Di KTT Iklim, Al Gore Singgung Lemahnya Moratorium Sawit di Indonesia

Al Gore dorong Indonesia ubah kebijakan yang masih salah

Madrid, IDN Times - Mantan Wakil Presiden Amerika Serikat yang menjadi aktivis lingkungan hidup, Al Gore menilai Indonesia sudah memulai langkah untuk menyelesaikan krisis iklim tapi masih banyak yang perlu ditingkatkan. Berbicara di Indonesia Pavilion di KTT Iklim COP25 di Madrid, Spanyol, salah satu yang ia soroti adalah soal kelapa sawit.

"Saya senang Indonesia punya moratorium bagus yang membatasi perkebunan kelapa sawit. Namun, seperti yang Anda semua ketahui, masih ada tantangan-tantangan dengan penegakan moratorium itu," kata peraih Nobel Perdamaian tersebut pada Rabu (11/12).

"Beberapa studi menunjukkan bahwa deforestasi sebenarnya meningkat sejak moratorium pertama diumumkan," ujarnya.

1. Kebakaran hutan di Indonesia sebabkan polusi udara dan Al Gore menyebut situasi ini sebagai peperangan ekologis

Di KTT Iklim, Al Gore Singgung Lemahnya Moratorium Sawit di IndonesiaMantan Wakil Presiden Amerika Serikat, peraih Nobel Perdamaian sekaligus aktivis lingkungan hidup, Al Gore, berbicara di Indonesia Pavillion yang berlangsung di KTT Iklim COP25 di Madrid, Spanyol, pada 11 Desember 2019. YouTube

Presiden Joko "Jokowi" Widodo mengeluarkan Inpres Nomor 8/2018 tentang Penundaan dan Evaluasi Perizinan Perkebunan Sawit serta Peningkatan Produktivitas Perkebunan Sawit pada September 2018. Akan tetapi, Sawit Watch menilai implementasinya masih jauh dari ideal.

Dalam laporannya, beberapa provinsi dan kabupaten masih belum menganggapnya penting. Selain itu, tidak ada dukungan dari segi anggaran dan keterbukaan informasi untuk melacak perkembangannya. Al Gore pun berpendapat Indonesia harus segera mengatasi polusi udara yang berasal dari pembakaran hutan itu.

"Teman saya di Malaysia mendeskripsikan situasi ini sebagai peperangan ekologis," ujar Al Gore. Ini karena asap tidak hanya mengancam kesehatan warga Indonesia yang tinggal di Sumatra dan Kalimantan, tapi juga sampai melintas batas ke negara tetangga.

Ia sendiri sempat mengklaim bahwa kebakaran hutan yang terjadi di Indonesia lebih parah daripada di Amazon pada tahun ini.

Ketika IDN Times menanyakan melalui pesan tertulis soal data yang dirujuk Al Gore, manajer organisasinya di Indonesia, Amanda Kantili menjawab bahwa dia mempunyai science and solutions serta legal team yang melakukan research tentang data dan apa yang disampaikan.

Jika menggunakan data Bank Dunia, ada 620.201 hektare lahan hutan yang terbakar di delapan provinsi di Indonesia sejak Januari hingga September 2019. Sementara itu, dilansir dari CBS News, pemerintah Brazil memperkirakan sejak Januari sampai Agustus 2019, ada lebih dari 900.000 hektare area Amazon yang terbakar.

Baca Juga: Indonesia Sampaikan Pengalaman Kelola Lahan Gambut di COP 25 

2. Al Gore juga menyoroti soal batu bara dan konsekuensinya terhadap emisi karbondioksida

Di KTT Iklim, Al Gore Singgung Lemahnya Moratorium Sawit di IndonesiaPara aktivis menghadiri protes atas perubahan ikilm saat KTT Iklim COP25 diadakan di Madrid, Spanyol, pada 9 Desember 2019. ANTARA FOTO/REUTERS/Javier Barbancho

"Batu bara kotor adalah penyebab krisis iklim terbesar," kata Al Gore. The Observatory of Economic Complexity menempatkan Indonesia sebagai negara pengekspor batu bara terbesar kedua di dunia pada 2019. Sedangkan kelapa sawit menjadi produk kedua yang paling banyak diekspor oleh Indonesia.

"Kita punya pekerjaan yang harus dilakukan sebab tidak semua kebijakan yang perlu diubah telah berubah. Ide tentang membakar batu bara sangat bermasalah," katanya, sembari menyinggung bahwa produk itu memperburuk emisi karbondioksida.

Al Gore menambahkan, pastinya ada sejumlah jalan untuk mengubah kebijakan-kebijakan yang membawa ke kondisi ini.

3. Ia berpendapat bahwa seharusnya kemajuan yang ada bisa menginspirasi untuk berubah

Di KTT Iklim, Al Gore Singgung Lemahnya Moratorium Sawit di IndonesiaSeorang aktivis memakai topeng berwajah Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe dalam unjuk rasa menuntut Jepang untuk menghentikan dukungan batu bara, di depan lokasi KTT Iklim COP25 di Madrid, Spanyol, pada 5 Desember 2019. ANTARA FOTO/REUTERS/Susana Vera

Salah satu yang ia sodorkan adalah bagaimana mengurangi konsumsi batu bara. "Yang membuat semangat adalah bahwa kita punya solusi-solusinya. Biaya energi matahari dan angin sudah lebih murah dibandingkan biaya listrik dari pembakaran batu bara yang kotor," tegasnya.

Indonesia pun tak bisa berdiam diri sebagai salah satu negara yang turut menderita akibat krisis iklim. "Bertambahnya level air laut menjadi salah satu faktor relokasi ibu kota negara ke Kalimantan dan banyak konsekuensi-konsekuensi lain, termasuk sebanyak 1.500 pulau yang terancam. Banyak orang juga yang akan direlokasi," kata Al Gore.

"Kemajuan yang sudah dibuat seharusnya menginspirasi kita untuk berharap bahwa kita bisa membangun momentum dan pada akhirnya mengubah beberapa kebijakan yang masih berjalan ke arah yang salah," tambahnya.

Baca Juga: [LINIMASA] Indonesia Bawa 50 Negosiator di KTT Perubahan Iklim COP 25

Topik:

  • Dwifantya Aquina

Berita Terkini Lainnya