Erdogan: Turki Akan Buka Kedutaan Besar di Yerusalem Timur

Yakin?

Istanbul, IDN Times - Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mengungkapkan niatnya untuk membuka kantor kedutaan besar Turki di Yerusalem Timur. Keinginan itu ia sampaikan beberapa usai menjadi tuan rumah Konferensi Luar Biasa Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) pada 13 Desember lalu.

1. Turki memiliki kantor konsulat jenderal di Yerusalem.

Erdogan: Turki Akan Buka Kedutaan Besar di Yerusalem TimurANTARA FOTO/Kayhan Ozer/Turkish Presidential Palace/Handout via REUTERS

Selama ini, pemerintah Turki sudah membuka perwakilan diplomatiknya di Yerusalem. Hanya saja, bentuknya masih konsulat jenderal yang statusnya di bawah kedutaan besar. Namun, Erdogan menegaskan bahwa meski masih konsulat jenderal, tapi sudah ada duta besar di sana.

Erdogan menyampaikan ia segera menetapkan konsulat jenderal itu sebagai kedutaan besar. "Jika Tuhan mengizinkan, hari sudah dekat di mana secara resmi, dengan izin Tuhan, kami akan membuka kedutaan besar di sana," kata Erdogan di hadapan anggota partainya, seperti dikutip dari Reuters.

Baca juga: Mengenal Yerusalem, Kota Suci yang Diperebutkan Israel dan Palestina

2. Kantor kedutaan besar Turki, seperti negara-negara lain, berada di Tel Aviv.

Erdogan: Turki Akan Buka Kedutaan Besar di Yerusalem TimurANTARA FOTO/REUTERS/Beawiharta

Turki adalah salah satu negara yang memiliki hubungan diplomatik dengan Israel. Layaknya negara-negara lain, kantor kedutaan besarnya berlokasi di Tel Aviv. Sebabnya adalah selama ini dunia internasional secara umum mengakui ibu kota Israel adalah Tel Aviv. Sedangkan status Yerusalem masih diperebutkan oleh Palestina dan Israel.

3. Belum jelas bagaimana keinginan itu akan diwujudkan oleh Erdogan.

Erdogan: Turki Akan Buka Kedutaan Besar di Yerusalem TimurANTARA FOTO/REUTERS/Osman Orsal

Bila Turki membuka kantor kedutaan besarnya di Yerusalem Timur, ini artinya mereka secara resmi mengakui bahwa Palestina adalah negara merdeka dengan kota tersebut sebagai ibu kotanya. Dengan kata lain, Erdogan meningkatkan dukungannya dari hanya pernyataan dan kecaman semata menjadi sebuah aksi nyata.

Namun, belum jelas bagaimana Turki akan melakukannya. Pasalnya, Israel adalah pihak yang menguasai Yerusalem secara keseluruhan. Usai Trump mengakui Yerusalem sebagai ibu kota Israel, pemerintahan Netanyahu merasa bahwa pihaknya lebih punya legitimasi atas kota suci bagi tiga agama itu daripada Palestina.

4. Erdogan dan Netanyahu saling perang pernyataan.

Erdogan: Turki Akan Buka Kedutaan Besar di Yerusalem TimurANTARA FOTO/REUTERS/Nacho Doce

Erdogan sempat menyebut Amerika Serikat sebagai "rekan dalam pertumpahan darah" yang merujuk pada konflik tak berkesudahan antara Israel dan Palestina. "Pernyataan Presiden Trump tidak mengikat kita, itu juga tidak mengikat Yerusalem," ucapnya.

Tak hanya menyerang Trump dan Amerika Serikat, Erdogan juga menjadikan Israel sebagai target kecaman. Ia menyebut negara tersebut sebagai "teroris". Kemudian ia berkata,"Kami takkan meninggalkan Yerusalem di tangan negara pelaku pembunuhan anak-anak."

Netanyahu pun membalas Erdogan. "Aku tak terbiasa menerima ceramah tentang moralitas dari seorang pemimpin yang mengebom penduduk desar Kurdi di negara Turki, yang memenjarakan jurnalis, yang membantu Iran kabur dari sanksi dan  menolong teroris, termasuk di Gaza, untuk membunuh orang-orang tak berdosa," kata Netanyahu.

5. Hubungan Israel dan Turki mengalami pasang surut.

Erdogan: Turki Akan Buka Kedutaan Besar di Yerusalem TimurANTARA FOTO/REUTERS/Goran Tomasevic

Israel dan Turki pernah terlibat krisis hubungan diplomatik pada 2010. Saat itu, pada Mei 21, kapal Mavi Marmara milik Turki mengomando 13 unit kapal yang mengangkut bantuan untuk warga Gaza. Mavi Marmara dipenuhi oleh para aktivis pro-Palestina dan mereka berupaya untuk melawan blokade Israel atas Gaza.

Pada pukul 04.30 dini hari, saat Mavi Marmara berada di perairan internasional tiba-tiba sejumlah tentara Israel memaksa masuk melalui tali yang diturunkan dari helikopter tepat di atas kapal tersebut. Kemudian, mereka disambut dengan para aktivis yang sudah siap dengan besi untuk memukul mundur para tentara itu. Pertikaian pun terjadi. Sepuluh aktivis Turki tewas di tangan tentara Israel.

Setelah enam tahun, kedua negara menandatangani perjanjian damai pada Juli 2016. Lalu, pada pertengahan tahun 2017, Israel kembali berkonflik dengan Turki setelah Netanyahu memerintahkan militernya untuk memasang pendeteksi metal di sekitar Masjid Al Aqsa. Langkah itu untuk merespons pertikaian antara warga Israel dan Palestina yang menewaskan dua anggota keamanan Israel.

Erdogan: Turki Akan Buka Kedutaan Besar di Yerusalem TimurANTARA FOTO/REUTERS/Ammar Awad

Meski kerap memanas, tapi Israel juga memiliki kerja sama ekonomi dengan Turki. Misalnya, kedua negara sepakat untuk membangun jalur pipa yang akan menghubungkan ladang minyak Leviathan di Israel ke Turki yang dimulai pada 2016 lalu. Butuh waktu empat tahun untuk menyelesaikannya.

Selain itu, Turki juga membantu Israel memadamkan kebakaran nasional yang melanda sejumlah titik di negara itu. Netanyahu pun sempat mengucapkan terima kasih kepada Erdogan atas bantuan itu. Bantuan Turki terbilang tak biasa mengingat lima negara lain yang menolong Israel adalah Yunani, Kroasia, Italia, Siprus dan Rusia.

Baca Juga: Pertemuan OKI, Negara Islam Kecam Keputusan Trump

Topik:

Berita Terkini Lainnya