Dianggap Olahraga Tak Pantas, Siswi di Negara Ini Dilarang Ikut Tinju

Wah! Belum kenal Laila Ali nih...

Nuku'alofa, IDN Times - Pemerintah Tonga mengeluarkan peraturan yang berisi larangan terhadap para siswi yang ingin bermain tinju atau rugby. Seperti dilaporkan The Guardian, aturan tersebut adalah arahan langsung dari menteri pendidikan Tonga yang bernama Penisimani Fifita.

1. Olahraga itu dianggap tak sesuai dengan harga diri perempuan dan kebudayaan Tonga

Dianggap Olahraga Tak Pantas, Siswi di Negara Ini Dilarang Ikut Tinjuunsplash.com/Mathaeus Ferrero

Kementerian Pendidikan Tonga mengungkapkan bahwa larangan itu perlu diambil untuk menjaga harga diri dan nilai-nilai kebudayaan negara yang berada di samudra pasifik tersebut. Sementara itu, salah satu pejabat tinggi di kementerian pendidikan, Manu 'Akau'ola, mengatakan sang menteri harus mengambil keputusan itu karena dilatar belakangi rasa khawatir.

'Akau'ola menggarisbawahi Fifita bukannya tidak mendukung penyelenggaraan olahraga itu. Hanya saja, ia khawatir para siswi banyak membolos karena badai yang melanda Tonga pada Februari lalu. "Itu hanya untuk menebus waktu yang sudah hilang karena badai tersebut," ucapnya.

Baca juga: Jadi Guru Terbaik di Dunia, Perempuan Ini Menangkan Rp 13 miliar

2. Sejumlah pihak menilai larangan tersebut seksis dan ketinggalan zaman

Dianggap Olahraga Tak Pantas, Siswi di Negara Ini Dilarang Ikut TinjuUnsplash.com/Neonbrand

Aktivis hak perempuan Tonga, Ofa Guttenbeil-Likiliki, menegaskan bahwa larangan tersebut menunjukkan pandangan yang sudah kuno. "Itu mengembalikan kita ke pemikiran bahwa pendidikan hanya soal akademis dan untuk perempuan tetap di jalur itu, olahraga hanyalah alternatif untuk anak laki-laki," kata Likiliki kepada Dateline Pacific.

Senada dengan Likiliki yang menilai aturan itu adalah kemunduran bagi perjuangan kesetaraan gender, juara Olimpiade asal Selandia Baru, Dame Valerie Adams, juga buka suara. Ibu dari Adams adalah orang Tonga sehingga ia merasa dekat secara emosional dengan negara itu.

"Menurut cara pikirnya, warga Tonga sepertiku tak bisa punya posisi di dunia ini. Perempuan Tonga harus bebas menentukan nasib mereka, dan tak dihalangi oleh kesalahan interpretasi yang menyesatkan dan kaku," tegasnya. Ia pun meyakini bahwa tradisi dan olahraga tak semestinya saling berlawanan.

3. Perdana menteri Selandia baru menyatakan akan tetap membantu Tonga meski tak sepakat dengan aturan itu

Dianggap Olahraga Tak Pantas, Siswi di Negara Ini Dilarang Ikut Tinjuunsplash.com/Quino Al

Jacinda Ardern, perdana menteri Selandia Baru, barangkali satu-satunya politisi dari negara lain yang sejauh ini menyatakan penilaiannya terkait larangan itu. Ia memang tak setuju, tapi pemerintahannya tetap akan membantu Tonga. "Sebagai seorang siswa sekolah dulu aku juga bermain rugby dan aku mendukung semua anak perempuan untuk mengikuti olahraga apapun yang kalian sukai," katanya.

"Kami masih menyediakan pendanaan...kepada Tonga untuk mendorong partisipasi anak-anak dalam olahraga. Dan agar perempuan muda masih bisa melakukannya, aku paham, di desa-desa mereka, meski aturan itu dibuat oleh sekolah-sekolah tersebut."

Baca juga: LINIMASA: Yuk, Intip Peringatan Hari Perempuan Internasional!

Topik:

Berita Terkini Lainnya