COVID-19 Bisa Menular Lewat Udara dengan Jarak 1 Meter Lebih
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Surabaya, IDN Times - Sebanyak 239 ilmuwan dari 32 negara mengklaim bahwa ada potensi besar penularan virus corona terjadi lewat udara.
Dalam sebuah surat terbuka, mereka meminta Badan Kesehatan Dunia (WHO) untuk mengakui itu dan meningkatkan level peringatan kepada publik.
Lebih lanjut, para ilmuwan itu menilai selama ini WHO meremehkan kemungkinan virus corona tidak hanya bertransmisi lewat cairan atau kontak fisik. Mereka melihat begitu cepatnya virus menyebar ke seluruh dunia membuktikan ada cara lain selain yang selama ini sudah ditetapkan.
1. Transmisi aerosol disebut tak signifikan oleh WHO
Dalam keterangan yang dipublikasikan di situs resmi pada 27 Maret 2020, WHO mengatakan bahwa berdasarkan analisis terhadap 75.465 kasus COVID-19 di Tiongkok, tidak ada laporan soal transmisi melalui udara.
Bukti tersebut yang kemudian dijadikan dasar oleh organisasi yang bermarkas di Jenewa, Swiss, tersebut untuk menyimpulkan penularan aerosol tidak signifikan.
"Menurut bukti yang ada, virus COVID-19 utamanya bertransmisi antar-orang lewat cairan pernapasan dan jalur kontak," tulis WHO.
Penularan aerosol sendiri terjadi dengan melibatkan partikel-partikel kecil yang bisa bertahan di udara selama beberapa waktu. Virus bisa menular kepada satu sama lain bahkan hingga jarak lebih dari satu meter.
WHO sendiri tetap pada sikap bahwa memperkenalkan pedoman baru takkan membuat perbedaan besar dalam penyebaran virus.
Baca Juga: Kalung Antivirus Corona Belum Diuji Klinis, Kementan: Butuh Waktu Lama
2. Ilmuwan mengklaim ada bukti baru bahwa virus corona juga bertransmisi lewat udara
Editor’s picks
Seperti dilaporkan The New York Times, surat terbuka itu dipublikasikan di jurnal Penyakit Menular Penting yang ditulis oleh Lidia Morawska dari Queensland University of Technologi dan Donald Milton dar University of Maryland.
Sampai kini, lebih dari 200 ilmuwan dari 30-an negara mendukung klaim itu.
Morawska dan Milton mengaku menemukan bukti baru untuk menguatkannya. Misalnya, tempat pemrosesan daging di mana muncul klaster COVID-19. Lindsey Marr, pakar transmisi virus dari Virginia Tech, berpendapat selama ini WHO mengandalkan studi dari rumah sakit yang menyebut rendahnya tingkat virus di udara.
Padahal, lanjut Marr, ini adalah perspektif berbahaya sebab di banyak bangunan, rata-rata pertukaran udara biasanya sangat rendah sehingga memungkinkan virus berakumulasi di udara.
Sementara WHO menegaskan situasi ini masuk ke dalam kategori "riset aktif" di mana segalanya masih bisa berkembang.
3. Pakar WHO menjelaskan pedoman yang ada sekarang sudah memadai untuk menekan penyebaran virus
Melansir The Guardian, Paul Hunter selaku profesor kesehatan di University of East Anglia sekaligus anggota komite pencegahan infeksi, berkata sikap WHO sudah seimbang.
"Transmisi lewat udara bisa terjadi, tapi mungkin tidak terlalu penting dalam skema besar. Ini semua tentang cairan tubuh," kata Hunter.
"Mengontrol transmisi melalui udara takkan terlalu berpengaruh terhadap pengendalian penyebaran COVID-19. Akan ada beban tidak perlu, terutama di negara-negara di mana mereka tak punya cukup staf dan sumber daya," katanya.
Baca Juga: 239 Ahli di Seluruh Dunia Klaim COVID-19 Airborne, Menular lewat Udara