Ada 'Pesta COVID-19' di Washington, Otoritas: Itu Tindakan Ceroboh

Beberapa orang sengaja ingin terinfeksi virus corona

Washington, IDN Times - Otoritas kesehatan di Washington, Amerika Serikat, mengatakan ada peningkatan kasus positif virus corona di negara bagian tersebut yang berhubungan dengan "pesta COVID-19". Sejumlah orang dilaporkan ingin sengaja tertular virus corona dengan berkumpul bersama mereka yang sudah dinyatakan positif.

"Petugas kesehatan di daerah Walla Walla menerima beberapa laporan adanya pesta-pesta COVID-19 yang berlangsung di tengah masyarakat kami, di mana orang-orang yang belum terinfeksi bergaul dengan seseorang yang sudah terinfeksi dalam upaya untuk tertular virus," kata pemerintah daerah, seperti dikutip NBC News.

1. Otoritas kesehatan menyebutnya sebagai "tindakan ceroboh"

Ada 'Pesta COVID-19' di Washington, Otoritas: Itu Tindakan CerobohWarga menunggu untuk tes virus corona gratis di Bread for the City di Washington, Amerika Serikat, pada 5 Mei 2020. Layanan tersebut bisa melakukan tes terhadap 100 orang setiap minggu. ANTARA FOTO/REUTERS/Jonathan Ernst

Dikutip dari The Guardian, Direktur Departemen Kesehatan Masyarakat Washington, Meghan DeBolt, mengatakan ada sebanyak 94 warga Washington yang dikonfirmasi positif COVID-19 pada Selasa (5/5). Beberapa kasus berkaitan dengan pesta-pesta tersebut. Menurutnya, itu merupakan "tindakan ceroboh".

"Kami tidak tahu kapan itu sedang terjadi," ucap DeBolt. "Kami bertanya soal kontak, dan ada sebanyak 25 orang sebab: 'Kami ada di pesta COVID'," tambahnya, merujuk kepada proses pelacakan kontak dari orang-orang yang sudah positif virus corona. "Itu tidak bisa diterima. Itu adalah tindakan ceroboh."

Baca Juga: Pandemik Belum Usai di AS, Trump Akan Bubarkan Satgas COVID-19

2. Masih banyak yang belum diketahui soal virus corona, sehingga pemerintah meminta publik waspada

Ada 'Pesta COVID-19' di Washington, Otoritas: Itu Tindakan CerobohPengunjuk rasa memprotes perintah 'tinggal di rumah' untuk menekan penyebaran penularan virus corona di Washington, Amerika Serikat, pada 1 Mei 2020. ANTARA FOTO/REUTERS/Young Kwak

Argumen yang digunakan oleh orang-orang di perkumpulan COVID-19 tersebut adalah bahwa semakin banyak yang terinfeksi virus, maka imunitas juga akan semakin tinggi. Mereka bahkan mendukung orang-orang positif virus corona untuk beraktivitas seperti biasa untuk meningkatkan kekebalan masyarakat.

Namun, otoritas kesehatan mengingatkan itu adalah spekulasi karena masih banyak fakta tentang virus corona yang belum terungkap. "Petugas kesehatan menekankan bahwa banyak yang belum kita ketahui soal COVID-19," begitu bunyi rilis pemerintah daerah Washington. Oleh karena itu, publik harus tetap waspada.

"Epidemiologis tak tahu apakah imunitas adalah hal yang pasti, apakah infeksi ulang itu mungkin, atau apakah virus bisa tetap hidup di dalam tubuh Anda. Mereka tahu bahwa bahkan anak muda bisa dirawat di rumah sakit, penyintas mungkin menderita kerugian jangka panjang, dan bahkan kasus 'ringan' tidaklah ringan."

3. Muncul apa yang disebut sebagai "paspor imunitas" walau belum ada bukti untuk mendukungnya

Ada 'Pesta COVID-19' di Washington, Otoritas: Itu Tindakan CerobohProtes perpanjangan perintah tetap berada di rumah untuk memperlambat penyebaran virus corona di gedung Capitol di Olympia, Washington, Amerika Serikat, pada 19 April 2020. ANTARA FOTO/REUTERS/Lindsey Wasson

DeBolt menilai keinginan untuk terinfeksi virus corona muncul di tengah suara-suara untuk membuat "paspor imunitas"--sebuah sertifikat yang dipegang oleh orang positif virus corona yang memungkinan mereka bekerja dan bepergian seperti biasa. Ia berpendapat bahwa pesta-pesta COVID-19 itu justru membahayakan kesehatan publik.

"Itu bukan perilaku tanpa kesalahan. Itu malah membuat kita mundur. Dalam membuka kembali daerah [dari lockdown], kita tak hanya melihat pada total kasus, tapi juga apakah masyarakat rajin [mematuhi instruksi pemerintah]," tegas DeBolt.

Badan kesehatan dunia (WHO) sendiri menegaskan ada persoalan mendasar tentang ide paspor tersebut. Mereka yang mendukung berasumsi bahwa orang positif virus corona punya antibodi yang melindungi dari tertular kembali. "Saat ini tidak ada bukti bahwa orang yang sudah sembuh dari COVID-19 dan memiliki antibodi terlindungi dari infeksi kedua," tegas WHO, lewat situs resminya.

Baca Juga: Jangan Ditiru! Tanpa Masker, Mike Pence Temui Pasien Virus Corona

Topik:

  • Anata Siregar

Berita Terkini Lainnya