Demonstran #BlackLivesMatter di Inggris Robohkan Patung Penjual Budak

Mengherankan kenapa patung itu bisa bertahan ratusan tahun

London, IDN Times - Ratusan demonstran Inggris yang turun ke jalan untuk melakukan aksi solidaritas #BlackLivesMatter merobohkan patung seorang penjual budak Edward Colston pada Minggu (7/6). Colston merupakan mantan anggota parlemen Inggris sekaligus filantropis yang mengambil untung dari perdagangan budak pada abad 17.

Dalam berbagai cuplikan video yang beredar di media sosial, para pengunjuk rasa riuh-rendah saat beberapa di antara mereka berusaha merobohkan patung yang berlokasi di Bristol tersebut. Begitu berhasil, mereka segera menarik dan membuangnya ke sebuah sungai. Aksi ini disambut sorak-sorai oleh para demonstran.

1. Patung penjual budak itu berdiri sejak 1895 dan mengherankan juga kenapa bisa bertahan sampai ratusan tahun

Patung Colston dibuat oleh John Cassidy dan diletakkan di pusat kota Bristol sejak 1895. Karena memicu perdebatan, lebih dari 10.000 orang yang tak setuju ada bentuk penghormatan terhadap Colston menandatangani petisi berisi tuntutan agar Dewan Kota merobohkannya.

Akan tetapi, cara tersebut tidak berhasil sehingga patung tetap berdiri tegak.

Seorang pengunjuk rasa yang berada di lokasi, John McAllister, menilai Colston tak pantas mendapatkan penghormatan itu. Sebelum dirobohkan, ia menyingkap kain hitam yang menutupi tulisan pada bagian bawah patung.

"Tulisannya 'didirikan oleh warga Bristol sebagai memorial untuk salah satu dari putra-putra baik hati dan bijaksana di kota ini," kata McAllister, seperti dikutip The Independent.

"Laki-laki itu adalah seorang penjual budak. Dia baik hati kepada Bristol, tapi mendapatkan keuntungan dari perbudakan dan itu benar-benar menjijikkan. Itu adalah hinaan kepada masyarakat Bristol," tambahnya.

Dalam sejarahnya, Colston bernaung di bawah Royal African Company yang memperdagangkan lebih dari 100.000 budak dari Afrika ke Amerika Serikat.

Baca Juga: Kamu Tak Berbahasa Inggris? Kini Sudah Pasti Ditolak Kerja di Inggris

2. Menteri Dalam Negeri Inggris mengecam perobohan patung Colston

Demonstran #BlackLivesMatter di Inggris Robohkan Patung Penjual BudakDemonstran membawa suar di Parliament Square saat aksi protes #BlackLivesMatter, setelah insiden tewasnya George Floyd di tangan polisi Minneapolis, di London, Inggris, pada 7 Juni 2020. ANTARA FOTO/REUTERS

Insiden itu menimbulkan kecaman dari Menteri Dalam Negeri Priti Patel. Ia menyebut perobohan dan pembuangan patung ke sungai sungguh tidak sopan, benar-benar tak bisa diterima, dan merupakan tindakan vandalisme.

Investigasi pun dimulai untuk menyelidiki siapa saja yang terlibat dalam aksi tersebut.

"Benar polisi menindaklanjuti dan memastikan keadilan dijalankan terhadap orang-orang yang bertanggung jawab atas perilaku tak tertib dan melanggar hukum itu," kata Patel, seperti dikutip BBC.

Dalam sebuah pernyataan resmi, Departemen Kepolisian Avon dan Somerset mengungkap pihaknya akan melakukan investigasi terhadap aksi perusakan itu.

3. Banyak politisi yang mendukung aksi merobohkan patung Colston

Demonstran #BlackLivesMatter di Inggris Robohkan Patung Penjual BudakPolisi bentrok dengan pendemo di Whitehall saat aksi protes #BlackLivesMatter setelah insiden tewasnya George Floyd di tangan polisi Minneapolis, di London, Inggris, pada 7 Juni 2020. ANTARA FOTO/REUTERS/Hannah McKay

Sejarawan Inggris Profesor David Olsuga mengatakan kepada BBC bahwa patung Colston semestinya sudah dirobohkan bertahun-tahun lalu. Wali Kota Bristol Marvin Rees pun menjelaskan bahwa ada perobohan akan membelah opini publik, tetapi menilai penting untuk mendengarkan mereka yang menganggap patung tersebut merepresentasikan hinaan terhadap kemanusiaan.

Beberapa politisi ikut bangga. Anggota parlemen dari Partai Buruh Clive Lewis, mempertanyakan mengapa patung itu berdiri beratus-ratus tahun kemudian.

"Jika patung pejuang konfederasi yang berjuang dalam sebuah perang untuk pebudakan & supremasi kulit putih harus dirobohkan lalu mengapa tidak yang ini?" ujar Lewis, merujuk pada dirobohkannya patung Williams Carter Wickham, seorang pejuang konfederasi di Virginia, Amerika Serikat.

"Seseorang harus bertanggung jawab atas darah & penderitaan yang tak terukur. Kita takkan pernah menyelesaikan rasisme struktural sampai kita memahami sejarah kita dengan semua kompleksitasnya," tambah Lewis.

Baca Juga: Menggunakan Tongkat, Madonna Ikut Aksi Protes Kematian George Floyd

Topik:

  • Isidorus Rio Turangga Budi Satria

Berita Terkini Lainnya