Aturan Dilonggarkan, Kasus COVID-19 di 4 Negara Ini Sempat Naik Lagi

Sistem kesehatan harus sigap antisipasi gelombang kedua

Jakarta, IDN Times - Menjelang musim panas berbagai negara yang sudah melalui puncak kasus penyebaran virus corona masuk ke fase pelonggaran aturan lockdown berikutnya. Restoran-restoran mulai diizinkan menerima pelanggan yang makan di tempat, sekolah kembali dibuka, dan bahkan ada yang melanjutkan kompetisi olahraga lagi seperti di Jerman.

Pada fase awal pelonggaran, setidaknya ada empat negara yang melaporkan kenaikan kasus COVID-19. Meski jumlahnya tidak setinggi pada masa permulaan antara bulan Januari sampai April, tapi fenomena tersebut tetap patut diwaspadai oleh negara-negara lain yang sedang menuju pelonggaran aturan, apalagi ketika jumlah infeksi harian masih tinggi.

Berikut ini adalah empat negara tersebut:

1. Korea Selatan

Aturan Dilonggarkan, Kasus COVID-19 di 4 Negara Ini Sempat Naik LagiSeorang guru menggunakan kamera pemindai panas untuk mengecek suhu pelajar saat pandemik COVID-19 di Seoul, Korea Selatan, pada 21 Mei 2020. ANTARA FOTO/ Yonhap/via REUTERS

Pemerintah Korea Selatan mendapatkan pujian karena dianggap sukses mengendalikan laju penyebaran virus corona. Sampai kini, total ada 11.719 kasus dan 273 kematian. Ini terjadi karena Korea Selatan sejak awal mengadakan tes COVID-19 massal yang relatif lebih mudah, cepat dan bisa dijangkau masyarakat. 

Penggunaan teknologi untuk melacak dan mengisolasi orang juga terbilang mumpuni. Sejak 6 Mei, pemerintah pun memutuskan melonggarkan aturan karena selama dua minggu sebelumnya jumlah infeksi per hari di bawah 20 kasus.

Sayangnya, pada 9 Mei pemerintah melaporkan sebanyak 34 kasus atau hampir dua kali lipat dibandingkan sehari sebelumnya.

Klaster baru ditemukan di pusat hiburan malam Itaewon, kemudian di beberapa gereja di sekitar kawasan Seoul, dan sebuah gudang logistik di Bucheon. Pada 27 Mei, ada 79 kasus yang dikonfirmasi otoritas kesehatan Korea Selatan. Ini merupakan kasus tertinggi sejak 5 April saat ada 81 kasus. Sedangkan pada 5 Juni kemarin, pemerintah melaporkan sebanyak 51 kasus.

Baca Juga: Murid Positif COVID-19, Puluhan Sekolah di Korea Selatan Ditutup Lagi

2. Tiongkok

Aturan Dilonggarkan, Kasus COVID-19 di 4 Negara Ini Sempat Naik LagiWarga antre untuk melakukan tes asam nukleat di Wuhan, Provinsi Hubei, Tiongkok, pada 17 Mei 2020. ANTARA FOTO/REUTERS/Aly Song

Kota Wuhan di Tiongkok menjadi episentrum virus corona pertama. Pada hampir akhir Januari, pemerintah pun menerapkan lockdown total di kota tersebut dan sejumlah wilayah lain yang dikategorikan sebagai zona merah.

Baru pada 8 April, pelonggaran mulai terjadi. Warga sudah bisa berolahraga di taman, bisnis-bisnis beroperasi kembali dan sekolah juga dibuka. Dalam kurun waktu sebulan usai pelonggaran, pemerintah tak melaporkan adanya infeksi harian.

Namun, pada 11 Mei, ditemukan klaster baru di sebuah pemukiman di Wuhan. Sebanyak lima orang dinyatakan tertular virus corona. Semuanya dikategorikan sebagai asimtomatik karena tak memperlihatkan gejala sama sekali.

