Arab Saudi Gelar Ibadah Haji untuk Kalangan Terbatas

Arab Saudi melaporkan lebih dari 161.000 kasus COVID-19

Riyadh, IDN Times - Pemerintah Arab Saudi akhirnya mengumumkan secara resmi untuk tetap menggelar ibadah haji dengan sangat terbatas pada tahun ini. Selama beberapa bulan terakhir, nasib ibadah tahunan bagi warga Muslim dunia tersebut menjadi pertanyaan karena pandemik COVID-19.

Menurut pemerintah, bagi umat Islam yang sudah tinggal di Arab Saudi dan ingin beribadah haji bisa melakukannya pada Juli hingga Agustus mendatang. Sedangkan mereka yang berada di luar negeri harus menunggu setidaknya hingga tahun depan untuk mengunjungi Arab Saudi.

1. Baik pemegang paspor Arab Saudi maupun ekspatriat bisa beribadah haji

Arab Saudi Gelar Ibadah Haji untuk Kalangan TerbatasUmat Muslim melaksanakan salat Jumat di Masjid Nabawi saat pandemik COVID-19 di Madina, Arab Saudi, pada 5 Mei 2020. ANTARA FOTO/Saudi Press Agency/Handout via REUTERS

"Telah diputuskan untuk menyelenggarakan ibadah haji tahun ini dalam jumlah sangat terbatas...dengan (diikuti oleh) berbagai kewarganegaraan berbeda di kerajaan," kata Kementerian Haji, seperti dikutip Kantor Berita Saudi, pada Senin waktu setempat (22/6).

Pemerintah mengatakan alasannya adalah keselamatan warga Muslim itu sendiri. "Keputusan tersebut diambil untuk memastikan ibadah haji dilaksanakan dengan aman sambil menjalankan seluruh langkah pencegahan guna melindungi warga Muslim dan patuh secara ketat terhadap ajaran-ajaran Islam dalam menjaga kesehatan dan keselamatan kita," lanjut pemerintah.

Baca Juga: Hari Ini Arab Saudi Cabut Jam Malam dan Buka Kembali Kegiatan Ekonomi

2. Pengumuman tersebut mengonfirmasi laporan awal Juni lalu

Arab Saudi Gelar Ibadah Haji untuk Kalangan TerbatasRamadan hari pertama di Masjidil Haram (ANTARA FOTO/REUTERS/Ganoo Essa)

Kabar mengenai kemungkinan penyelenggaraan ibadah haji di tengah pandemik COVID-19 sudah beredar luas sejak awal Juni lalu. Dalam laporan Reuters, pemerintah Arab Saudi disebut berdebat secara internal tentang masalah ini. Salah satu usulan yang diajukan adalah menerima jemaah haji dalam jumlah terbatas, walau detilnya masih tidak jelas.

Pemerintah saat itu dilaporkan sedang mempertimbangkan menerima angka simbolik dalam musim haji tahun ini. Tidak dijelaskan apa yang dimaksud dengan itu, tapi disebutkan ada larangan terhadap peserta ibadah haji berusia lanjut. Pemeriksaan kesehatan tambahan juga disebut akan diterapkan.

Sementara, pihak lain di otoritas terkait dilaporkan mengusulkan agar ibadah haji tahun ini dibatalkan saja. Sedangkan, sisanya menyarankan agar masing-masing negara mengirimkan hanya 20 persen dari total kuota reguler calon haji ke Arab Saudi. Belum diketahui kapan keputusan resmi akan diumumkan ke publik.

3. Normalnya, Arab Saudi menerima lebih dari 2,5 juta jemaah haji setiap tahun

Arab Saudi Gelar Ibadah Haji untuk Kalangan TerbatasPetugas keamanan Arab Saudi berjaga di depan Ka'bah yang kosong saat bulan suci Ramadan di Arab Saudi pada 5 Mei 2020. ANTARA FOTO/Saudi Press Agency/Handout via REUTERS

Pandemik COVID-19 sendiri memberikan tantangan baru bagi Arab Saudi selaku negara yang bertanggung jawab atas situs-situs suci bagi penduduk Islam dunia. Dalam situasi normal, negara itu bisa menerima lebih dari 2,5 juta jemaah haji setiap tahun.

Pada April lalu, Menteri Urusan Ibadah Haji Arab Saudi Mohammed Banten sempat meminta seluruh umat Islam yang ingin berangkat ke Mekkah dan Madinah agar menunda persiapan, termasuk membeli tiket pesawat, karena ketidakpastian situasi di tengah pandemik COVID-19. Ibadah Umrah sendiri telah dibatalkan.

Berdasarkan data resmi yang dikutip Middle East Eye, dari penyelenggaraan ibadah haji dan umrah, pemerintah Arab Saudi bisa memperoleh sebanyak Rp167 triliun per tahun. Di tengah menurunnya harga minyak dunia dan kebijakan lockdown yang diterapkan untuk memutus laju penyebaran virus corona, penundaan haji dan umrah diprediksi akan berimbas besar terhadap perekonomian Saudi.

Sebelumnya, Pangeran Mahkota Arab Saudi Mohammed bin Salman (MBS) berencana melakukan reformasi ekonomi untuk mengurangi ketergantungan terhadap minyak. Salah satunya dengan meningkatkan kapasitas haji dan umrah hingga 30 juta orang per tahun.

Ini lantaran tak seperti minyak yang fluktuatif, minat orang Islam untuk melakukan ibadah haji maupun umrah tak pernah surut. Jika rencana itu berhasil, harapannya pendapatan dari haji dan umrah akan meningkat sampai Rp185 triliun pada 2030.

Baca Juga: Saudi Tetap Gelar Haji 2020 Tanpa Calon Jemaah dari Luar Negeri

Topik:

  • Dwifantya Aquina

Berita Terkini Lainnya