Distribusi Vaksin Tidak Merata, Negara-Negara Uni Eropa Cekcok

AstraZeneca kembali memangkas target pengirimannya

Jakarta, IDN Times – Enam negara anggota Uni Eropa (UE) menyampaikan protes terkait ketidakadilan dalam proses mendistribusikan vaksin COVID-19 di blok yang berisikan 27 negara tersebut.

Protes itu disampaikan oleh Austria, Latvia, Republik Ceko, Bulgaria, Kroasia dan Slovenia kepada Komisi Eropa pada Sabtu (13/3/2021).

Protes itu juga disampaikan setelah produsen vaksin COVID-19 AstraZeneca kembali memangkas target pengirimannya, lapor CNBC, Senin.

“Jika sistem ini dijalankan, maka akan terus menciptakan dan memperburuk disparitas besar di antara negara-negara anggota pada musim panas ini,” tulis para kepala negara dalam surat mereka.

Baca Juga: AS Tuduh Rusia Sebarkan Hoaks tentang Vaksin Pfizer dan Moderna

1. Pendistribusian vaksin

Distribusi Vaksin Tidak Merata, Negara-Negara Uni Eropa CekcokPresiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen tiba untuk konferensi tingkat tinggi Uni Eropa pertama setelah penyebaran penyakit virus korona (COVID-19) di Brussels, Belgia, Sabtu (18/7/2020) (ANTARA FOTO/Olivier Matthys/Pool via REUTERS)

Pada awalnya negara-negara UE sepakat untuk membagikan vaksin yang mereka beli dengan proporsi yang merata, mempertimbangkan jumlah populasi suatu negara. Tetapi beberapa negara memungkinkan sejumlah fleksibilitas ke dalam sistem sehingga mereka dapat memilih lebih banyak vaksin spesifik berdasarkan harga dan kondisi pemeliharaannya.

Menanggapi surat itu, Komisi Eropa mengatakan proses distribusi dilakukan dengan transparan. Lembaga itu juga mengatakan bahwa fleksibilitas yang ada merupakan keputusan negara anggota sendiri.

“Di bawah sistem ini, jika sebuah negara anggota memutuskan untuk tidak mengambil alokasi pro rata, dosisnya didistribusikan kembali di antara Negara Anggota lain yang berkepentingan,” kata komisi dalam sebuah pernyataan.

2. Fleksibilitas dalam pendistribusian vaksin

Distribusi Vaksin Tidak Merata, Negara-Negara Uni Eropa CekcokPetugas kesehatan mengikuti latihan persiapan kemungkinan adanya penumpang yang tiba dengan terinfeksi virus korona di bandara Sofia, Bulgaria, Selasa (25/2/2020). ANTARA FOTO/REUTERS/Dimitar Kyosemarliev

Laporan media menyebut sejumlah negara bisa menentukan untuk lebih banyak membeli vaksin merek tertentu. Misalnya Bulgaria ditentukan untuk menerima lebih sedikit vaksin Pfizer dan BioNTech, vaksin yang paling mahal, dan lebih banyak vaksin yang dikembangkan oleh AstraZeneca dan Universitas Oxford. Hal itu membuat negara UE lainnya bisa membeli kelebihan vaksin Pfizer dan BioNTech.

Bulgaria dan negara-negara penandatangan lainnya termasuk di antara negara-negara Uni Eropa yang menerima vaksin dalam jumlah terendah sejauh ini, menurut data dari Pusat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (CDC) Eropa.

“(Kami) khawatir bahwa tanpa perubahan apa pun, beberapa negara UE akan dapat mencapai kekebalan kawanan dalam beberapa minggu sementara yang lain akan tertinggal jauh,” kata mereka dalam suratnya.

Baca Juga: Kekurangan Vaksin, UE Desak AstraZeneca Distribusi Vaksin

3. Pengurangan pengiriman pasokan

Distribusi Vaksin Tidak Merata, Negara-Negara Uni Eropa CekcokVaksin Astrazeneca ( ANTARA FOTO/Muhammad Iqbal)

Keluhan mereka disampaikan setelah AstraZeneca dikabarkan tidak akan memenuhi target pengirimannya dalam beberapa bulan mendatang.

Perusahaan farmasi Swedia-Inggris itu mengkonfirmasi kepada CNBC pada Senin bahwa mereka akan mengirimkan 30 juta dosis ke UE pada akhir kuartal pertama dan 70 juta dosis lainnya selama kuartal kedua.

Jumlah itu di bawah yang diharapkan akan diterima oleh blok itu. Menurut laporan, isu ini akan dibahas pada pertemuan Eropa berikutnya pada akhir bulan ini.

Baca Juga: Ikuti Negara Lain, Belanda Tangguhkan AstraZeneca

Topik:

  • Dwifantya Aquina

Berita Terkini Lainnya