Cegah Nafsu, Kampus Tiongkok Minta Mahasiswi Tak Pakai Baju Terbuka

Perempuan kembali disalahkan saat ada pelecehan seksual

Jakarta, IDN Times - Universitas Guangxi di Tiongkok bagian selatan jadi bulan-bulanan warganet di media sosial, setelah merilis buku pedoman keselamatan bagi perempuan pada awal Agustus lalu. 

Di dalamnya, pihak kampus menyarankan para mahasiswi agar mematuhi etika berpakaian khusus yang ditetapkan. Pedoman itu terutama dikhususkan bagi mahasiswi tahun pertama yang baru masuk.

1. Mereka diminta menghindari pakaian terbuka, agar tidak jadi korban pelecehan seksual

Cegah Nafsu, Kampus Tiongkok Minta Mahasiswi Tak Pakai Baju TerbukaIlustrasi Tiongkok. unsplash.com/Ling Tang

Melansir South China Morning Post, ada 50 daftar saran yang dikeluarkan Universitas Guangxi. Isinya mulai dari pedoman keselamatan di dalam dan di luar kampus, sampai saran untuk bersikap saat ada pelecehan seksual.

Kampus menilai penyebab pelecehan bisa diatasi jika mahasiswi tidak memakai pakaian terbuka, mulai dari rok dan gaun berpotongan rendah. Kampus itu bahkan menyarankan mereka tidak mengenakan sepatu hak tinggi.

Apabila ini dituruti, menurut logika berpikir kampus, maka tidak akan ada hawa nafsu yang muncul dari laki-laki, sehingga tidak ada pelecehan seksual.

Survei nasional yang dirilis pada awal 2020 ini memperlihatkan hampir 15 persen perempuan mengaku bagian intim mereka disentuh tanpa izin oleh pihak lain.

Lalu, ada dua persen yang berkata telah menjadi korban pemerkosaan. Hampir empat persen lainnya mengaku guru atau dosen mereka pernah melakukan pelecehan atau penyerangan seksual.

2. Universitas Guangxi pun diserang di media sosial karena kebijakan seksis itu

Cegah Nafsu, Kampus Tiongkok Minta Mahasiswi Tak Pakai Baju TerbukaIlustrasi kampus di Tiongkok. unsplash.com/Sam Balye

Satu per satu orang yang membaca atau mendengar kabar tentang pedoman itu membawa protes mereka ke Weibo, yang merupakan media sosial populer di Tiongkok. Mereka mengatakan pihak kampus bersikap seksis dengan membebankan kesalahan kepada apa yang dipakai perempuan.

"Saya bahkan tak selesai membaca buku pedoman itu dan semua yang saya lihat adalah penindasan terhadap perempuan," kata seorang warganet.

Mereka menegaskan bahwa perempuan boleh berpakaian semau mereka, karena akar persoalan pelecehan seksual bukan terletak pada penampilan.

"Pakaian terbuka tidak bisa memperkosa perempuan. Sebutkan masalahnya. Sebutkan perempuan seharusnya berhati-hati terhadap apa," tulis warganet lain, menyindir perilaku laki-laki yang menjadikan perempuan hanya sebagai objek seks, tidak peduli pada apa yang dipakainya.

3. Kampus diminta berhenti menyalahkan perempuan dan penampilan mereka

Cegah Nafsu, Kampus Tiongkok Minta Mahasiswi Tak Pakai Baju TerbukaIlustrasi mahasiswa. unsplash.com/Akson

Universitas Guangxi pun memberikan tanggapan terhadap protes di media sosial. Kampus itu mengatakan kepada The Paper bahwa mahasiswi boleh memakai pakaian apa saja di luar perkuliahan.

Ketika di kelas, mereka diminta berpenampilan tertutup walau cuaca sedang panas. Menurut kampus, ini adalah cara untuk "meningkatkan perilaku mahasiswa secara keseluruhan". 

Deputi Direktur 21st Century Education Research Institute Xiong Bingqi menilai cara itu tidak tepat. Petinggi think-tank yang berlokasi di Beijing itu berpendapatan kampus harus bertanggung jawab karena telah bersikap seksis kepada mahasiswi mereka.

"Lembaga-lembaga itu seharusnya mencoba mengurus dan mengurangi pelecehan di kampus, alih-alih menyalahkan pelajar perempuan atas apa yang mereka pakai," kata Xiong. "Universitas tidak seharusnya memperkenalkan aturan berpakaian yang spesifik pada gender dengan dalih melindungi perempuan."

Baca Juga: Terbukti Lakukan Pelecehan Seksual, 3 Produser The Ellen Show Dipecat

Topik:

  • Rochmanudin

Berita Terkini Lainnya