Bapak Ini Tetap Dukung Sunat Perempuan Meski Putrinya Meninggal

Ia meninggal karena pendarahan akibat mutilasi genitalia.

Mogadishu, IDN Times - Seorang anak perempuan Somalia berusia 10 tahun meninggal dunia karena pendarahan setelah alat kelaminnya disunat oleh dukun setempat. Ini adalah kematian pertama yang tercatat sebagai akibat dari mutilasi genitalia di Somalia. Meski begitu, si bapak tetap menyatakan dukungannya terhadap praktik mematikan tersebut.

1. Mutilasi genitalia adalah praktik non-medis yang sangat berbahaya

Bapak Ini Tetap Dukung Sunat Perempuan Meski Putrinya Meninggalunsplash.com/Bailey Torres

Mutilasi genitalia atau sunat alat kelamin pada tubuh perempuan kerap ditemui di sejumlah negara Afrika dan dijalankan tanpa alasan medis. Biasanya praktik menghilangkan klitoris dan labia perempuan ini dilakukan oleh dukun.

Badan Kesehatan PBB (WHO) menyatakan bahwa mutilasi genitalia ini sangat berbahaya sebab bisa menyebabkan infeksi serta pendarahan yang bisa berujung pada kematian. Oleh karena itu, para praktisi kesehatan profesional melarang adanya sunat tersebut.

Baca juga: Pro-Kontra Sunat Perempuan: Dari Kebiri Seksual Hingga Tradisi

2. Bapak dari anak perempuan itu mengatakan mutilasi genitalia adalah tradisi

Bapak Ini Tetap Dukung Sunat Perempuan Meski Putrinya Meninggalunsplash.com/Doug Linstedt

Walaupun putrinya sudah tidak bernyawa, tapi si bapak tetap menyatakan pembelaan terhadap mutilasi genitalia. Dikutip dari Voice of America, ia menyebut putrinya "diambil oleh Allah".

"Masyarakat di daerah ini puas dengan itu [sunat perempuan]. Ibunya pun mengizinkan. Kami sudah melihat dampaknya tapi itu adalah sebuah budaya di negara yang kami tinggali," ucapnya. Ia pun tak menyalahkan siapapun atas kematian putrinya.

3. Si anak meninggal ketika dalam penanganan dokter setelah pendarahan tiga hari

Bapak Ini Tetap Dukung Sunat Perempuan Meski Putrinya Meninggalunsplash.com/Tucker Tangeman

Seperti dilaporkan The Guardian, semua diawali ketika si anak perempuan itu dibawa oleh orangtuanya ke dukun di Desa Olol pada 14 Juli. Hari itu juga alat kelaminnya disunat oleh si dukun. Tragisnya, dua hari kemudian ia tetap mengalami pendarahan sehingga harus dibawa ke rumah sakit.

Dr. Abdirahman Omar Hassan, salah satu dokter yang pertama kali menanganinya setiba di rumah sakit, mengatakan bahwa ia meninggal setelah pendarahan dan infeksi sebab alat yang digunakan dukun itu tidak steril. "Aku tak pernah melihat seseorang disunat seperti itu," kata Hassan.

Aktivis anti-mutilasi genitalia, Hawa Aden Mohamed, mengungkapkan kekecewaannya atas kasus ini. "Perempuan yang melakukan itu tak ditangkap. Namun, meski ditangkap, tak ada undang-undang yang memastikan ia dihukum karena praktiknya tersebut," ucapnya.

Baca juga: Sunat Perempuan di Indonesia, Pantaskah Budaya Ini Dipertahankan?

Topik:

  • Faiz Nashrillah

Berita Terkini Lainnya