Spanyol Akan Izinkan Perempuan Cuti Haid 3 Hari Setiap Bulan

Spanyol juga akan izinkan remaja aborsi tanpa izin orang tua

Jakarta, IDN Times - Pemerintah Spanyol akan meloloskan undang-undang (UU) yang memberikan cuti haid atau menstruasi selama tiga hari dalam sebulan, bagi pekerja yang menderita menstruasi berat.

Reformasi tersebut merupakan bagian dari serangkaian proposal seputar kesehatan reproduksi. Dikutip dari CNBC Make It, Jumat (13/5/2022), kabar ini pertama kali dilaporkan stasiun radio Spanyol Cadena SER pada Rabu, 11 Mei 2022.

Baca Juga: Cuti Haid Seperti Mustahil, Menaker: Perusahaan Wajib Berikan! 

1. Spanyol izinkan remaja aborsi tanpa izin orang tua

Spanyol Akan Izinkan Perempuan Cuti Haid 3 Hari Setiap BulanIlustrasi keluarga (IDN Times/Mardya Shakti)

Langkah-langkah lain yang diusulkan termasuk memungkinkan anak perempuan berusia 16 dan 17 tahun, melakukan aborsi tanpa harus mendapatkan izin dari orang tua mereka.

Selain itu, undang-undang tersebut juga mengusulkan bahwa lembaga pendidikan harus menyediakan produk-produk kebersihan kewanitaan bila diperlukan.

2. Permudah akses ke produk kesehatan wanita

Spanyol Akan Izinkan Perempuan Cuti Haid 3 Hari Setiap Bulanilustrasi obat-obatan (IDN Times/Mardya Shakti)

Perempuan yang tidak dapat memenuhi kebutuhannya seputar menstruasi, serta mereka yang berada di penjara, juga akan diberikan akses ke produk-produk kesehatan wanita. Undang-undang itu juga akan menghapus retribusi penjualan atas produk-produk tersebut.

Undang-undang yang diusulkan itu akan disetujui pemerintah Spanyol minggu depan, dan akan menjadikan Spanyol negara Barat pertama yang menawarkan cuti menstruasi.

Jepang, Korea Selatan, dan Zambia adalah beberapa negara yang sudah menawarkan cuti haid.

Baca Juga: Pekerja Perempuan Tidak Dapat Hak Cuti Haid? Ini Saran dari Menaker

3. Banyak perempuan menderita nyeri haid

Spanyol Akan Izinkan Perempuan Cuti Haid 3 Hari Setiap BulanIlustrasi Perempuan. (IDN Times/Aditya Pratama)

Sebuah penelitian terhadap hampir 43 ribu perempuan di Belanda, yang diterbitkan pada 2019, menemukan 85 persen dari mereka menderita nyeri haid atau dismenore.

Pada Maret lalu, ketika membahas rencana undang-undang itu, Angela Rodriguez, sekretaris negara Spanyol untuk kesetaraan dan melawan kekerasan gender, mengatakan kepada surat kabar Spanyol El Periodico bahwa memberikan istirahat bagi penderita nyeri haid parah adalah hal masuk akal.

“Ketika masalah nyeri haid yang parah tidak dapat diselesaikan secara medis, kami percaya bahwa sangat masuk akal bahwa ada ketidakmampuan sementara yang terkait dengan masalah ini,” kata Rodriguez.

Topik:

  • Rochmanudin

Berita Terkini Lainnya