Emmanuel Macron Klaim NATO Alami Kematian Otak
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Paris, IDN Times - Presiden Prancis Emmanuel Macron mengatakan, NATO (Pakta Pertahanan Atlantik Utara) saat ini sedang mengalami "kematian otak". Komentar tersebut ia sampaikan dalam wawancara eksklusif dengan The Economist yang dipublikasikan pada Rabu (6/10).
Apa yang dikatakan Macron pun menuai reaksi. Kanselir Jerman Angela Merkel yang mendukung persatuan Uni Eropa menegaskan menolak pandangan Macron tersebut. Sedangkan Rusia dilaporkan memberikan pujian kepada sang presiden.
1. Macron menilai tak ada koordinasi maupun strategi antara NATO dan Amerika Serikat
NATO didirikan pada 1949 ketika Perang Dingin berlangsung antara Amerika Serikat dan Uni Soviet. Keberadaan organisasi itu sendiri untuk menyatukan negara-negara Eropa demi melawan komunisme yang disebarkan Moscow. Berdekade-dekade setelahnya, Macron menilai tidak ada kejelasan strategi lagi dalam NATO.
"Apa yang kita alami saat ini adalah kematian otak NATO," ujarnya. "Anda tidak punya koordinasi pembuatan keputusan strategis apa pun antara Amerika Serikat dan para aliansinya di NATO. Sama sekali."
"Anda memiliki aksi agresif tak terkoordinasi oleh aliansi NATO lainnya, Turki, di suatu area di mana kepentingan-kepentingan kita dipertaruhkan," tambahnya, merujuk kepada situasi di Suriah di mana Istanbul saat ini sedang melakukan serangan terhadap kelompok Kurdi yang dianggap pemberontak.
Baca Juga: Presiden Macron Sesali Keputusan Trump Terhadap Suriah
2. Macron meragukan relevansi NATO sekarang ini
Ketika ditanya apakah "pertahanan kolektif" seperti yang termaktub dalam Pasal 5 perjanjian NATO masih jadi sesuatu yang ia percaya, Macron menjawab "saya tidak tahu". Dalam pasal itu disebutkan bahwa jika ada salah satu anggota NATO diserang, maka itu sama artinya dengan serangan kepada seluruh negara anggota.
Ia menyinggung Amerika Serikat yang sepertinya tidak memiliki komitmen terhadap NATO, padahal peran Washington sangat penting. Macron berpendapat NATO "hanya berhasil jika penjamin dari cara terakhir berfungsi sesuai dengan itu. Saya menilai bahwa kita harus mencermati kembali realita soal apa arti NATO mengingat komitmen dari Amerika Serikat".
3. Amerika Serikat menggarisbawahi pentingnya NATO
Editor’s picks
Menteri Luar Negeri Amerika Serikat, Mike Pompeo, sendiri sempat menegaskan pentingnya NATO saat berkunjung ke Jerman untuk memperingati 30 tahun runtuhnya Tembok Berlin. "Saya pikir NATO tetap menjadi kemitraan yang penting, mungkin secara historis salah satu dari yang paling penting dalam catatan sejarah," ucapnya, dilansir dari The Guardian.
Pernyataan Pompeo cukup bertolak belakang dengan sentimen yang ditunjukkan Presiden Donald Trump. Ia berulang kali mengatakan betapa tidak seimbangnya kontribusi finansial oleh negara-negara Eropa dibandingkan Amerika Serikat terhadap NATO. Ia percaya negaranya mengeluarkan jauh lebih banyak uang.
4. Merkel mengecam komentar Macron
Baca Juga: Profil Angela Merkel, Ilmuwan yang Jadi Kanselir Jerman 4 Periode
Merkel sendiri menegaskan bahwa NATO merupakan "landasan keamanan" bagi Jerman sehingga wajar baginya untuk menolak komentar Macron. "Pandangan itu tidak sejalan dengan saya," kata Merkel, seperti dikutip dari Deutsche Welle. Sekjen NATO, Jens Stoltenberg, turut menegaskan itu dengan berkata bahwa Jerman adalah "jantung NATO".
Menurut Merkel, apa yang diucapkan Macron adalah "kata-kata drastis" yang tak ia setujui. Ia lalu mengonfirmasi kembali bahwa Jerman sangat berkomitmen terhadap perannya di dalam NATO. "Serangan sapu bersih seperti itu sungguh tidak perlu," tambahnya.
5. Rusia dilaporkan mendukung pendapat Macron
Sementara itu, AFP melaporkan Rusia sepertinya senang dengan kalimat yang dilontarkan Macron terkait NATO. Ini ditunjukkan oleh komentar juru bicara Kementerian Luar Negeri Rusia, Maria Zakharova, melalui akun Facebook pribadinya.
"Itu adalah kata-kata emas... sebuah definisi yang tepat soal situasi terkini dari NATO," tulisnya. Sebagai bekas Uni Soviet, Rusia dinilai wajar bersikap seperti demikian. Dalam analisis Council on Foreign Relations terkait agresi Rusia di Eropa, salah satunya aneksasi Krimea dari Ukraina, Kimberly Marten meyakini NATO harus bersikap tegas sebagai bentuk perlawanan.
Ia merekomendasikan,"Presiden Trump harus segera menguatkan kembali, dan Kementerian Luar Negeri serta Pentagon, wajib menyatakan ulang secara berkala, bahwa pertahanan seluruh negara anggota NATO adalah prioritas tertinggi Washington di Eropa."
Baca Juga: Popularitas Anjlok, Macron Berencana Akan Menggelar Referendum