Cambridge Analytica Pakai Jutaan Data Pengguna Facebook untuk Kampanye Trump

Data itu dipakai untuk membuat algoritma sesuai target profil pemilih pada pemilu Amerika Serikat.

Washington DC, IDN Times - Facebook selama ini dikenal sebagai media sosial tempat berbagi kabar tentang pernikahan dan kelahiran bayi. Namun, seiring berjalannya waktu, ada pihak tertentu yang melihat jumlah penggunanya yang kian meningkat sebagai kesempatan untuk menjalankan misi lain.

1. 50 juta data pengguna Facebook bocor ke tangan Cambridge Analytica

Cambridge Analytica Pakai Jutaan Data Pengguna Facebook untuk Kampanye TrumpThe Guardian

Namanya Christopher Wylie. Pemuda berusia 28 tahun tersebut secara eksklusif mengungkapkan kepada The Guardian dan Observer bahwa ada 50 juta data pengguna Facebook yang bocor ke tangan perusahaan yang turut dibesarkannya, Cambridge Analytica, pada 2015.

"Kami mengeksploitasi Facebook untuk memanen jutaan profil pengguna dan membangun model untuk mengeksploitasi apa yang kami ketahui tentang mereka dan menargetkan iblis-iblis dalam diri mereka. Itu adalah dasar dari dibangunnya perusahaan," kata Wylie, mendeskripsikan apa itu Cambridge Analytica.

Parahnya, meski para pengacara Facebook mengetahui insiden ini—bahkan di satu titik mengingatkan bahwa pemanenan data itu perbuatan tidak sah—tapi Wylie mengatakan Facebook tak melakukan tindakan apapun untuk memastikan bahwa Cambridge Analytica menghapus jutaan data itu.

"Facebook tidak membuat upaya apapun untuk mendapatkan data-data itu kembali," ungkap Wylie. Peringatan dari Facebook sendiri terbilang lambat karena baru dilakukan menjelang pemilihan presiden Amerika Serikat pada 2016 lalu.

Baca juga: George Soros: Eksploitasi oleh Facebook dan Google Rugikan Masyarakat

2. Cambridge Analytica menjadi alat kampanye Donald Trump

Cambridge Analytica Pakai Jutaan Data Pengguna Facebook untuk Kampanye Trumpinstagram.com/facebook

Wylie adalah otak di balik kesuksesan Cambridge Analytica. Di sana ia mendapatkan kesempatan untuk bereksperimen dengan data pengguna Facebook yang bocor tersebut. Salah satunya adalah membantu membuat Ted Cruz terpilih sebagai kandidat calon presiden dari Partai Demokrat pada 2016.

Bos dari Cambridge Analytica adalah Steve Bannon. Sebelumnya, ia merupakan pimpinan redaksi media sayap kanan Breitbart News. Dana Cambridge Analytica sendiri mengalir dari kantong miliarder Robert Mercer yang juga merupakan pendonor Partai Republik.

Bannon ditunjuk sebagai ketua tim sukses Trump selama masa kampanye. Di sinilah momentum terbesar Wylie dan Cambridge Analytica. Komisi Pemilu Federal Amerika Serikat melaporkan bahwa tim kampanye Trump menyewa jasa Cambridge Analytica pada Juni 2016.

Cambridge Analytica Pakai Jutaan Data Pengguna Facebook untuk Kampanye TrumpANTARA FOTO/REUTERS/Kevin Lamarque

Mereka menerima bayaran sebesar Rp 85 miliar. Cambrige Analytica sendiri sebelumnya membantah memakai data pengguna Facebook. Tetapi, penuturan tokoh kunci seperti Wylie membuat investigator di Amerika Serikat mempertimbangkan untuk memanggil Mark Zuckerberg.

Wylie menyebut tugasnya adalah menciptakan "perangkat perang psikologis untuk Steve Bannon". Salah satu yang diungkap Wylie adalah bahwa Cambridge Analytica menggunakan informasi personal dan privat dari jutaan pengguna Facebook di Amerika Serikat untuk membuat profil-profil psikologis dan politik.

3. Ada peran akademisi dan lembaga risetnya dalam operasi Cambridge Analytica

Cambridge Analytica Pakai Jutaan Data Pengguna Facebook untuk Kampanye Trumpinstagram.com/zuck

Mantan CEO SCL Elections yang kemudian menjadi CEO Cambridge Analytica bernama Alexander Nix dipanggil oleh parlemen Inggris yang bertugas menginvestigasi peran perusahaan tersebut dalam kampanye Brexit yang mendukung keluarnya negara itu dari Uni Eropa.

