Bongkahan Es Seluas Pulau Bali di Antartika Terancam Patah

Berdampak cukup mengerikan

Bongkahan es di Antartika yang memiliki luas 5.000 kilometer persegi terancam patah. Luas bongkahan itu hampir setara dengan Pulau Bali. Peringatan tersebut diberikan oleh para peneliti dari University of Swansea di Wales, Britania Raya.

Saat ini hanya perlu patahan sepanjang 20 km saja sebelum bongkahan tersebut lepas.

Bongkahan Es Seluas Pulau Bali di Antartika Terancam PatahNASA via bbc.com

Profesor Adrian Luckman, ketua tim peneliti, menyebut bahwa patahan di area Larsen C di Antartika bertambah sepanjang 18 km pada paruh kedua bulan Desember 2016. Sementara itu, lebar patahannya sebesar 100 meter, dengan perkiraan kedalaman 500 meter. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh timnya, saat ini hanya perlu patahan sepanjang 20 km lagi sebelum bongkahan itu benar-benar lepas dari gletser.

Baca Juga: Perubahan Iklim Ternyata Berdampak pada Kerugian Ekonomi Dunia

Ini bisa terjadi dalam waktu beberapa bulan ke depan.

Bongkahan Es Seluas Pulau Bali di Antartika Terancam PatahNASA via bbc.com

Dikutip dari The Guardian, patahan ini termasuk dalam sepuluh patahan terbesar yang pernah tercatat. Menurut prediksi Luckman, bongkahan es yang sangat besar tersebut bisa patah dalam waktu beberapa bulan ke depan. Luckman juga menjelaskan kepada BBC bahwa patahan ini normal terjadi dalam waktu beberapa dekade. Ia belum punya bukti yang menguatkan asumsi bahwa pemanasan global berperan dalam membuat patahan tersebut.

Para peneliti khawatir ini akan membuat gletser menjadi tak stabil, hilang, kemudian berakibat pada peningkatan ketinggian air laut.

Bongkahan Es Seluas Pulau Bali di Antartika Terancam PatahNASA via telegraph.co.uk

Bongkahan es yang patah tak memiliki dampak langsung terhadap kenaikan ketinggian air laut. Namun, ini akan menyebabkan gletser tak stabil dan berpotensi membuatnya hilang. Hilangnya gletser lah menyebabkan level ketinggian air laut meningkat. Ini adalah bagian ketiga dari area Larsen di Antartika yang mengalami disintegrasi. Pada tahun 1995, area Larsen A juga patah. Kemudian, area Larsen B menyusul pada awal tahun 2002.

Baca Juga: Badan Meteorologi Dunia: 2016 Adalah Tahun Terpanas!

 

Topik:

Berita Terkini Lainnya