Duh! Karena COVID-19, Ada 200.000 Pelaut Masih Tertahan di Kapal!

Puluhan ribu di antaranya adalah kru kapal pesiar

Jakarta, IDN Times - Organisasi Buruh Internasional (ILO) mengestimasi ada sekitar 150.000 sampai 200.000 pelaut yang sejak awal pandemik COVID-19 tertahan di dalam kapal di berbagai lokasi di seluruh dunia. Mereka tidak bisa pulang karena berbagai alasan.

Bahkan, beberapa negara juga melarang adanya penggantian kru kapal yang sakit dengan yang sehat karena khawatir itu justru akan mempercepat penyebaran virus corona. Dari jumlah tersebut, diprediksi ada kurang lebih 35.000 orang yang merupakan kru kapal pesiar.

1. Banyak yang stres karena merasa terjebak di tengah lautan

Duh! Karena COVID-19, Ada 200.000 Pelaut Masih Tertahan di Kapal!Kapal pesiar Diamond Princess berlabuh di pelabuhan Yokohama, Jepang, pada 5 Februari 2020. ANTARA FOTO/REUTERS/Kim Kyung-Hoon

Seperti dilaporkan AFP, banyak dari para pelaut yang terpaksa tinggal di kapal setidaknya sejak Februari hingga saat ini, padahal pekerjaan mereka seharusnya sudah berakhir. Ini karena pemerintah di seluruh dunia memberlakukan pembatasan perjalanan, termasuk melarang warga untuk bepergian.

"Secara mental, saya sudah sangat muak...tapi saya tetap bertahan karena saya tak punya pilihan lain," kata seorang kru kapal bernama Duseja yang bekerja di sebuah kapal kargo milik India yang pada akhir Juni berada di dekat perairan Malaysia.

"Terakhir kali saya melangkah keluar dari kapal 200 meter ini adalah pada bulan Februari," ujarnya lagi. Duseja juga adalah satu dari sekitar 30.000 awak kapal asal India yang tidak bisa kembali ke daratan untuk saat ini.

Baca Juga: Kisah 26 Pelaut yang Rela Makan Tikus saat Empat Tahun Disandera Perompak Somalia

2. Kesehatan mental mereka mulai terganggu akibat tidak ada kepastian kapan bisa pulang

Duh! Karena COVID-19, Ada 200.000 Pelaut Masih Tertahan di Kapal!Sebuah bus tiba dekat kapal pesiar Diamond Princess di mana ratusan penumpang dinyatakan postitif terjangkit virus corona, di Terminal Dermaga Pesiar Daikoku di Yokohama, Tokyo bagian selatan, Jepang, pada 16 Februari 2020. (ANTARA FOTO/REUTERS/Athit Perawongmetha)

Para pelaut yang terjebak di laut berasal dari berbagai profesi, mulai dari teknisi hingga pelayan. Jenis kapal pun bermacam-macam, mulai dari kapal kargo sampai pesiar mewah. PBB mengatakan situasi ini adalah krisis kemanusiaan yang mengakibatkan sejumlah orang bunuh diri.

Salah satunya adalah Coco. Kru kapal pesiar asal Tiongkok itu semestinya pulang kampung pada Maret, tapi sampai kini justru masih berada di Laut Mediterania. Kesehatan mentalnya dan rekan-rekannya terdampak oleh situasi ini.

Coco mengaku kepada South China Morning Post bahwa dirinya khawatir terhadap ketersediaan makanan dan obat-obatan yang terus menipis. Apalagi, ada beberapa orang yang kemungkinan positif COVID-19 dan mengisolasi diri.

"Ada banyak di antara kita berada di lautan selama berbulan-bulan dan beberapa tak sanggup menghadapi kegelisahan soal kemungkinan tak bisa kembali pulang," kata Coco.

"Saya harap tragedi menyedihkan ini tak berlanjut," lanjutnya.

3. PBB berharap negara-negara membuka perbatasan untuk mengizinkan pelaut mendarat

Duh! Karena COVID-19, Ada 200.000 Pelaut Masih Tertahan di Kapal!Kapal pesiar Grand Princess membawa penumpang yang dinyatakan positif terjangkit COVID-19 terlihat di Laut Pasifik di luar San Francisco, California, Amerika Serikat, pada 7 Maret 2020. ANTARA FOTO/REUTERS/Stephen Lam

Direktur Jenderal ILO Guy Ryder mengatakan, akibat kesehatan mental mereka yang terganggu, pekerjaan pun tidak bisa diselesaikan dengan baik. Ryder meminta pemerintah di berbagai negara untuk mengizinkan mereka mendarat dan beristirahat, lalu digantikan oleh para pekerja yang sehat.

"Memaksa para pelaut yang kelelahan untuk terus bekerja lebih dari empat bulan melampaui akhir kontrak mereka tidak bisa diterima. Ini membahayakan kesehatan mereka dan berisiko terhadap keselamatan maritim," kata Ryder, seperti dikutip Deutsche Welle.

"Kami meminta pemerintah untuk bekerja sama untuk melakukan pergantian kru dengan memperhatikan keselamatan," tutupnya lagi.

Baca Juga: Nasib Pelaut Dalam Negeri di Tengah Pandemik Global Virus Corona

Topik:

  • Isidorus Rio Turangga Budi Satria

Berita Terkini Lainnya