Pemilu Niger: Peralihan Kekuasaan Demokratis dalam Sejarah

30 capres bersaing memperebutkan suara 7,4 juta pemilih 

Niamey, IDN Times – Republik Niger, negara yang terletak di bagian barat Afrika ini, pada hari Minggu (27/12) melakukan pemilihan umum presiden dan juga legislatif. Ada sekitar 7,4 juta penduduk yang terdaftar dalam pemungutan suara untuk memilih presiden baru.

Presiden saat ini, Mahamadou Issoufou telah menjalankan dua kali masa jabatan lima tahun dan siap menyerahkan kekuasaan kepada pemimpin baru dalam pilpres yang digelar tahun ini. Ini adalah kali pertama bagi Niger untuk melakukan peralihan kekuasaan secara demokratis setelah beberapa kali mengalami kudeta setelah kemerdekaan dari Perancis selama 60 tahun.

1. Peralihan kekuasaan secara demokratis dalam sejarah 

Pemilu Niger: Peralihan Kekuasaan Demokratis dalam SejarahPresiden Niger, Mahamadou Issoufou memberikan suaranya pada pemilihan presiden dan legislatif Niger, pada 27 Desember 2020. twitter.com/PresidenceNiger

Pemilihan presiden yang berlangsung di hari minggu dilaporkan berjalan dengan aman. Melansir dari kantor berita Al Jazeera, di ibukota Niamey, pemilu berlangsung tertib dan damai, tidak terlalu banyak pemilih yang berdatangan di pagi hari, namun pejabat pemilu setempat mengatakan jumlahnya akan terus bertambah hingga waktu penutupan tiba.

Ini merupakan suatu momen yang bersejarah bagi Niger, dimana pemilu yang berjalan dengan damai ditandai dengan peralihan kekuasaan secara demokratis tanpa adanya masalah sengketa. Presiden saat ini, Mahamadou Issoufou yang telah memimpin dua periode jabatan selama 10 tahun menyambut baik para kandidat pengganti dirinya dalam pilpres yang digelar.

Langkah ini berbeda dari pilpres yang diselenggarakan oleh negara Afrika lainnya seperti Pantai Gading dan Guinea dimana Presiden petahana menggunakan perubahan konstitusi untuk mencalonkan diri pada putaran ketiga dan menyebabkan sengketa pilpres berupa penolakan hasil pemilu oleh kubu oposisi.

Diketahui sebelumnya, sejak merdeka dari Perancis pada tahun 1960, Niger sudah mengalami empat kali kudeta dimana kudeta yang terakhir terjadi setahun sebelum Mahamadou Issoufou memenangkan pilpres di tahun 2011. Kali ini, dengan adanya proses pemilihan yang damai, Niger selangkah lagi akan melakukan peralihan kekuasaan dari presiden ke presiden terpilih selanjutnya secara demokratis untuk pertama kali.

Hasil pemungutan suara pun diharapkan selesai dan diumumkan dalam beberapa hari kedepan.

Baca Juga: Pemilu Niger Tetap Digelar Meski Dibayangi Krisis

2. Ada 30 kandidat presiden yang akan bersaing 

Pemilu Niger: Peralihan Kekuasaan Demokratis dalam SejarahCapres dari partai berkuasa, Mohamed Bazoum dalam kampanye pemilihannya di Magaria, Niger. twitter.com/mohamedbazoum

Dalam pilpres Niger yang digelar pada hari Minggu (27/12) itu ada 30 kandidat yang bersaing untuk memperebutkan kursi presiden. Capres dari partai yang berkuasa disebut-sebut sebagai kandidat kuat untuk menggantikan Presiden Issoufou. Ia adalah Mohamed Bazoum, seorang politisi yang pernah menjabat sebagai Mendagri.

Melansir dari Reuters, Bazoum dalam kampanye pemilihannya telah menjanjikan kebijakan yang berkesinambungan dengan apa yang telah diprogramkan oleh Presiden Issoufou. Ia juga berjanji untuk memberantas korupsi.

Kandidat lain, Mahamane Ousmane, mantan Presiden Niger yang menjabat dari tahun 1993 hingga 1996 disebut sebagai kandidat terkuat lainnya setelah dirinya pekan lalu mendapat dukungan dari partai mantan perdana menteri, Hama Amadou yang meminta pendukungnya untuk memilih Ousmane setelah ia dilarang untuk mencalonkan diri pada pilpres tahun ini.

Diketahui, Hama Amadou, yang merupakan saingan utama Bazoum, bulan lalu dilarang mencalonkan diri karena dakwaan pidana yang ia hadapi pada tahun 2017 atas kasus dugaan perdagangan bayi, dilansir dari France 24, Minggu (27/12/2020).

Jika hasil perolehan suara pecah, dan Bazoum gagal memperoleh suara lebih dari 50 persen, maka ia akan kembali bersaing pada pemilihan putaran kedua.

3. Serangan milisi masih membayangi Niger 

Pemilu Niger: Peralihan Kekuasaan Demokratis dalam SejarahIlustrasi teroris (IDN Times/Mardya Shakti)

Di tengah-tengah pemilu yang berjalan dengan damai, Niger sebenarnya masih dibayang-banyangi oleh masalah keamanan. Kelompok milisi yang terkait dengan al-Qaeda dan ISIS menyerang negara ini di dekat perbatasan dengan Mali dan juga Burkina Faso. Selain itu, Niger juga menghadapi serangan dari kelompok Boko Haram di perbatasan mereka dengan Nigeria.

Melansir dari France 24, pada 12 Desember, sebuah serangan terjadi di Toumour, wilayah tenggara Diffa yang mengakibatkan 34 penduduk desa tewas. Serangan itu bertepatan dengan pemilihan daerah yang berulang kali telah ditunda akibat masalah keamanan.

Mengantisipasi serangan seperti itu terjadi, pihak berwenang mengatakan bahwa tentara secara besar-besaran telah dikerahkan untuk mengamankan jalannya pemilu pada Minggu dan sejauh ini belum ada laporan serangan sporadis terjadi selama pemilihan berlangsung.

Baca Juga: Pemilu Niger Tetap Digelar Meski Dibayangi Krisis

Revi Jeane Photo Verified Writer Revi Jeane

.

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Novaya

Berita Terkini Lainnya