut Dr. Sasa, juru bicara pemerintah bayangan Myanmar yang disebut NUG (National Unity Government) mengatakan "orang-orang Myanmar tidak punya pilihan lain. Mereka hanya tidak punya pilihan lain. Ancaman terus-menerus dari serangan militer, penangkapan, penyiksaan dan pembunuhan telah mendorong masyarakat untuk mengangkat senjata."

Belasan kelompok sipil telah terbentuk dan mempersenjatai diri untuk melawan junta militer. Menurut Dr. Sasa, ini adalah permulaan. Akan tetapi fenomena tersebut telah terjadi di seluruh negara dan mendekati " jalan menuju perang saudara."

2. Front Nasional Chin bergabung dengan pemerintah bayangan

Baca Juga: Penanganan COVID-19 di Myanmar Memburuk Sejak Kudeta Militer

Untuk menyaingi pemerintahan junta militer yang dipimpin oleh Min Aung Hlaing, para politisi dan aktivis membentuk pemerintahan tandingan bernama National Unity Government (NUG) pada pertengahan bulan April.

Orang-orang yang menjabat di NUG telah berusaha untuk melobi komunitas internasional agar mengakui pemerintahan bayangan dan agar memberikan tekanan kepada pemerintahan junta militer.

Melansir dari laman Irrawaddy, pada hari Sabtu (29/5), NUG telah membuat kesepakatan dengan Front Nasional Chin (CNF) untuk bekerja sama. Kedua belah pihak setuju untuk bekerja sama berdasarkan kesetaraan, saling menghormati dan saling memberikan pengakuan untuk melawan kediktatoran demi membangun demokrasi federal.

NUG dan CNF juga setuju untuk melindungi warga sipil dan menerapkan serikat federal. Kesepakatan tersebut ditandatangani oleh Wakil Presiden NUG Duwa Lashi La, Perdana Menteri NUG Mahn Win Khaing Than dan menteri NUG lainnya. Ketua CNF yang bernama Pu Zing Cung dan para pemimpin lainnya menandatangani perjanjian tersebut.

Sejak akhir April, Chinland Defense Force (CFD), pasukan pejuang CNF, bentrok dengan junta di kota Mindat. Korban jiwa berjatuhan dari kedua belah pihak. Setengah dari 5.000 penduduk dilaporkan mengungsi karena ketegangan semakin meningkat.

3. Junta militer meluncurkan serangan artileri dan udara ke negara bagian Kayah

Myanmar memiliki jumlah penduduk lebih dari 50 juta orang. Selama puluhan tahun, ada puluhan kelompok pemberontak yang berbasis etnis berdiri untuk melawan pemerintahan. Setidaknya ada 64 kelompok pemberontak yang diketahui. Kini ketika kudeta dilakukan oleh junta militer, banyak dari kelompok pemberontak itu yang menawarkan bantuan kepada masyarakat anti-kudeta.

Kelompok-kelompok pemberontak tersebut dapat berusaha mengeksploitasi kudeta demi keuntungan teritorial mereka sendiri. Hal ini akan semakin memperumit krisis.

Melansir dari laman The Guardian, menurut Richard Horsey, penasihat senior Myanmar untuk Crisis Group bahkan mengkhawatirkan ada tren baru di Myanmar. Tren tersebut adalah memburu rakyat sipil yang dicurigai menjadi informan junta militer, lalu menyerangnya. "Akan sulit untuk menahan begitu kekerasan semacam ini menjadi norma. Sulit untuk menutup dinamika ini lagi nanti," katanya.

Di sisi lain, pasukan pertahanan rakyat Karenni yang eksis di negara bagian Kayah di sebelah tenggara Myanmar, masih terus melancarkan serangan kepada junta militer.

Pada hari Senin (31/5) mereka terlibat bentrokan di kota Demoso. Melansir dari laman Myanmar Now, Karenni People’s Defence Force (KPDF) mengatakan setidaknya 106 personel junta militer tewas dalam bentrokan di Demoso dan kota lain di negara bagian Kayah sejak 21 Mei lalu. Masyarakat sipil dan personel KPDF yang meninggal dilaporkan ada 26 orang.

Dalam bentrokan terbaru pada hari Senin, junta militer mengerahkan artileri berat dan serangan udara. Menurut salah satu anggota KPDF, "kami menyerang dengan senjata ringan tapi mereka membalas dengan peluru artileri. Mereka masih menembak sekarang dan kami belum bisa keluar," jelasnya pada Senin malam.

Puluhan ribu penduduk di negara bagian Kayah telah meninggalkan rumah sejak pertempuran semakin memanas. Mereka saat ini membutuhkan bantuan makanan dan akses medis.

Baca Juga: ASEAN Minta Bantuan PBB dan Dewan Keamanan untuk Menekan Myanmar

Pri Saja Photo Verified Writer Pri Saja

Petani Kata

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Novaya

Berita Terkini Lainnya