Menkes Jepang: Sulit Cabut Status Darurat COVID-19

Direncanakan tanggal 12 September berakhirnya masa darurat 

Tokyo, IDN Times - Pada hari Minggu (29/8/2021), Menteri Kesehatan Jepang Norihisa Tamura mengatakan bahwa akan sangat sulit untuk Jepang mencabut berakhirnya keadaaan darurat COVID-19 sesuai yang telah direncanakan pada tanggal 12 September ini, disebabkan Negeri Sakura tersebut masih berjuang dalam menahan lonjakan infeksi corona dan kemelut pada sistem medis. Hal ini disampaikan oleh Tamura pada program TV NHK.

1. Rumah sakit kebanjiran pasien akibat lonjakan kasus corona

Menkes Jepang: Sulit Cabut Status Darurat COVID-19Ilustrasi infus. (Unsplash.com/Marcelo Leal)

Seperti yang dilaporkan oleh Kyodo News, Pemerintah Jepang memutuskan awal bulan ini untuk perpanjang pencabutan deklarasi darurat dari akhir Agustus - 12 September, sambil perluas area untuk tindakan tersebut ke 8 prefektur lagi, dengan total menjadi 21 prefektur.

Tamura mengatakan pada program tersebut bahwa, "Melihat keadaan saat ini, mungkin sangat sulit untuk akhiri deklarasi darurat yang mencakup 21 dari 47 prefektur Jepang sesuai yang direncanakan."

Langkah tersebut dilakukan karena lonjakan nasional kasus virus corona varian Delta yang sangat menular, di mana membuat rumah sakit kewalahan dalam menampung pasien COVID-19.

"Sangat penting untuk menambah jumlah tempat tidur rumah sakit," ungkap Tamura.

Pekan lalu, pemerintah Jepang menginstruksikan kepada semua institusi medis untuk mengamankan tempat tidur dan menerima pasien COVID-19 sebanyak mungkin, dan rumah sakit tidak memiliki alasan untuk tidak mematuhinya.

Perintah tersebut dibuat untuk pertama kalinya di bawah undang-undang penyakit menular yang direvisi, walaupun para ahli kesehatan merespon efek dari langkah tersebut masih belum jelas.

2. Perpanjangan deklarasi darurat COVID-19 dan politik di Jepang

Menkes Jepang: Sulit Cabut Status Darurat COVID-19Bendera Jepang. (Unsplash.com/ Roméo A.)

Untuk mencabut keadaan darurat, jumlah kasus harian COVID-19 di Tokyo, misalnya, harus turun di bawah 500. Pada hari Minggu, Tokyo melaporkan 3.081 kasus dan 14 kematian baru akibat penyakit COVID-19, dikutip dari Asahi Shimbun

Sementara itu, di pemerintahan sendiri terjadi perdebatan soal perpanjangan deklarasi darurat ketika pemilihan kepemimpinan untuk Partai Demokrat Liberal yang berkuasa di Jepang ditetapkan pada 29 September, di mana kampanye akan dimulai pada 17 September.

Merangkap sebagai ketua partai, Perdana Menteri Jepang Yoshihide Suga, telah berulang kali mengatakan saat ditanya perihal perlombaan kepemimpinan partai dan pembubaran majelis rendah parlemen, bahwa dia menempatkan prioritas utama pada tanggapan virus corona. Seperti yang diketahui, pada 21 Oktober masa jabatan anggota Majelis Rendah akan berakhir.

Baca Juga: Jepang Catat Angka Kelahiran Terendah 2 Dekade Terakhir

3. Kasus COVID-19 dan vaksinasi di Jepang

Menkes Jepang: Sulit Cabut Status Darurat COVID-19Ilustrasi Vaksin COVID-19. (Unsplash.com/Daniel Schludi)

Sejak pandemi virus corona dimulai, Jepang melaporkan ada 1.447.720 kasus kumulatif dan 15.921 kematian, serta lebih dari 23.400 kasus setiap harinya.

Dalam hal vaksinasi, Berdasarkan dari data di laman resmi Perdana Menteri Jepang dan kabinetnya, japan.kantei.go.jp, Jepang telah memberikan setidaknya 124.534.483 dosis vaksin (per 26 Agustus 2021), dengan rincian: dosis pertama sebanyak 69.261.828 dosis dan dosis kedua sebanyak 55.272.655 dosis.

Akan tetapi, Jepang masih tertinggal di antara negara-negara maju dalam hal vaksinasi, dengan vaksinasi penuh baru sekitar 43 persen.

Dilansir AP News, Menteri Jepang yang bertanggung jawab atas peluncuran vaksin, Taro Kano mengatakan bahwa ia berjanji akan memberikan suntikan booster tepat waktu, yang nantinya populasi di Jepang telah di vaksinasi sepenuhnya pada bulan Oktober atau November.

Kano dalam acara Fuji TV yang disiarkan secara nasional mengatakan bahwa, "Jepang menargetkan tingkat vaksinansi 80 persen." Lalu, sistem digital untuk bukti vaksinasi akan tersedia akhir tahun ini.

Suntikan booster Pfizer dan Moderna akan tiba awal tahun depan tepat waktu yang diprioritaskan untuk pekerja medis, orang tua, serta sebagian besar yang mendapat suntikan kedua pada bulan Juli.

Baca Juga: Moon Jae In: Korsel Buka Pintu Dialog Bersama Jepang

Rahmah N Photo Verified Writer Rahmah N

Member IDN Times Community ini masih malu-malu menulis tentang dirinya

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Novaya

Berita Terkini Lainnya