Demi Tekan COVID-19, Singapura Tutup Semua Sekolah dan Mayoritas Usaha

Pemerintah tegaskan pentingnya membatasi kontak fisik

Singapura, IDN Times - Pemerintah Singapura semakin mengetatkan kebijakan untuk menanggulangi wabah COVID-19 dengan menutup semua sekolah dan memerintahkan penghentian sebagian besar bisnis. Pengumuman ini disampaikan oleh Perdana Menteri Lee Hsien Loong pada Jumat (3/4).

Dikutip dari The Straits Times, peraturan tersebut mulai berlaku pada Selasa (7/4). Jenis-jenis usaha yang masih boleh beroperasi adalah yang berada di sektor bisnis dan layanan mendasar seperti penjualan makanan, pasar dan supermarket, klinik, rumah sakit, transportasi publik dan perbankan.

1. Pemerintah tidak puas dengan hasil kebijakan sebelumnya yang tetap memungkinkan adanya penyebaran virus

Demi Tekan COVID-19, Singapura Tutup Semua Sekolah dan Mayoritas UsahaPara calon penumpang menunggu kendaraan yang akan membawa mereka meninggalkan Woodlands Causeway untuk menyeberang ke Singapura dari Johor pada 17/3/2020, beberapa jam sebelum Malaysia memberlakukan lockdown (karantina wilayah) karena wabah virus corona. ANTARA/REUTERS

Perdana Menteri Lee menjelaskan bahwa alasan di balik pemberlakuan langkah ketat ini adalah karena masih ada lebih dari 50 kasus positif COVID-19 baru setiap hari dalam dua minggu terakhir. Padahal, pemerintah telah berupaya keras untuk menekan laju penyebaran virus corona.

"Awalnya, banyak kasus-kasus baru yang diimpor dari luar negeri, mayoritas adalah warga Singapura yang pulang kampung. Kemudian, minggu lalu, kami mulai mendapati adanya kasus-kasus lokal lebih banyak. Terlebih lagi, walau pelacakan kontak kami baik, hampir setengah dari kasus-kasus itu, kami tak dari mana atau dari siapa seseorang bisa terinfeksi," kata Lee.

"Ini menunjukkan bahwa ada lebih banyak orang di luar sana yang terinfeksi, tapi belum diidentifikasi. Dan mereka mungkin menularkan virus kepada orang lain tanpa disadari," tambahnya. Singapura sendiri melaporkan lebih dari 1.000 kasus di mana ada lima orang meninggal, sedangkan 266 dinyatakan sembuh.

Baca Juga: Ini Alasan Mengapa Tenaga Kesehatan Singapura Minim Terpapar COVID-19

2. Pemerintah tidak bisa lagi menunda untuk membuat keputusan penting yang akan menyelamatkan banyak nyawa

Demi Tekan COVID-19, Singapura Tutup Semua Sekolah dan Mayoritas UsahaPemandangan Merlion Park dengan kursi dan meja kosong saat Singapura, pada 26 Maret 2020. ANTARA FOTO/REUTERS/Edgar Su

Lebih lanjut, Lee menegaskan pihaknya tak bersedia menunggu lebih lama lagi untuk "membuat sebuah keputusan penting untuk mencegah eskalasi infeksi". Melalui serangkaian diskusi dengan berbagai satuan tugas di kementerian-kementerian terkait, Lee akhirnya memutuskan sekarang adalah waktunya memberlakukan aturan lebih ketat.

"Melihat tren, saya khawatir kecuali kita mengambil langkah lebih lanjut, situasi akan secara gradual memburuk, atau klaster besar lainnya bisa memporak-porandakan semuanya," tegas Lee. "Oleh karena itu, kami akan memberlakukan langkah-langkah yang secara signifikan lebih ketat. Ini seperti pemutusan sambungan listrik."

"Ini akan membantu mengurangi risiko terjadinya wabah besar, dan ini juga semestinya membantu menurunkan angka [kasus COVID-19] kami secara gradual. Selanjutnya ini akan memungkinkan kami mengendorkan beberapa langkah. Pemutusan sambungan listrik ini akan berlaku selama satu bulan."

3. Warga diminta tetap berada di rumah kecuali untuk urusan paling mendesak seperti ke supermarket atau rumah sakit

Demi Tekan COVID-19, Singapura Tutup Semua Sekolah dan Mayoritas UsahaSeorang pria dan anak perempuan berjalan diantara rak makanan kaleng dan mie instan yang kosong di sebuah supermarket di Singapura, pada 8 Maret. ANTARA FOTO/REUTERS/Edgar Su

Penutupan institusi pendidikan yang dialihkan ke sistem belajar di rumah atau penutupan sebagian besar usaha sehingga membuat karyawan tak perlu ke kantor, akan sia-sia tanpa kesadaran warga untuk tidak berkeliaran. Pemerintah pun mengingatkan agar masyarakat mematuhi perintah untuk tetap di rumah, kecuali jika ada keperluan mendesak seperti ke supermarket atau rumah sakit.

Bahkan, pemerintah meminta warga tidak mengunjungi keluarga yang tidak tinggal satu atap, terutama jika ada yang berusia lanjut atau sakit parah. "Semangat dari langkah-langkah itu adalah untuk membuat kita mengurangi kontak fisik," tutur Lee. "Jika kita tidak keluar rumah, jika kita menghindari kontak dengan yang lain, maka virus takkan menyebar. Sesederhana itu," tegasnya.

Baca Juga: Mendagri Terima Bantuan 10 Ribu Alat Tes Covid-19 dari Dubes Singapura

Topik:

  • Anata Siregar

Berita Terkini Lainnya