Mengenal Mahmoud Abbas, Presiden Palestina yang Tangguh

Abbas jadi pejuang sejak sebelum jadi presiden

Jakarta, IDN Times – Rakyat Palestina telah menjadi pusat perhatian dunia karena menjadi korban kekejaman konflik yang dimiliki negara tersebut dengan Israel. Mereka tidak hanya harus hidup miskin di pengungsian, tapi juga menghadapi ancaman kematian setiap kali Israel melakukan penyerangan ke wilayah mereka.

Konflik yang telah ada selama berberapa dekade itu tentunya bukan hanya menjadi beban bagi rakyat Palestina, tapi juga untuk pemimpin negara itu, Mahmoud Abbas.

Dikenal sebagai tokoh yang tak lepas dari perjuangan untuk membela hak negaranya jauh sebelum menjabat sebagai presiden Palestina, berikut adalah profil Mahmoud Abbas.

1. Pernah jadi pengungsi

Mengenal Mahmoud Abbas, Presiden Palestina yang TangguhPresiden Palestina, Mahmoud Abbas (Wafa News Agency)

Abbas yang juga dikenal sebagai Abu Mazen adalah pemimpin politik Palestina, ketua Organisasi Pembebasan Palestina (PLO) dan Presiden Otoritas Palestina.

Pria kelahiran Safed, 26 Maret 1935 itu pernah meninggalkan Palestina dan pergi ke Suriah sebagai pengungsi saat Perang Kemerdekaan Israel pada 1948. Ia kemudian bekerja sebagai guru sekolah dasar di sana.

Ia memperoleh gelar Bachelor of Arts (BA) bidang hukum dari Universitas Damaskus dan gelar Doctor of Philosophy (Ph.D.) dari Oriental College di Moskow dalam bidang sejarah. Abbas pernah bekerja sebagai direktur personalia di layanan sipil dan mulai mengelola dan mengatur kelompok Palestina.

Baca Juga: Mengenal Jalur Gaza, Lokasi yang Lekat dengan Konflik Israel-Palestina

2. Bergabung dengan kelompok rahasia

Mengenal Mahmoud Abbas, Presiden Palestina yang TangguhPresiden Palestina, Mahmoud Abbas (kanan), mengumumkan akan menggelar Pemilu serentak tahun 2021 ini. (Twitter.com/PalestinePDP)

Menurut Jewish Virtual Library, pada pertengahan 1950-an, Abbas aktif dalam politik Palestina, bergabung dengan kelompok rahasia bawah tanah di Qatar dan pada 1961, Yasser Arafat, Mantan Ketua PLO, merekrutnya untuk bergabung dengan Fatah, sebuah partai politik Palestina. Kemudian, pada 1968, ia bergabung dengan Dewan Nasional Palestina dan Komite Eksekutif PLO.

Abbas telah mengepalai Departemen PLO untuk Hubungan Nasional dan Internasional sejak 1980 dan dipilih oleh Komite Eksekutif PLO untuk menggantikan Abu Jihad (yang dibunuh pada April 1988) sebagai ketua portofolio di Wilayah Pendudukan pada Mei 1988. Dia kemudian terpilih sebagai sekretaris jenderal Komite pada tahun 1996, yang secara informal mengukuhkan posisinya sebagai wakil Yasser Arafat.

Abbas adalah pejabat PLO pertama yang mengunjungi Arab Saudi setelah Perang Teluk pada Januari 1993 dan “meminta maaf” kepada negara-negara Teluk atas sikap PLO selama krisis berlangsung.

3. Salah satu tokoh Palestina yang mengabdikan diri untuk mencari solusi damai

Mengenal Mahmoud Abbas, Presiden Palestina yang TangguhPresiden Palestina, Mahmoud Abbas. (Twitter.com/AIPAC)

Selama kepemimpinan Arafat, Abbas kerap dianggap sebagai salah satu tokoh Palestina yang mengabdikan diri untuk mencari solusi damai untuk konflik Palestina-Israel. Dia menyarankan negosiasi dengan Israel dan memulai dialog dengan gerakan Yahudi dan pasifis di tahun 1970-an.

Dia memimpin negosiasi dengan Matiyahu Peled, komandan militer Gaza, yang menghasilkan pengumuman “prinsip perdamaian” berdasarkan solusi dua negara (two-state solution) pada Januari 1977.

Abbas juga mengkoordinasikan proses negosiasi selama konferensi Madrid. Kontak panjangnya dengan kaum kiri Israel membuatnya mendapat julukan merpati PLO dan dia memimpin tim negosiasi Palestina ke pembicaraan rahasia Oslo.

Ia menandatangani perjanjian damai 1993 dengan Israel pada 13 September 1993, atas nama PLO. Abbas telah menjadi kepala Departemen Urusan Negosiasi PLO sejak 1994 dan menandatangani Perjanjian Interim pada September 1995 atas nama PLO.

4. Kembali ke Gaza

Mengenal Mahmoud Abbas, Presiden Palestina yang TangguhANTARA FOTO/REUTERS/Sergio Perez

Pada September 1995, setelah 48 tahun di pengasingan, Abbas kembali ke wilayah Palestina dan menetap di Gaza dan Ramallah. Abbas menulis akun tentang negosiasi Oslo yang berjudul Through Secret Channels: The Road to Oslo (1995).

