Perjuangan Relawan di Myanmar Cegah Korban Muslim COVID-19 Dikremasi 

Mereka harus tidur di pemakaman karena dikucilkan

Jakarta, IDN Times – Dahsyatnya serangan virus corona atau COVID-19, membuat sanak keluarga atau orang terdekat dari korban COVID-19 yang meninggal, tidak bisa menghadiri pemakaman para korban. Apalagi memiliki kesempatan untuk mengurus jenazah dengan layak, karena risiko tertular jika tidak berhati-hati.

Hal tersebut tidak hanya terjadi di Indonesia, tapi di semua negara, termasuk Myanmar. Parahnya di Myanmar, jenazah para korban COVID-19 termasuk yang beragama muslim, akan dikremasi, sesuai dengan praktik yang biasa dilakukan di negara mayoritas Buddha itu.

Beruntungnya, di negara itu ada sejumlah relawan baik hati yang mengabdikan diri untuk mengurusi jenazah muslim korban COVID-19. Mereka dengan suka rela memakamkan jenazah sesuai dengan hukum Islam.

Baca Juga: Warga Miskin di Myanmar Terpaksa Makan Tikus Saat Lockdown Kedua

1. Mempertaruhkan hidup demi bisa memakamkan jenazah muslim dengan layak

Perjuangan Relawan di Myanmar Cegah Korban Muslim COVID-19  Dikremasi Ilustrasi pemakaman pasien positif COVID-19. ANTARA FOTO/Iggoy el Fitra

Sithu Aung, salah satu relawan, mengatakan ia bersama rekannya telah melakukan kegiatan tersebut selama beberapa bulan terakhir.

Mereka biasa menghabiskan hari-hari dengan mengumpulkan jenazah dari rumah sakit dan pusat karantina di Yangon. Mereka kemudian memandikan jenazah, menyolati, dan dikuburkan dengan layak.

Mereka bekerja selama dua minggu penuh dalam sebulan, dan menghabiskan satu minggu atau lebih untuk isolasi sebelum menggunakan beberapa hari untuk berkumpul bersama keluarganya. Setelah itu, mereka akan kembali bekerja selama dua minggu lagi.

“Saya mendapatkan kepuasan dari kebahagiaan keluarga mereka dan mengetahui bahwa Allah melihat apa yang kami lakukan,” kata mantan pemilik toko itu kepada AFP, sebagaimana dilaporkan ulang France 24.

“Itu sebabnya kami mempertaruhkan hidup kami untuk melakukan pekerjaan ini.”

2. Tinggal di pemakaman demi bisa melakukan kegiatan tersebut

Perjuangan Relawan di Myanmar Cegah Korban Muslim COVID-19  Dikremasi Pemakaman jenazah pasien COVID-19 di TPU Pondok Ranggon (Dok. Istimewa)

Lebih lanjut Sithu Aung menceritakan, mereka sampai harus tinggal di pemakaman, terisolasi dari keluarga, demi bisa melakukan kegiatan tersebut. Meski mampu, mereka tidak bisa menyewa apartemen karena stigma tentang virus asal Wuhan, Tiongkok itu begitu menakutkan warga.

Oleh karena itu, tim yang terdiri dari 15 orang itu hanya bisa tinggal di gubuk di dalam kompleks pemakaman.

Mereka selalu memakai pakaian pelindung lengkap, sarung tangan karet, kacamata dan pelindung wajah plastik. Mereka bekerja bergilir sepanjang waktu, melewati jalan setapak, melalui jalan-jalan yang macet di Yangon dengan lampu darurat dan sirene yang menyala.

Baca Juga: Waspada, Tingkat Kematian Corona Indonesia Susul Angka Rata-rata Dunia

3. Myanmar memiliki 104.487 kasus virus corona

Perjuangan Relawan di Myanmar Cegah Korban Muslim COVID-19  Dikremasi Ilustrasi Suasana Pandemik COVID-19 di Korhogo, Pantai Gading (ANTARA FOTO/Press Service of The Presidency)

Myanmar merupakan salah satu negara yang memiliki sistem perawatan kesehatan terburuk di dunia. Akibatnya, begitu pandemik COVID-19 melanda negara itu, sistem kesehatan tidak bisa menangani para pasien dengan layak.

Sebelumnya di bulan-bulan awal tahun ini, Myanmar hanya melaporkan sedikit kasus. Bahkan pada pertengahan Agustus melaporkan hanya kurang dari 400 kasus di seluruh negeri.

Tapi itu semua sudah berubah. Sekarang negara ini sudah mengkonfirmasi lebih dari 100.000 infeksi, dengan lebih dari 2.000 kematian.

Menurut Worldometers, Myanmar memiliki 104.487 kasus dengan 2.201 kematian dan 82.813 yang sembuh per Jumat (11/12/2020) pukul 10.00 WIB. Ini menjadikan Myanmar negara ke-69 yang memiliki kasus terbanyak saat ini.

Baca Juga: Kasus COVID-19 Dunia Tembus 70 Juta, AS Kekurangan Ruang Rawat Pasien

Topik:

  • Sunariyah

Berita Terkini Lainnya