Populasi Anak di Jepang Terus Merosot selama 42 Tahun

Angka kelahiran pada tahun lalu hanya berkisar pada 800 ribu

Jakarta, IDN Times - Setiap 5 Mei, Jepang memperingati 'Kodomo no Hi' atau Hari Anak. Pada tanggal tersebut menjadi hari libur yang didedikasikan untuk anak-anak.

Data terbaru pemerintah Jepang menunjukkan bahwa populasi anak-anak Jepang mengalami penurunan selama 42 tahun berturut-turut, NHK News melaporkan (5/5/2023).

Menurut data dari Kementerian Dalam Negeri, tercatat bahwa rasio anak-anak terhadap keseluruhan populasi Negeri Sakura adalah 11,5 persen, persentase itu turun 0,2 poin. Angka tersebut menjadi yang terendah sejak dimulainya data pembanding pada 1950.

Baca Juga: Profil Shunsaku Sagami, Miliarder Usia 32 Tahun Asal Jepang

1. Upaya Jepang dalam menaikkan angka kelahiran

Populasi Anak di Jepang Terus Merosot selama 42 TahunPerdana Menteri Jepang, Fumio Kishida. (twitter.com/kishida230)

Perdana Menteri Jepang Fumio Kishida telah menyerukan untuk menerapkan langkah-langkah yang belum pernah terjadi sebelumnya, guna meningkatkan angka kelahiran.

Pada bulan lalu, pemerintah Jepang membentuk Badan Anak dan Keluarga. Itu sebagai upaya pengawasan terhadap penerapan kebijakan pada anak, termasuk mengenai pentipan anak dan mengasuh anak.

Pihaknya juga sedang mempertimbangkan berbagai langkah, seperti mengamankan sumber keuangan untuk rumah tangga yang mengasuh anak. Meski begitu, masih ada keraguan apakah inisiatif tersebut akan efektif dalam membalikkan angka kelahiran yang menurun dan populasi yang menyusut di negara itu.

Baca Juga: Kementerian BUMN Lobi BPKP untuk Impor KRL Bekas dari Jepang 

2. Penurunan populasi anak di seluruh Jepang

Populasi Anak di Jepang Terus Merosot selama 42 TahunBendera Jepang. (Unsplash.com/ Roméo A.)

Dilansir Kyodo News, data pemerintah menunjukkan penurunan populasi anak di seluruh 47 prefektur Jepang terjadi sejak Oktober.

Data pada 1 April menunjukkan jumlah anak berusia 14 tahun atau lebih muda, termasuk warga asing berjumlah 14,35 juta jiwa. Angka ini turun sekitar 300 ribu dari tahun sebelumnya. Dari jumlah tersebut, laki-laki berjumlah 7,35 juta jiwa dan perempuan berjumlah 7 juta jiwa.

Selain itu, dilaporkan bahwa anak berusia antara 12 dan 14 tahun berkisar 3,21 juta orang, sementara yang berusia 0 hingga 2 tahun berada pada jumlah 2,43 juta orang. Ini menunjukkan tren berkelanjutan dari jumlah anak yang lebih sedikit di antara demografi yang lebih muda.

Berdasarkan prefektur, Okinawa memiliki rasio anak tertinggi secara keseluruhan sebesar 16,3 persen. Akita menjadi prefektur dengan rasio terendah sebesar 9,3 persen.

Baca Juga: Terungkap! Momen Terakhir Jurnalis Jepang sebelum Mati di Myanmar

3. PBB sebut Jepang salah satu negara dengan jumlah populasi anak terrendah

Populasi Anak di Jepang Terus Merosot selama 42 TahunLambang PBB di Markas Besar PBB, New York. (Instagram.com/unitednations)

Menurut data World Bank, Saat ini, Jepang memiliki populasi sekitar 125 juta jiwa. Jumlah tersebut termasuk 28 persen dengan proporsi orang yang berusia 65 tahun ke atas, di mana menjadi yang tertinggi kedua di dunia setelah Monaco.

Tingkat kelahiran melambat di banyak negara, termasuk Jepang yang pada tahun lalu mencatat angka kelahiran hanya berada pada kurang dari 800 ribu kelahiran. PBB melaporkan bahwa Jepang memiliki rasio terendah di antara 36 negara dengan populasi lebih dari 40 juta jiwa.

Dikutip dari BBC, turunnya tingkat kelahiran di Jepang, disebabkan beberapa faktor, termasuk biaya hidup. Selain itu, ada faktor jumlag perempuan lebih banyak dalam sektor pendidikan dan pekerjaan, serta akses yang lebih besar terhadap kontrasepsi yang menyebabkan perempuan memilih untuk memiliki anak lebih sedikit.

Korea Selatan pun harus bergulat dengan angka kelahiran yang anjlok. Dengan populasi yang berjumlah sekitar 51,8 juta jiwa pada 2022, diperkirakan akan mengalami penyusutan pada 2050 menjadi 45,8 juta jiwa.

Awal tahun ini, China melaporkan penurunan populasi pertamanya selama 60 tahun. Bahkan menurut data PBB, China yang menempati posisi pertama sebagai negara terpadat di dunia, diprediksi akan digeser oleh India pada pertengahan 2023 dan digadang-gadang posisi tersebut akan berada hingga 2050.

Rahmah N Photo Verified Writer Rahmah N

Member IDN Times Community ini masih malu-malu menulis tentang dirinya

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Anata Siregar

Berita Terkini Lainnya