Sementara itu, pada 17 April pemerintah sempat mengumumkan ada 1.290 kematian. Akan tetapi, mereka menjelaskan ini lantaran ada banyak kasus meninggal dunia yang sebelumnya tidak tercatat, termasuk dari penjara dan luar rumah sakit.

Sejak awal Juni, jumlah kasus terbilang rendah yaitu antara satu sampai lima kasus. Sampai saat ini, total ada 84.177 kasus dan 4.638 kematian di Tiongkok.

3. Prancis

Aturan Dilonggarkan, Kasus COVID-19 di 4 Negara Ini Sempat Naik LagiSeorang pramutamu menggunakan masker bersiap di depan Cafe des Phares, saat restoran dan kafe buka kembali saat pandemik COVID-19, di Paris, Prancis, pada 2 Juni 2020. ANTARA FOTO/REUTERS/Christian Hartmann

Setelah jumlah kasus terus mengalami kenaikan sejak Februari, pemerintah Prancis memutuskan penerapan lockdown harus dijalankan pada 17 Maret. Saat itu, jumlah infeksi per hari mencapai 1.097, sedangkan total nyawa yang melayang adalah 761 jiwa.

Lockdown berakhir pada 11 Mei saat pemerintah memulai fase pertama pelonggaran. Ini karena jumlah kasus memang fluktuatif, tapi grafik memperlihatkan kecenderungan menurun. Tetapi, pada hari itu juga jumlah kematian akibat COVID-19 justru hampir empat kali lebih tinggi dibandingkan pada 24 jam sebelumnya.

Otoritas kesehatan Prancis mengonfirmasi ada 263 kematian kala itu, padahal pada 10 Mei jumlahnya masih 70.  Pada 28 Mei, pemerintah mengumumkan ada 3.325 kasus, tapi membantah bahwa ini merupakan infeksi harian.

Mengutip AFP, Kementerian Kesehatan Prancis mengatakan ribuan kasus itu adalah hasil dari pelacakan terbaru yang lebih efisien. Sedangkan sejak awal Juni, infeksi per hari di Prancis masih stabil di angka ratusan meski sempat berada di titik 1.828 kasus pada 30 Mei. Hingga sekarang, ada total kasus 190.180 dan 29.114 kematian.

4. Jerman

Aturan Dilonggarkan, Kasus COVID-19 di 4 Negara Ini Sempat Naik LagiPengunjuk rasa membawa spanduk saat aksi demo menentang rencana bantuan pemerintah untuk industri mobil Jerman di depan Brandenburg Gate di Berlin, Jerman, pada 2 Juni 2020. ANTARA FOTO/REUTERS/Fabrizio Bensch

Tak seperti Prancis, pemerintah Jerman memilih memberlakukan aturan jaga jarak fisik yang ketat untuk menekan penyebaran virus corona. Namun, ada juga pemerintah negara bagian yang menetapkan lockdown sebagai prioritas. Aturan tersebut mulai diterapkan pada 22 Maret usai jumlah kasus per hari sempat menyentuh angka lebih dari 6.000. 

Pada pertengahan Mei, sejumlah negara bagian sudah mengumumkan pelonggaran aturan sehingga restoran dan sekolah boleh kembali beroperasi. Dari waktu tersebut hingga akhir bulan lalu, tren memang menurun, tapi ada lonjakan misalnya 12 Mei, 14 Mei dan 29 Mei. 

Pada 14 Mei, Jerman melaporkan 933 kasus yang mana lebih tinggi daripada sehari sebelumnya yaitu 798 kasus. Sedangkan pada 12 Mei juga ada 933 kasus. Kemudian, pada 28 Mei terdapat 353 kasus. 24 jam selanjutnya, jumlah infeksi meningkat lebih dari dua kali lipat menjadi 741 kasus. Setelahnya, angka pasien yang tertular virus corona cenderung berkurang. 

Jerman sendiri melaporkan 184.924 kasus COVID-19 dan 8.666 kematian sampai hari ini.

Baca Juga: Pedoman New Normal dari WHO Saat Pandemik COVID-19, Begini Isinya

Topik:

  • Anata Siregar
  • Jumawan Syahrudin

Berita Terkini Lainnya