COVID-19 Goyang Kebijakan Bebas Keluar Masuk Antar Negara Uni Eropa

Austria, Hungaria dan Swiss perketat perbatasan

Berlin, IDN Times - Uni Eropa sedang menghadapi situasi yang menantang salah satu karakteristik utamanya sebagai organisasi supra-nasional. Sejak pertengahan 1990-an, mayoritas negara yang tergabung di dalamnya memberlakukan perjanjian Schengen yang memungkinkan warga bergerak bebas melintasi batas tanpa pasport atau pemeriksaan di perbatasan.

Ini adalah sesuatu yang dibanggakan Uni Eropa meski Inggris memilih tidak masuk ke dalam zona Schengen. Sekarang, kebijakan tersebut sedang digoyang sesuatu yang tidak kasat mata: virus corona baru atau COVID-19. Bermula dari Italia yang melaporkan lonjakan kasus hingga belasan ribu, negara-negara di sekitarnya pun merespons.

1. Italia menutup seluruh negeri dan meminta semua warga tinggal di rumah

COVID-19 Goyang Kebijakan Bebas Keluar Masuk Antar Negara Uni EropaSeorang wanita memakai masker wajah saat berswafoto di Galleria Vittorio Emanuele II setelah dekrit yang memerintahkan seluruh Italia untuk ditutup sebagai tindakan keras yang belum pernah terjadi sebelumnya untuk mencegah penyebaran COVID-19, di Milan, Italia, pada 10 Maret 2020. ANTARA FOTO/REUTERS/Flavio Lo Scalzo

Italia menjadi negara di luar Tiongkok dengan jumlah kasus COVID-19 terbanyak yaitu hampir 12.500 dan 827 kematian per Kamis (12/3). Dari awalnya hanya lockdown atau penutupan wilayah di bagian utara di mana kasus pertama diidentifikasi, kini sekitar 60 juta rakyat Italia dilarang meninggalkan rumah sesuka hati.

Pemerintah mulai mendenda dan menangkap yang bandel. "Kami melihat masih banyak warga yang berkeliaran," kata Lea Quartapelle, salah satu pejabat tinggi Italia, kepada Euronews. "Sulit ya di sebuah negara demokratis untuk berhenti melakukan apa yang Anda lakukan guna meninggalkan kebebasan Anda."

Pertokoan, restoran dan taman telah ditutup. Pemerintah menetapkan zona-zona merah yang dinilai sangat rentan. Quartapelle berkata warga diminta untuk bekerja dari rumah atau mengambil cuti. Bagi yang terpaksa haru keluar rumah, ia wajib menunjukkan dokumen yang  berisi alasan dan tujuannya.

Baca Juga: Ikuti Italia, Denmark Negara Kedua yang Diisolasi Akibat Virus Corona

2. Austria, Slovenia dan Hungaria perketat kontrol perbatasan

COVID-19 Goyang Kebijakan Bebas Keluar Masuk Antar Negara Uni EropaSuasana ruang sidang menunjukkan beberapa anggota MEP saat rapat pleno bulanan Parlemen Eropa yang dipersingkat akibat wabah COVID-19, di Brussels, Belgia, pada 10 Maret 2020. ANTARA FOTO/REUTERS/Yves Herman

Kanselir Austria Sebastian Kurz mengumumkan pada Selasa (10/3) bahwa siapa pun yang tiba dari Italia dilarang masuk ke wilayahnya, kecuali berhasil menunjukkan dokumen yang membuktikan status negatif COVID-19. Dokumen tersebut maksimal harus dibuat empat hari sebelum ketibaan.

Pengetatan perbatasan dengan Italia dilakukan. Warga Austria di Italia juga akan direpatriasi dan diwajibkan karantina selama dua minggu. Kereta dan pesawat terbang dari dan ke Italia dihentikan. "Prioritas tertinggi kami adalah mencegah penyebaran dan impor penyakit ke masyarakat kami," kata Kurz, seperti dikutip Politico. Ada 302 kasus COVID-19 di Austria.

Slovenia mengikuti langkah Austria. Dilaporkan The Slovenia, Prime Minister Marjan Šarec memerintahkan pelarangan masuk bagi warga Italia yang gagal membuktikan dirinya bebas dari COVID-19 melalui dokumen resmi berbahasa Slovenia, Italia atau Inggris yang dibuat tidak lebih lama dari tiga hari. Slovenia melaporkan 57 kasus COVID-19.

Hungary Today melaporkan Hungaria memperketat perbatasan dengan Slovenia dan Austria. Hungaria juga memerintahkan larangan masuk bagi warga dari Italia--sebuah aturan yang turut diterapkan terhadap yang baru tiba dari Tiongkok, Korea Selatan dan Iran.

Aturan ini tak berlaku bagi warga Hungaria, yang harus dikarantina selama dua minggu begitu menginjakkan kaki kembali ke tanah air. Ada 13 kasus COVID-19 di Hungaria. Sedangkan Swiss, negara yang menandatangani perjanjian Schengen tapi bukan bagian Uni Eropa, menutup sembilan titik perbatasan dengan Italia di mana biasanya ada 68.000 orang yang melewatinya setiap hari.

Ada 652 kasus COVID-19 di Swiss sampai saat ini. Swissinfo.ch melaporkan pemerintah Swiss mewajibkan warga Italia yang masuk untuk membawa bukti berupa surat kerja. Sementara petugas keamanan di perbatasan menerapkan kontrol berbasis risiko dan pemeriksaan lainnya.

3. Kelompok sayap kanan Eropa menggunakan situasi ini untuk menyerang legitimasi Uni Eropa

COVID-19 Goyang Kebijakan Bebas Keluar Masuk Antar Negara Uni EropaKanselir Jerman Angela Merkel memberikan keterangan media mengenai COVID-19 di Berlin, Jerman, pada 11 Maret 2020. ANTARA FOTO/REUTERS/Michele Tantussi

Kanselir Jerman, Angela Merkel, yang dianggap sebagai salah satu ujung tombak Uni Eropa mengatakan dalam sebuah konferensi pers pada Selasa (11/3) bahwa "penutupan perbatasan bukan respons yang tepat terhadap tantangan ini". Dikutip The Brussels Times, Merkel menilai "solidaritas, akal sehat dan hati kita sedang diuji dan saya harap kita lulus".

Jerman melaporkan lebih dari 2.000 kasus dan tiga kematian akibat COVID-19. Merkel, entah memakai referensi dari mana, memprediksi 70 persen penduduk Jerman akan terinfeksi virus tersebut. Virologis Jerman, Alexander Kekulé, mengatakan kepada BBC peluang Berlin mengurung virus sudah lewat dengan tidak menutup sekolah serta melarang acara kumpul-kumpul massal.

Situasi ini dimanfaatkan kelompok sayap kanan yang memang menolak legitimasi Uni Eropa. Marine Le Pen dan Aurelia Beigneux dari partai sayap kanan jauh Prancis menyalahkan zona Schengen bebas paspor dan imigran.

"Sirkulasi barang dan orang yang bebas, kebijakan imigrasi serta kontrol perbatasan yang lemah jelas memungkinan penyebaran virus jenis itu," kata Beigneux, seperti dikutip NBC. Perdana Menteri Hungaria, Viktor Orban, yang juga dari sayap kanan menggunakan kesempatan ini untuk "menutup akses area transit perbatasan bagi pencari suaka" untuk waktu tak terbatas.

Baca Juga: Italia Lock Down Akibat Virus Corona, Restoran Hingga Salon Ditutup

Topik:

  • Umi Kalsum

Berita Terkini Lainnya