Afghanistan Tukar 3 Komandan Taliban dengan 2 Sandera AS dan Australia

Dua warga AS dan Australia disandera Taliban sejak 2016

Kabul, IDN Times - Pemerintah Afghanistan membebaskan tiga komandan Taliban sebagai ganti dilepaskannya dua sandera asing pada Selasa (19/11). Keduanya, Kevin King asal Amerika Serikat dan Timothy Weeks dari Australia, menjadi sandera kelompok tersebut sejak 2016 lalu.

Baik King dan Weeks merupakan profesor di American University of Afghanistan di Kabul. Taliban menculik mereka di luar lokasi tersebut. Sementara itu, salah satu dari tiga komandan Taliban yang dibebaskan adalah Anas Haqqani. Sosoknya dikenal luas sebagai seorang penggalang dana dan adik dari Sirajuddin, pemimpin Jaringan Haqqani yang berisi para petarung.

Baca Juga: Polisi Pakistan Tangkap Wanita Afghanistan yang Menjadi Simbol Kekejaman Perang

1. Kedua sandera sudah berada dalam posisi aman

Afghanistan Tukar 3 Komandan Taliban dengan 2 Sandera AS dan AustraliaUtusan khusus Amerika Serikat untuk Afganistan Zalmay Khalizad berjabat tangan dengan Kepala eksekutif Afghanistan Abdullah Abdullah di Kabul, Afghanistan, pada 27 Oktober 2019. ANTARA FOTO/Afghan Chief Executive office/Handout via REUTERS

Salah seorang pejabat pemerintah Afghanistan mengatakan kepada Reuters bahwa "kedua profesor sudah dibebaskan dengan selamat dan sedang diurus dengan baik sekarang". Sedangkan pemerintah Afghanistan maupun Amerika Serikat sendiri belum memberikan komentar resmi terkait pertukaran tahanan tersebut.

Menurut laporan Al Jazeera, Haqqani dan kedua anggota senior Taliban sudah mendarat di Qatar. Negara tersebut dipilih sebagai tempat tujuan ketiga komandan karena di sana lah letak kantor politik resmi dari Taliban berdasarkan permintaan Amerika Serikat.

2. Presiden Afghanistan menyampaikan rencana pertukaran tahanan pada minggu lalu

Afghanistan Tukar 3 Komandan Taliban dengan 2 Sandera AS dan AustraliaSeorang pria berjalan bersama kambingnya di kota tua Kabul, Afghanistan, pada 17 November 2019. ANTARA FOTO/REUTERS/Mohammad Ismail

Keputusan untuk menukar tiga komandan Taliban dengan dua sandera asal Amerika Serikat dan Australia itu sudah diungkapkan oleh Presiden Ashraf Ghani pada minggu lalu. Menurutnya, langkah ini diambil setelah berkonsultasi dengan pemerintah Amerika Serikat.

Dikutip dari BBC, Ghani menegaskan ini merupakan sebuah keputusan yang "berat, tapi penting". Ia juga menilai cara ini layak ditempuh sebagai "bentuk kemanusiaan". Sedangkan Taliban menyatakan pertukaran tahanan ini adalah "satu langkah ke depan dalam upaya penuh niat baik dan pembentukan rasa percaya yang bisa membantu proses damai".

Baca Juga: AS Akan Menghabiskan $45 Miliar Untuk Perang di Afganistan

3. Muncul perdebatan apakah ini adalah keputusan tepat

Afghanistan Tukar 3 Komandan Taliban dengan 2 Sandera AS dan AustraliaMenteri Pertahanan Amerika Serikat Mark Esper tiba di Kabul, Afganistan, pada 20 Oktober 2019. ANTARA FOTO/REUTERS/Idrees Ali

Dibebaskannya tiga petinggi Taliban membuat publik bertanya apakah ini menjamin berhentinya teror oleh kelompok tersebut. Keraguan ini muncul mengingat profil Haqqani yang memimpin jaringannya dalam rangkaian serangan mematikan terhadap pasukan Afghanistan dan NATO dalam beberapa tahun terakhir, termasuk bom truk di Kabul pada 2017 yang menewaskan lebih dari 150 orang.

Sedangkan menurut The New York Times, komandan kedua bernama Hafiz Rashid terlibat dalam sejumlah aksi bom bunuh diri dan membantu memilihkan target mereka. Kakak Rashid sendiri merupakan anggota tim negosiasi Taliban di Qatar. Komandan ketiga, Haji Mali Khan, tidak diketahui apa saja perannya.

Taliban selama ini menolak berdialog dengan Afghanistan yang mereka sebut sebagai pemerintahan boneka yang dikendalikan oleh Amerika Serikat. Michael Semple, profesor di Global Peace, Security and Justice Institue di University of Belfast berkata kepada Al Jazeera bahwa ketiganya merupakan "elit" di dalam Taliban.

"Kita tahu Taliban sangat berniat mengeluarkan keluarga mereka [dari tahanan] dan kita tahu bahwa nasib para sandera telah jadi perhatian pemerintah Amerika Serikat serta keluarga mereka sejak lama."

Topik:

  • Umi Kalsum
  • Anata Siregar

Berita Terkini Lainnya