Myanmar Berdarah: Jokowi Berduka Cita, Desak agar Kekerasan Dihentikan
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Jakarta, IDN Times – Presiden Joko “Jokowi” Widodo menyampaikan duka cita dan simpati atas meninggalnya ratusan pendemo dalam unjuk rasa antikudeta di Myanmar yang sudah berlangsung selama sekitar dua bulan terakhir.
Dalam pernyataan langsung dari Istana Kepresidenan Bogor pada Jumat (19/3/2021), Jokowi mengatakan Indonesia mendesak agar penggunaan kekerasan dalam demo dihentikan.
“Atas nama pribadi dan seluruh rakyat Indonesia, saya menyampaikan duka cita dan simpati yang dalam kepada korban dan keluarga korban akibat penggunaan kekerasan di Myanmar, dan Indonesia mendesak agar penggunaan kekerasan di Myanmar segera dihentikan, sehingga tidak ada lagi korban berjatuhan,” katanya.
Baca Juga: PBB Minta Warga Myanmar Kumpulkan Bukti-Bukti Kekerasan Aparat
1. Jokowi minta Myanmar utamakan keselamatan dan kesejahteraan rakyat
Dalam kesempatan itu, Jokowi juga menekankan bahwa keselamatan dan kesejahteraan rakyat harus menjadi prioritas utama. Oleh karenanya, pemulihan demokrasi perlu dilakukan dengan cara yang lebih kondusif.
“Indonesia juga mendesak agar dialog, agar rekonsiliasi segera dilakukan untuk memulihkan demokrasi, untuk memulihkan perdamaian dan untuk memulihkan stabilitas di Myanmar,” jelasnya.
2. Akan melakukan pembicaraan dengan ketua ASEAN
Editor’s picks
Jokowi lebih lanjut mengatakan dirinya akan membicarakan situasi Myanmar dengan ketua ASEAN. Saat ini, jabatan ketua ASEAN dipegang Brunei Darussalam, yang dipimpin Sultan Hassanal Bolkiah.
Jokowi mengatakan pembicaraan perlu dilakukan guna mencari solusi bagi krisis politik yang terjadi akibat kudeta militer tersebut.
“Saya akan segera melakukan pembicaraan dengan sultan Brunei Darussalam sebagai ketua ASEAN agar segera dimungkinkannya diselenggarakan pertemuan tingkat tinggi ASEAN yang membahas krisis di Myanmar,” kata Jokowi.
Baca Juga: Ancaman Hukuman Mati bagi Pasukan Myanmar yang Kabur
3. Krisis politik Myanmar
Myanmar telah dilanda kerusuhan politik semenjak militer negara melakukan kudeta dan mengambil alih kekuasan pada 1 Februari 2021.
Akibat kudeta tersebut, demo meletus di Myanmar. Demo yang terjadi hampir di semua penjuru negara itu telah menuai kecaman dari berbagai lembaga Hak Asasi Manusia (HAM) dan pemerintah asing karena sering diselingi kekerasan.
Akibat bentrokan dan kekerasan yang terjadi, dilaporkan telah ada 183 orang yang tewas dalam demo, sejak digelar pertengahan Februari lalu hingga hari ini.
“Dengan setidaknya ada 20 kematian pada Senin (15/3),” kata Asosiasi Bantuan untuk Tahanan Politik, mengutip Nikkei Asia. “Pada hari Minggu (14/3), ada 74 orang meninggal, menandai hari paling berdarah hingga saat ini.”
Baca Juga: Demi Perdamaian Myanmar, Paus Fransiskus Siap Berlutut di Jalanan