Australia-Singapura Persiapkan Beleid Ekonomi Hijau Pertama di Dunia
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Jakarta, IDN Times - Sebelum bertolak ke Indonesia untuk mengikuti Pertemuan Menteri Luar Negeri (Menlu) G20 di Bali, Menteri Luar Negeri (Menlu) Australia Penny Wong melakukan kunjungan resmi ke Singapura pada 6-7 Juli 2022.
Dalam kunjungannya tersebut, Wong bertemu dengan jajaran pejabat Singapura, yakni Perdana Menteri Lee Hsien Loong, Wakil Perdana Menteri dan Menteri Keuangan Lawrence Wong, serta Menlu Vivian Balakrishnan.
Lalu, apa saja yang dibahas oleh Australia-Singapura pada pertemuan bilateral tersebut?
1. Hubungan Australia-Singapura
Australia dan Singapura telah menjalin kerja sama luas di bawah Kemitraan Strategis Komprehensif, baik di bidang pertahanan, perdagangan, ekonomi, ilmu pengetahuan dan inovasi, ekonomi digital, hingga hubungan antarmasyarakat.
Namun, kedua negara sepakat untuk memperluas lagi kerja sama di bidang-bidang baru, seperti ekonomi hijau, ketahanan energi, serta ketahanan pangan, dan rantai pasokan.
Australia menegaskan bahwa pemerintahan baru memiliki tingkat ambisi yang jauh lebih besar terhadap perubahan iklim, di mana konvergensi Australia-Singapura dilihat sebagai peluang ekonomi yang sangat besar bagi kedua negara.
Singapura sendiri merupakan mitra perdagangan dan investasi terbesar Australia di Asia Tenggara dan saat ini sedang bekerja sama untuk merundingkan Perjanjian Ekonomi Hijau Australia-Singapura, seperti yang dilansir dari laman resmi Menteri Luar Negeri Australia.
Baca Juga: RI-Australia Sepakat Cari Solusi Damai untuk Ukraina dan Myanmar
2. Tentang Perjanjian Ekonomi Hijau (GEA)
Editor’s picks
Balakrishnan juga menyoroti perihal kemitraan ekonomi hijau atau perjanjian ekonomi hijau (Green Economy Agreement/GEA) antara Singapura dan Australia, yang telah diumumkan sejak Oktober 2021.
Perjanjian ini memiliki peran penting dalam memfasilitasi perdagangan dan investasi, serta mendukung misi kedua negara untuk memenuhi tujuan emisi nol-bersih.
"Ini adalah sesuatu yang jelas sangat penting bagi Singapura, karena kami adalah negara pulau kecil dan perubahan iklim merupakan ancaman eksistensial bagi kami," kata Balakrishnan, dilansir laman resmi Kementerian Luar Negeri Singapura.
Menlu Wong pun berpandangan sama akan hal tersebut, dan saat ini kedua negara sedang bernegosiasi pada perjanjian ambisius itu. Dia pun menyebut GEA sebagai 'perjanjian pertama di dunia', yang menurut Straits Times, perjanjian tersebut menggabungkan antara tujuan perdagangan, ekonomi, dan lingkungan guna menghilangkan hambatan non-tarif dalam lingkungan perdagangan barang dan jasa, dan mempercepat penyerapan teknologi hijau.
Sejauh ini, negosiasi dari perjanjian itu telah berjalan 10 putaran negosiasi, dan Menlu Singapura tidak menjelaskan secara rinci batas waktu dari negosiasi tersebut.
3. Singapura mengincar kerja sama pada energi hidrogen dengan Australia
Singapura juga mengincar kerja sama pada ketahanan energi dengan Australia, di mana potensi negara yang dipimpin oleh Perdana Menteri Anthony Albanese tersebut dianggap mampu menjadi pusat hidrogen.
Potensi besar tersebut diharapkan mampu menjadi energi terbarukan dan dapat menghasilkan 'hidrogen hijau'.
"Karena Singapura adalah pelabuhan bunker, jika kita dapat menantikan transformasi lebih lanjut di bidang maritim dan infrastruktur transportasi lainnya, sekali lagi ini merupakan area yang sangat subur di mana kita dapat bekerja sama secara erat," kata Balakrishnan.
Baca Juga: Australia Tawarkan Pembangunan Infrastruktur Ramah Lingkungan di IKN
IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.