Pertama di Dunia, Filipina Setuju Produksi Beras Emas Hasil Rekayasa

Beras rekayasa genetika ini telah diteliti selama dua dekade

Jakarta, IDN Times – Filipina menjadi negara pertama di dunia yang menyetujui produksi “beras emas” yang direkayasa secara genetik (GMO) untuk tujuan komersial. Para ahli berharap, beras rekayasa genetika itu bisa memerangi kebutaan pada anak-anak dan menyelamatkan nyawa di negara berkembang.

Pengembang beras emas tersebut, pada Jumat (23/7/2021) mengatakan, izin keamanan hayati (biosafety permit) yang dikeluarkan oleh regulator pemerintah membuka jalan bagi beras, yang diperkaya dengan prekursor vitamin A beta-karoten untuk membuatnya lebih bergizi, tersebut untuk ditanam oleh petani di seluruh negeri.

“Ini adalah langkah yang sangat signifikan untuk proyek kami, karena itu berarti bahwa kami telah melewati fase regulasi ini dan beras emas akan dinyatakan aman seperti beras biasa,” kata Russell Reinke dari International Rice Research Institute (IRRI) yang berbasis di Filipina.

Baca Juga: Belasan Ribu Keluarga di Kota Madiun Terima Bantuan Beras PPKM

1. Langkah untuk memperbanyak produksi

Pertama di Dunia, Filipina Setuju Produksi Beras Emas Hasil RekayasaIlustrasi beras (IDN Times/Hana Adi Perdana)

Reinke mengatakan, setelah mendapat persetujuan dari regulator, mereka berencana untuk memperbanyak produksi.

“Langkah selanjutnya adalah mengambil beberapa kilo benih kami dan memperbanyaknya, sehingga dapat dibuat lebih luas,” katanya seperti dikutip dari Channel News Asia.

Beras tersebut dijuluki beras emas karena memiliki warna kuning cerah.

2. Pro-kontra pengembangan beras emas

Pertama di Dunia, Filipina Setuju Produksi Beras Emas Hasil RekayasaIlustrasi beras di pasar (IDN Times/Shemi)

IRRI telah menghabiskan dua dekade bekerja dengan Departemen Pertanian-Lembaga Penelitian Beras Filipina untuk mengembangkan beras emas tersebut.

Para pejabat mengatakan, ini adalah padi rekayasa genetika pertama yang disetujui untuk diperbanyak, dengan tujuan komersial di Asia Selatan dan Tenggara.

Sebelumnya, beras emas ini pernah menghadapi penolakan kuat dari kelompok lingkungan yang menentang tanaman pangan yang diubah secara genetik. Akibat penolakan, setidaknya satu lapangan uji di Filipina diserang oleh para aktivis.

Namun, meski akhirnya mendapat dukungan pemerintah, beras emas masih memiliki jalan panjang untuk dapat tersaji di meja. Ini karena jumlahnya masih terbatas.

“Benih yang jumlahnya terbatas dapat mulai didistribusikan ke petani Filipina di provinsi terpilih tahun depan,” kata Reinke.

Baca Juga: Bansos Beras Segera Disalurkan, Jokowi: Stok Beras 1,3 Juta Ton Cukup

3. Kelebihan beras emas

Pertama di Dunia, Filipina Setuju Produksi Beras Emas Hasil RekayasaIlustrasi beras. kemendag.go.id

Beras merupakan makanan pokok bagi ratusan juta orang khususnya di Asia. Adapun perbedaan dari beras emas dengan beras biasa yaitu beras biasa menghasilkan beta-karoten pada tanaman padinya, tetapi tidak menghasilkan beta-karoten dalam bulir berasnya.

“Satu-satunya perubahan yang kami buat adalah memproduksi beta-karoten dalam biji berasnya,” kata Reinke.

“Petani akan dapat menanamnya dengan cara yang persis sama seperti varietas biasa, tidak memerlukan pupuk tambahan atau perubahan manajemen dan disertai dengan manfaat nutrisi yang lebih baik,” lanjutnya.

Vitamin A sangat penting untuk pertumbuhan dan perkembangan normal, berfungsinya sistem kekebalan tubuh, dan penglihatan.

Data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menunjukkan kekurangan vitamin A menyebabkan hingga 500 ribu kasus kebutaan anak setiap tahun, di mana setengah dari mereka meninggal dalam waktu 12 bulan karena kehilangan penglihatan.

Menurut IRRI, hampir 17 persen anak di bawah usia lima tahun di Filipina kekurangan vitamin A.

“Kami selalu mengatakan bahwa kami akan menyediakan 30-50 persen dari perkiraan kebutuhan rata-rata (vitamin A), dan ketika Anda menambahkannya ke dalam makanan, Anda mendorong seluruh kelompok populasi dari kekurangan menjadi kecukupan,” kata Reinke.

Ia menambahkan bahwa beras emas telah dianalisis oleh regulator keamanan pangan di Australia, Amerika Serikat (AS), dan Kanada dan diacungi jempol. Tetapi belum disetujui di negara-negara tersebut untuk produksi komersial.

“Itu juga sedang ditinjau oleh regulator di Bangladesh,” ujarnya.

Topik:

  • Sunariyah

Berita Terkini Lainnya