Bantah Laporan Uji Coba Rudal Hipersonik, China: Tak Akurat

Hal tersebut memantik kekhawatiran Washington

Beijing, IDN Times - Pada hari Senin (18/10/2021), China telah membantah laporan yang menyatakan bahwa mereka melakukan uji coba rudal hipersonik yang memiliki kemampuan nuklir pada bulan Agustus. China mengklaim bahwa mereka melakukan pemeriksaan teknologi pesawat ruang angkasa yang berfokus pada apakah kendaraan itu dapat digunakan kembali dan mengatakan bahwa laporan tersebut tidak akurat.

Sebelumnya, surat kabar The Financial Times (FT) melaporkan pada hari Sabtu bahwa China telah meluncurkan rudal berkemampuan nuklir pada bulan Agustus, di mana mengitari bumi pada orbit rendah sebelum akhirnya melewati target, sekitar 38 km (24 mil), dikutip dari Al Jazeera.

Laporan soal China tersebut pun memicu kekhawatiran di Amerika Serikat (AS), di mana laporan FT juga memaparkan bahwa uji rudal supersonik tersebut menunjukkan kemajuan luar biasa Beijing dan jauh lebih maju daripada yang disadari para pejabat Washington.

1. Pihak China mengatakan bahwa tes tersebut adalah uji coba rutin pada pesawat ruang angkasa

Bantah Laporan Uji Coba Rudal Hipersonik, China: Tak AkuratJuru bicara Kementerian Luar Negeri China, Zhao Lijian. (twitter.com/zlj517)

Dilansir BBC, Pada hari Senin, Zhao Lijian selaku juru bicara Kementerian Luar Negeri China mengatakan kepada wartawan dalam konferensi pers bahwa tes tersebut adalah uji pesawat ruang angkasa rutin yang telah dilakukan pada bulan Juli untuk mengetahui apakah dapat digunakan kembali, "Ini bukan rudal, ini pesawat luar angkasa," ungkapnya. "Ini sangat penting untuk mengurangi biaya penggunaan pesawat ruang angkasa."

Zhao juga menambahkan bahwa di masa lalu banyak negara telah melakukan tes serupa, dan menyatakan bahwa laporan FT tidak akurat.

"Yang terpisah dari pesawat ruang angkasa sebelum kembali adalah peralatan pendukung pesawat ruang angkasa yang terbakar dan hancur dalam proses jatuh ke atmosfer dan mendarat di laut lepas," ungkap Zhao. "China akan bekerja sama dengan negara-negara lain di dunia untuk memberi manfaat bagi umat manusia dalam penggunaan ruang angkasa secara damai," dikutip dari CNN.

Komentar Zhao datang beberapa hari pasca China meluncurkan awak tiga orang kedua untuk menjadi staf stasiun luar angkasanya dalam misi enam bulan. 

2. Respon Amerika Serikat

Bantah Laporan Uji Coba Rudal Hipersonik, China: Tak AkuratBendera Amerika Serikat. (Pexels.com/Brett Sayles)

Laporan FT muncul pada ketegangan yang memanas antara China dan AS, dengan beberapa komentator mengatakan perkembangan terakhir mengingatkan pada Perang Dingin antara Uni Soviet dan barat pada abad ke-20.

Sejumlah negara-negara barat juga telah menyatakan keprihatinan atas pertunjukan kekuatan militer China baru-baru ini.

Pada hari Senin, Robert Wood selaku Duta Besar Perlucutan Senjata AS mengatakan bahwa, "AS sangat prihatin, di saat AS telah menahan diri dari mengejar aplikasi militer untuk teknologi ini, malahan China dan Rusia yang telah sangat aktif mengejar penggunaan militer, yang artinya AS harus merespon dengan cara yang sama," ungkapnya kepada wartawan di Jenewa.

"Kami hanya tidak tahu bagaimana kami bisa bertahan melawan teknologi itu, begitu juga dengan China dan Rusia."

Menanggapi laporan FT, Mike Gallagher dari anggota Partai Republik di Komite Angkatan Bersenjata DPR AS, memperingatkan bahwa jika Washington tetap berpegang pada pendekatannya saat ini, Amerika bisa kalah dalam Perang Dingin baru dengan Komunis China dalam dekade ini.

Baca Juga: China Kecam Pergerakan Kapal Perang AS dan Kanada

3. Saat ini tidak hanya China yang sedang mengerjakan teknologi hipersonik

Bantah Laporan Uji Coba Rudal Hipersonik, China: Tak AkuratBendera Tiongkok. (Unsplash.com/Macau Photo Agency)

Dilansir The Guardian, Selain China, AS, Rusia, dan setidaknya 5 negara lain sedang mengerjakan teknologi hipersonik dan menurut laporan baru-baru ini oleh US Congressional Research Service, China telah secara agresif mengembangkan teknologi tersebut.

Dilaporkan bahwa rudal hipersonik dapat terbang lebih dari lima kali kecepatan suara dan seperti rudal balistik dapat mengirimkan hulu ledak nuklir, namun perbedaannya rudal balistik terbang tinggi ke luar angkasa dalam bentuk busur guna mencapai target mereka, sementara hipersonik terbang pada lintasan rendah di atmosfer, yang mana berpotensi mencapai target lebih cepat.

Rudal hipersonik dapat bermanuver, yang membuatnya lebih sulit untuk dilacak dan dipertahankan.

Negara-negara termasuk AS telah mengembangkan sistem untuk bertahan melawan rudal jelajah dan balistik, tetapi masih dipertanyakan perihal kemampuan mereka untuk melacak dan mejatuhkan rudal hipersonik.

Bulan lalu, Korea Utara mengatakan bahwa mereka telah berhasil menguji coba rudal hipersonik baru. Lalu, pada bulan Juli, Rusia mengatakan bahwa misilnya telah diluncurkan dari sebuah fregat di Laut Putih.

Baca Juga: China Luncurkan 3 Astronot ke Stasiun Luar Angkasa Baru

Rahmah N Photo Verified Writer Rahmah N

Member IDN Times Community ini masih malu-malu menulis tentang dirinya

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Novaya

Berita Terkini Lainnya