Ia ditanya apakah data-data yang diambil tersebut berasal dari sebuah perusahaan riset Global Science Research (GSR) milik akademisi Cambridge University, Aleksandr Kogan. Nix menjawab tidak. Hanya saja, Wylie memiliki bukti sebaliknya, termasuk kontrak bertanggal 4 Juni 2014 yang mengonfirmasi SCL memiliki kesepakatan komersil dengan GSR.

Uang dari Cambridge Analytica digunakan Kogan untuk membayar orang-orang yang bersedia mengikuti kuis kepribadian di aplikasi thisismydigitallife. Dari sana, Kogan bisa mengakses profil Facebook mereka. Ada sekitar 320.000 orang yang mengikuti kuis itu. Tanpa sadar, mereka juga memberi akses terhadap 160 profil teman-teman mereka.

Terkait ini, Wylie mengungkapkan bahwa,"Protokol keamanan Facebook menerima peringatan karena aplikasi Kogan mampu mengambil banyak sekali data, tapi rupanya Kogan berkata itu untuk kebutuhan akademis. Jadi mereka [Facebook] berkata,'Baiklah'."

4. Dengan data tersebut, Cambridge Analytica bisa menargetkan misinformasi dan disinformasi kepada pengguna Facebook

Cambridge Analytica Pakai Jutaan Data Pengguna Facebook untuk Kampanye TrumpANTARA FOTO/REUTERS/Jim Bourg

Wylie mengatakan SCL memenangkan kontrak dengan Departemen Luar Negeri Amerika Serikat dan Pentagon. "Itu gila. Perusahaan tersebut menciptakan profil psikologis dari 230 juta warga Amerika Serikat. Dan sekarang mereka ingin bekerja dengan Pentagon?," ujar Wylie.

SCL Elections, salah satu anak perusahaan yang sempat menjadikan Wylie sebagai tokoh kunci, bertugas dalam "operasi psikologis" atau psyops. Artinya, SCL Elections mengubah pola pikir seseorang bukan melalui persuasi, melainkan "dominasi informasi" termasuk dengan menyebarkan rumor, disinformasi dan berita bohong.

Berdasarkan data yang dimiliki, Cambridge Analytica sukses mendapatkan pengetahuan psikologis tentang pengguna Facebook sekaligus pemilih di Amerika Serikat. Mereka menciptakan algoritma untuk memprofilkan jutaan lainnya.

Menariknya, Cambridge Analytica juga melakukan presentasi di hadapan petinggi perusahaan minyak swasta Rusia, Lukoil. Wylie membeberkan bahwa presentasi itu tak berkaitan dengan konsumen minyak, melainkan teknik untuk mengganggu pemilu, termasuk "kampanye rumor" yang menyebarkan rasa takut di pemilu Nigeria.

5. Facebook mendapat sorotan tajam terkait terungkapnya skandal ini

Cambridge Analytica Pakai Jutaan Data Pengguna Facebook untuk Kampanye Trumpfacebook.com/Mark Zuckerberg

Bukan pertama kalinya Facebook menjadi perbincangan karena kemungkinan berperan dalam penyebaran berita bohong hingga terpilihnya Donald Trump sebagai presiden Amerika Serikat. Dengan pengakuan Wylie, Zuckerberg kian mendapatkan sorotan tajam.

Facebook sendiri membenarkan bahwa pihaknya mengetahui Kogan memberikan data pengguna kepada Cambridge Analytica. Hanya saja, Facebook tidak secara transparan mengumumkan insiden ini kepada publik sebagai bentuk peringatan.

Cambridge Analytica Pakai Jutaan Data Pengguna Facebook untuk Kampanye Trumpfacebook.com/Mark Zuckerberg

"Pada 2015, kami sadar bahwa profesor psikologi di University of Cambridge bernama Dr Aleksandr Kogan berbohong pada kami dan melanggar kebijakan kami dengan memberikan data dari sebuah aplikasi yang memakai Facebook Login kepada SCL/Cambridge Analytica," tulis Facebook dalam sebuah pernyataan.

Damian Collins, anggota parlemen Inggris yang turut menginvestigasi Nix, menuding Facebook tidak bertanggung jawab. "Sudah jelas sekarang bahwa data diambil dari pengguna Facebook tanpa izin mereka, dan kemudian diproses oleh pihak ketiga dan digunakan untuk mendukung kampanye mereka. Facebook tahu ini dan keterlibatan Cambridge Analytica di dalamnya."

Baca juga: Facebook Penuh Masalah, Mark Zuckerberg Minta Maaf

Topik:

Berita Terkini Lainnya