Dua Kelompok Penguasa di Palestina Berselisih, Listrik di Gaza Mati

Ternyata tak hanya Israel yang membuat warga Gaza menderita

Warga Jalur Gaza harus mengalami sebuah kejadian mengkhawatirkan sejak Minggu (16/4). Pembangkit listrik satu-satunya di wilayah tersebut terpaksa dimatikan karena kekurangan bahan bakar. Seperti dikutip dari Al Jazeera, sebanyak dua juta warga Jalur Gaza hanya mendapat pasokan listrik selama enam jam dalam satu hari.

Perselisihan antara kelompok Hamas dan Otoritas Nasional Palestina disebut-sebut sebagai penyebabnya.

Dua Kelompok Penguasa di Palestina Berselisih, Listrik di Gaza MatiMohammad Hamed/Reuters

Kepala penyedia layanan listrik Gaza, Samir Metir, berkata bahwa bahan bakar yang selama ini dibeli dengan bantuan dana dari Qatar dan Turki sudah tak cukup. Akar masalah yang menyebabkan tidak cukupnya bahan bakar untuk operasionalisasi pembangkit listrik di Jalur Gaza adalah perselisihan antara kelompok Hamas dan Otoritas Nasional Palestina yang dipimpin oleh Mahmoud Abbas.

Metir sendiri tak yakin kapan kebutuhan bahan bakar tersebut akan dipenuhi. Pasalnya, otoritas penyedia listrik di Gaza berada di tangan pemerintahan Mahmoud Abbas. Sedangkan Jalur Gaza sendiri saat ini berada di bawah kekuasaan Hamas yang merebut kawasan itu dari partai Abbas, Fatah, pada 2007.

Dikutip dari Deutsche Welle, Hamas dilaporkan meminta uang dari warga untuk penyediaan listrik, tapi uang tersebut justru masuk kantong sendiri. Selain itu, pemerintahan Abbas juga dilaporkan memberlakukan pajak yang sangat tinggi untuk penyediaan listrik bagi warga Gaza. Isu-isu tersebut lebih mengarah ke persoalan politik. Akibatnya, warga Jalur Gaza lah yang harus terkena getahnya. Perselisihan antara dua kelompok memang bukan barang baru. Mereka kerap berselisih karena berbeda ideologi, terlebih setelah Hamas memenangi pemilu di Gaza tahun 2007.

Baca Juga: Israel Semprotkan Cairan Beracun, Petani Gaza Gagal Panen

Warga resah krisis kemanusiaan di Jalur Gaza akan semakin memburuk.

Dua Kelompok Penguasa di Palestina Berselisih, Listrik di Gaza MatiMohammed Salem/Reuters

Krisis kemanusiaan diprediksi akan semakin memburuk. Maher Al-Tabbaa dari Kamar Dagang Gaza mengatakan,"Berhenti beroperasinya pembangkit listrik selama 20 jam per hari mengirimkan sinyal akan bencana sesungguhnya yang mungkin berdampak pada keamanan pangan masyarakat , sebagaimana kesehatan dan pendidikan mereka."

Ia juga menambahkan,"Suplai listrik yang tak cukup untuk operasionalisasi pompa air dan sumur menyebabkan menurunnya ketersediaan air bersih di hampir semua rumah tangga."Sebelumnya, pada Januari, kejadian serupa menyebabkan warga Jalur Gaza turun ke jalan. Ketika itu, krisis diselesaikan dengan donasi bebas pajak dari Qatar dan Turki. Belum diketahui apakah jalan keluar untuk persoalan kali ini.

Dari laporan Bank Dunia, pada akhir 2014 lebih dari 60 persen anak muda di Jalur Gaza merupakan pengangguran. Ini adalah angka tertinggi di dunia. Sementara itu, 80 persen warga Jalur Gaza harus mendapat bantuan sosial dengan hampir 40 persen di antaranya hidup di bawah garis kemiskinan. Angka ini terbilang stagnan hingga kini.

Bank Dunia menyebut blokade, perang, serta pemerintahan yang lemah menyebabkan perekonomian di Jalur Gaza sangat rawan. Seperti dikabarkan Jerusalem Post, dengan pasokan listrik terbatas, program desalinasi untuk penyediaan air bersih untuk warga Jalur Gaza akan mengalami kesulitan. Rumah sakit juga dipastikan menghadapi gangguan parah dalam memberikan pelayanan medis.

Baca Juga: Akhiri Masa Tugas, Obama Sumbang Rp 2,9 Triliun untuk Palestina

Topik:

Berita Terkini Lainnya