Pasca Kebakaran, Yunani Mulai Pindahkan Pengungsi ke Kamp Sementara

Para pengungsi sempat terlunta-lunta selama beberapa hari 

Lesbos, IDN Times – Pemerintah Yunani pada hari Senin (14/9) mulai memindahkan para pengungsi ke kamp sementara setelah kebakaran melanda kamp Moria, Lesbos pada rabu (9/9) waktu setempat. Kebakaran telah membuat lebih dari 12 ribu orang terpaksa tidur di jalanan dan kehilangan akses untuk makanan dan air bersih.

Melansir dari Reuters, hingga senin malam waktu setempat, 800 orang telah berangsur dipindahkan ke kamp sementara. Pemindahan para pengungsi dilakukan dengan mengacu pada protokol kesehatan setelah sebelum kebakaran, 35 orang pengungsi di kamp Moria sempat dinyatakan positif Covid-19.

Otoritas setempat berharap, dalam tiga hingga empat hari ke depan proses pemindahan pengungsi ke kamp sementara dapat selesai.

1. Para pengungsi sempat melakukan protes  

Pasca Kebakaran, Yunani Mulai Pindahkan Pengungsi ke Kamp SementaraIlustrasi Demo (IDN Times/Mardya Shakti)

Tiga hari pasca terjadinya kebakaran hebat, pada hari Sabtu (12/9) para pengungsi melakukan aksi protes menuntut otoritas setempat mengizinkan mereka meninggalkan kamp Moria.

Melansir dari Reuters, polisi Yunani akhirnya menembakkan gas air mata setelah para pengungsi yang berunjuk rasa bergerak menuju pelabuhan kota utama, Mytilene dimana polisi telah memblokir akses keluar masuk pulau itu.

Sementara itu, pemerintah Yunani bergerak cepat membersihkan sisa puing-puing bangunan yang terbakar dan berusaha membangun tenda-tenda pemungkiman baru untuk dijadikan kamp sementara. Meski demikian, para pengungsi tetap menolak untuk ditempatkan kembali dengan berteriak “Freedom” dan “No Camp” pada saat aksi protes terjadi.

Kamp Moria telah menjadi tempat tinggal sementara bagi 12 ribu orang lebih pengungsi yang berusaha untuk mencari suaka ke berbagai negara di Eropa. Kebanyakan dari mereka berasal dari Afganistan, Suriah dan negara-negara di Afrika. Kamp Moria dinilai tidak layak huni karna kapasitas kamp ini sebenarnya hanya untuk 2200 orang. Kelebihan daya tampung telah menyebabkan berbagai masalah mulai dari sulitnya pemenuhan kebutuhan pokok, kesehatan, hingga masalah sanitasi.  

Melansir dari DW, para pengungsi juga terlibat dalam tindak kriminal seperti penggunaan narkoba, prostitusi, pelecehan dan kekerasan. Kamp Moria kemudian disebut-sebut sebagai kamp terburuk yang ada di Eropa.

Sulitnya hidup di kamp itu bertambah parah, ketika pada rabu (9/9) terjadi kebakaran hebat yang menyebabkan para pengungsi terlantar. Melalui aksi protes, para pengungsi menunjukkan sikap mereka yang tidak ingin berada di kamp itu lagi.

2. Kebarakan terjadi setelah 35 orang pengungsi dinyatakan positif Covid-19 

Otoritas Yunani menetapkan status lockdown terhadap kamp Moria setelah pada awal bulan ini, seorang pengungsi asal Somalia yang baru saja kembali dari Athena dinyatakan positif Covid-19. Berdasarkan kasus pertama itu, tes massal dilakukan di kamp Moria dengan hasil 35 orang pengungsi dinyatakan positf Covid-19.

Melansir dari Time, kabakaran yang melanda kamp Moria disinyalir sengaja terjadi setelah pengungsi menolak diberlakukannya karantina dan isolasi terhadap mereka. Meski tidak ada penyataan resmi mengenai penyebab kebakaran, spekulasi mendasar berfokus pada keengganan ribuan pengungsi menentap di kamp yang tidak layak huni itu.

Akibat kebakaran, otoritas setempat telah kehilangan jejak 35 orang pengungsi positif Covid-19. Ini membuat pemindahan pengungsi ke kamp sementara dilakukan secara ketat. Seperti yang dilaporkan Reuters, dari 800 orang pengungsi yang sudah dipindah ke kamp sementara, sejauh ini 21 orang telah dinyatakan positif Covid-19.

Para pengungsi dan juga pemerintah Yunani kini memiliki kekhawatiran tidak hanya pada masalah pandemi Covid-19 tetapi juga kondisi kamp sementara yang mungkin akan sama seperti kamp Moria.

3. Pengungsi meminta dukungan kepada negara-negara Eropa 

Sejak 2015, kamp Moria telah menampung para pengungsi yang menginginkan suaka ke berbagai daratan Eropa. Bertambah setiap tahunnya, Moria kini terasa sesak dan pengungsi telah kehilangan kesabaran untuk bertahan di kamp itu.

Dilansir dari Aljazeera, saat protes terjadi, para pengungsi mengangkat tulisan yang menyerukan “We want Peace”, “Europe, help” sebagai bentuk betapa frustasinya mereka dengan keadaan di kamp dan keinginan mereka untuk melangsungkan hidup yang lebih baik di daratan Eropa.

Sejak kebakaran terjadi, 406 anak-anak pengungsi berstatus yatim piatu telah dipindah ke daratan Yunani. Seperti yang diberitakan Aljazeera, Perancis dan Jerman telah menyatakan kesedian mereka untuk menampung dua pertiga dari total 406 anak-anak itu. Sementara itu, Komisi Eropa akan membentuk pakta migrasi baru pada 23 September untuk kebijakan imigrasi mengatasi masalah-masalah pengungsi dan migran di Eropa.

Masalah pengungsi dan migran telah menjadi bencana bagi Yunani. Penolakan dari penduduk Lesbos juga terjadi atas ketakutan mereka akan adanya pemungkiman permanen dan pusat penerimaan migran baru di kota mereka. Situasi ini, telah membuat Yunani juga meminta komitmen negara-negara di Eropa untuk mengatasi kepadatan pengungsi di negaranya.

Baca Juga: Ketegangan Meningkat, Turki dan Yunani Gelar Latihan Militer

Revi Jeane Photo Verified Writer Revi Jeane

.

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Novaya

Berita Terkini Lainnya