Hindari Lockdown COVID-19 Ke-3, Prancis Berlakukan Kontrol Perbatasan

Prancis negara ke-6 yang miliki kasus COVID-19 terbanyak

Jakarta, IDN Times – Prancis memberlakukan kontrol perbatasan baru pada Minggu (24/1/2021). Langkah ini ditempuh sebagai bagian dari upaya besar-besaran negara tersebut untuk menahan penyebaran COVID-19 dan menghindari penguncian nasional (national lockdown) lagi.

Upaya itu juga dilakukan di saat proses vaksinasi COVID-19 terus dijalankan. Menurut otoritas kesehatan Prancis, telah ada satu juta orang yang menerima suntikan vaksin virus corona per Sabtu lalu.

Meski demikian, tingginya tingkat penyebaran virus, tingkat rawat inap, dan kematian akibat COVID-19 memicu kekhawatiran bahwa Prancis mungkin memerlukan penguncian penuh lagi. Jika terjadi, itu akan menjadi lockdown ketiga di negara tersebut.

Baca Juga: Imigran Garda Depan COVID-19 dapat Kewarganegaraan Prancis

1. Saran untuk menerapkan pembatasan

Hindari Lockdown COVID-19 Ke-3, Prancis Berlakukan Kontrol PerbatasanIlustrasi suasana pandemik COVID-19 di Paris. ANTARA FOTO/REUTERS/Stephane Mahe

Ekonomi dan bisnis Prancis telah mengalami tekanan besar akibat pandemik COVID-19, apalagi saat negara tersebut memberlakukan lockdown. Oleh karenanya, negara tersebut berniat menghindari lockdown kembali agar tidak terjadi kerugian yang lebih dalam pada ekonomi.

Presiden dewan ilmiah, Jean-Francois Delfraissy, telah menyarankan pada pemerintah untuk segera mengambil keputusan soal pembatasan. Dewan ilmiah merupakan lembaga yang dibentuk untuk memberi saran kepada pemerintah tentang pandemik di Prancis.

“Mungkin perlu bergerak menuju pembatasan,” katanya pada Minggu, sebagaimana dikutip dari Channel News Asia.

“Ada keadaan darurat ... Semakin cepat Anda mengambil keputusan, semakin efektif dan dapat memiliki durasi yang terbatas,” tambah Delfraissy.

2. Kontrol perbatasan baru

Hindari Lockdown COVID-19 Ke-3, Prancis Berlakukan Kontrol PerbatasanANTARA FOTO/REUTERS/Benoit Tessier

Sejak memberlakukan kontrol perbatasan baru pada Minggu, orang-orang yang datang ke Prancis dari negara-negara Uni Eropa (UE) melalui udara atau laut harus memiliki bukti hasil tes PCR negatif. Hasil tes tersebut harus diperoleh dalam 72 jam sebelumnya.

Persyaratan tersebut telah diterapkan pada kedatangan non-UE sejak pertengahan Januari.

Namun, pelancong UE yang memasuki Prancis melalui darat, termasuk pekerja lintas batas, tidak perlu menunjukkan hasil tes negatif.

Menurut Menteri Transportasi Jean-Baptiste Djebbari, ada sekitar 62 ribu orang saat ini yang tiba di bandara dan pelabuhan laut Prancis dari negara UE lainnya setiap minggunya.

Baca Juga: Prancis Tolak Minta Maaf Terkait Kejahatan saat Penjajahan Aljazair

3. Dirikan pusat pengujian

Hindari Lockdown COVID-19 Ke-3, Prancis Berlakukan Kontrol PerbatasanPresiden Prancis Emmnuel Macron, memakai masker pelindung, memberi hormat bagi peneliti saat mengunjungi laboratorium pengembangan industri di unit pembuat vaksin pabrik Sanofi Pasteur di Marcy-l'Etoile, dekat Lyon, Prancis, Selasa (16/6/2020) (ANTARA FOTO/REUTERS/Gonzalo Fuentes)

Bandara internasional utama Paris Roissy-Charles-de-Gaulle telah mendirikan pusat pengujian di terminal mereka. Pusat pengujian itu ditujukan untuk penumpang penerbangan intra-UE yang belum sempat melakukan tes di negara asalnya, agar bisa melakukan tes begitu tiba di negara itu.

Prancis juga terus melakukan vaksinasi di dalam negeri untuk menekan wabah COVID-19.

Satu juta orang di Prancis telah menerima setidaknya satu suntikan vaksin COVID-19, sejak memulai kampanye vaksinasi empat minggu lalu, kata Perdana Menteri Jean Castex. Fokus pertama vaksinasi adalah orang-orang di atas 75 tahun yang tinggal di panti dan petugas kesehatan berusia di atas 50 tahun.

Prancis saat ini menjadi negara ke-6 yang memiliki kasus COVID-19 terbanyak di dunia. Menurut Worldometers, angkanya mencapai 3.053.617 kasus dengan 73.049 kematian dan 216.965 sembuh.

Baca Juga: Strain COVID-19 Inggris Masuk Prancis, Jepang Temukan Strain Baru

Topik:

  • Dwifantya Aquina

Berita Terkini Lainnya