Bersama dengan mitranya dari Israel, Yossi Beilin, Abbas menyusun “Kerangka Kerja untuk Kesimpulan Perjanjian Status Akhir Antara Israel dan PLO” yang kontroversial pada bulan Oktober 1995.

Kerangka kerja yang lebih dikenal sebagai Rencana Abu-Mazen-Beilin ini ditolak keberadaannya selama lima tahun sebelum dipublikasikan pada September 2000. Abbas, bersama dengan Kepala Negosiator Israel untuk Kesepakatan Oslo, Uri Savir, juga memimpin sesi pertama pembicaraan status akhir Israel-Palestina pada Mei 1996.

Baca Juga: Mahmoud Abbas Umumkan Pemilu Palestina Setelah 15 Tahun

5. Jadi presiden Palestina pada 2005

Mengenal Mahmoud Abbas, Presiden Palestina yang TangguhPresiden Palestina, Mahmoud Abbas berpidato terkait rencana Trump di Timur Tengah (Raneen Sawafta/Reuters. Aljazeera.com)

Tokoh yang dikenal suka membuat banyak pernyataan radikal ini menjabat sebagai ketua Komisi Pemilihan Umum Pusat untuk pemilihan Dewan Legislatif Palestina pada Januari 1996, ketika dia terpilih sebagai wakil untuk kota Qalqilya.

Pada Maret 2003, dia diangkat sebagai Perdana Menteri pertama dari Otoritas Palestina, tetapi tidak pernah diberikan otoritas penuh karena Arafat bersikeras semua keputusan harus diselesaikan dengannya. Lebih penting lagi, Arafat mempertahankan kendali atas beberapa layanan keamanan, yang semakin melemahkan otoritas Abbas.

Ketika Abbas secara eksplisit menolak membongkar infrastruktur teroris di Palestina, seperti yang disyaratkan oleh peta jalan, proses perdamaian tersendat. Selama masa jabatannya sebagai Perdana Menteri Palestina, Abbas populer di Amerika Serikat (AS) dan di antara banyak orang Israel, tetapi tidak pernah mendapat dukungan lebih dari sebagian kecil dari rakyat Palestina.

Meski dianggap di dunia Arab sebagai otak di balik PLO, dia tidak memiliki karisma Arafat dan dianggap oleh banyak orang Palestina terlalu berdamai dengan Israel. Dia mengundurkan diri sebagai Perdana Menteri karena frustasi pada 6 September 2003, hanya empat bulan menjabat dan digantikan oleh Ahmed Korei.

Setelah kematian Yasser Arafat pada 2004, Abbas terpilih sebagai Presiden Otoritas Palestina pada 9 Januari 2005, dengan 62 persen suara. Dalam pidato kemenangannya, dia meminta kelompok teror Palestina untuk mengakhiri penggunaan kekerasan terhadap Israel, namun dia jarang mengambil tindakan konkret untuk menegakkan hal ini. Satu tahun kemudian, Abbas mengumumkan tidak akan mencalonkan diri kembali pada akhir masa jabatan empat tahunnya.

“Saya hanya akan menyelesaikan tiga tahun sisa masa jabatan saya, saya tidak akan mencalonkan diri lagi. Itu mutlak,” katanya kepada media Palestina.

Pada Mei 2006, Abbas melakukan perjalanan ke Gedung Putih dan bertemu dengan Presiden AS George W. Bush, yang sebagai imbalan atas dugaan tindakan keras Abbas terhadap terorisme, menjanjikan bantuan 50 juta dolar AS kepada Palestina dan menegaskan kembali keinginan AS untuk negara Palestina merdeka.

6. Melanjutkan jabatan presiden hingga kini

Mengenal Mahmoud Abbas, Presiden Palestina yang TangguhANTARA FOTO/REUTERS/Mohamad Torokman

Pada Januari 2009, masa jabatan Abbas sebagai presiden otoritas Palestina secara resmi berakhir. Namun dia memperpanjang masa jabatannya satu tahun lagi dengan menyatakan bahwa Undang-Undang Dasar Palestina memberinya hak untuk melakukannya.

Namun dalam sebuah wawancara dengan televisi Mesir, pada hari Rabu 15 Oktober 2014, Abbas menyatakan tidak akan bersaing untuk masa jabatan berikutnya sebagai presiden otoritas Palestina jika pemilihan segera diadakan.

Pada Agustus 2015, Abbas tiba-tiba mengundurkan diri sebagai ketua Komite Eksekutif PLO, sebuah tindakan yang dijelaskan oleh para analis sebagai konsolidasi kekuasaannya. Ketika Abbas mengundurkan diri, dia memaksa Parlemen bersidang, perlu memilih ketua baru dalam waktu 30 hari.

Dalam pidatonya di Sidang Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pada 30 September 2015, Abbas yang masih menjabat presiden menegaskan bahwa Palestina tidak lagi terikat oleh Kesepakatan Oslo serta semua perjanjian berikutnya antara Palestina dan Israel. Abbas telah bertemu dengan Donald Trump, ketika Trump melakukan perjalanan luar negeri pertamanya sebagai presiden AS pada Mei 2017.

Baca Juga: Mahmoud Abbas: Kekerasan di Palestina Salah Arah, Perdamaian Terancam!

Topik:

  • Jihad Akbar

Berita Terkini Lainnya