Dulu Surga Wisata, Kini Phuket Jadi Hotspot COVID-19 di Thailand
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Bangkok, IDN Times - Phuket adalah salah satu tujuan wisata andalan di Thailand. Dikenal dengan hamparan pasir putih dan pemandangan pantai yang sangat indah, turis-turis mancanegara hampir bisa dipastikan menyesal jika tak mengunjungi Phuket saat berada di negara tersebut.
Namun, tempat yang dulu menjadi surga wisata, kini ditetapkan sebagai hotspot virus corona oleh pemerintah. Data Kementerian Kesehatan mengungkap ada hampir 34 infeksi di setiap 100.000 penduduk Phuket. Sedangkan tingkat penularan di Bangkok adalah 21,6. Ini menjadikan Phuket sebagai wilayah dengan tingkat infeksi tertinggi di Thailand.
1. Phuket mencatatkan total 140 kasus COVID-19
Mengutip The Bangkok Post, otoritas kesehatan Thailand melaporkan ada 2.369 kasus COVID-19 per Rabu (8/4). Dari angka itu, sebanyak 1.223 berada di Bangkok, 141 di Nonthaburi, dan 140 di Phuket. Sisanya tersebar di sejumlah wilayah antara lain Chon Buri, Pattani, Songkhla, dan Chiang Mai.
Phuket sendiri memiliki populasi lebih dari 400.000. Di kawasan itu juga masih banyak wisatawan serta pekerja migran dari beberapa negara. Sejak akhir Maret, pemerintah setempat memberlakukan lockdown di Phuket dengan pembatasan mayoritas akses darat, laut, dan udara.
Baca Juga: 6 Pantai di Phuket Ini Wajib Kamu Datangi Ketika Liburan
2. Perekonomian di Phuket dan Thailand babak belur
Editor’s picks
Sektor pariwisata merupakan ujung tombak perekonomian Thailand dengan Phuket sebagai permata selama dua dekade. Dengan situasi terbaru ini, pemerintah dan masyarakat harus menghadapi merosotnya pendapatan yang dikhawatirkan akan berlangsung setidaknya hingga tengah tahun.
Menurut laporan Chiang Rai Times, ada lebih dari tiga juta wisatawan yang mengunjungi Phuket setiap tahun. Sekarang, jumlahnya hampir menyentuh angka nol, apalagi setelah berlakunya lockdown. Gubernur Phuket, Pakkapongalso, memerintahkan seluruh hotel dan penginapan untuk berhenti beroperasi. Wisatawan yang sudah terlanjur di sana boleh tinggal sampai waktunya check out. Namun, pemerintah melarang adanya tamu baru.
3. Pengusaha yang memanfaatkan kunjungan wisata mengantisipasi situasi buruk
Seorang pengusaha, Nattakit Lorwitworrawat, mengungkap sejak wabah virus corona bisnisnya mulai menurun drastis. Dari 30 speedboat yang ia miliki, 20 harus diistirahatkan, sedangkan 10 sisanya jarang dipakai karena berkurangnya jumlah turis.
"Saat masa puncak dua tahun lalu, kami bisa membawa 1.000 klien per hari. Sekarang, jika dapat 200 orang saja, itu bisa dianggap sangat baik. Kami akan merasa sangat senang dengan itu," kata Nattakit kepada BBC.
Pinjaman di bank pun menanti untuk dibayar. Bila situasi terus begini, ia terpaksa harus memberhentikan beberapa karyawan. Sedangkan bagi Somkiat Prasarn, kondisinya lebih menyedihkan. Ia masih harus membayar cicilan rumah dan pinjaman untuk membeli van serta mobil yang biasa dipakainya membawa wisatawan berkeliling pulau. Somkiat sendiri menanggung hidup empat anak dan seorang ibu.
Baca Juga: Raja Thailand Disebut Isolasi Diri di Hotel Mewah Bersama 20 Perempuan