KAA Tidak Cuma soal Wilayah, Sukarno Ingatkan Ada Kolonialisme Modern

Konferensi Asia-Afrika memimpikan dunia pascaimperialisme

Jakarta, IDN Times - Setelah Indonesia mendeklarasikan kemerdekaan pada 1945, Sukarno tidak lantas berpangku pangan. Pemerintah Indonesia yang baru saja terbentuk tetap mengupayakan berbagai langkah diplomatik di dunia dengan merangkul berbagai negara yang sedang berjuang untuk atau sudah merdeka.

Salah satunya dengan menjadi tuan rumah Konferensi Asia-Afrika (KAA) pada 18-24 April 1955. Ada 29 negara yang berpartisipasi dengan mengirimkan para petinggi negara mereka ke Bandung, Jawa Barat. Di antaranya adalah Perdana Menteri India Jawaharlal Nehru dan Premier Tiongkok Zhou Enlai.

1. KAA diselenggarakan untuk melawan imperialisme

KAA Tidak Cuma soal Wilayah, Sukarno Ingatkan Ada Kolonialisme ModernPembukaan Konferensi Asia-Afrika di Bandung, Jawa Barat, pada 18 April 1955. instagram.com/kemlu_ri

Latar belakang penyelenggaraan KAA adalah idealisme soal tatanan dunia baru yang sama sekali berbeda dengan sebelumnya di mana Inggris dan Amerika Serikat menjadi kekuatan dominan. KAA merupakan pertemuan tingkat tinggi pertama yang diikuti negara-negara Asia dan Afrika.

Bahkan ketika itu Gold Coast, kini Ghana, masih belum sepenuhnya merdeka dari Inggris tapi tetap mengirimkan para delegasi ke Bandung. Pankaj Mishra, dalam bukunya From The Ruins of Empire: The Revolt Against The West & The Remaking Of Asia, menulis bahwa KAA menjadi momen terbangunnya Asia dan Afrika dari penjajahan Eropa.

Pidato Sukarno yang berjudul "Let a New Asia and a New Africa be Born" (Biarkan Sebuah Asia Baru dan Sebuah Afrika Baru Lahir), menggambarkan jelas hal tersebut. Pesan mengenai solidaritas sebagai bangsa yang pernah menjadi korban ketamakan kelompok kolonial pun digaungkan.

Sukarno mengatakan kepada para peserta KAA: "Kita berasal dari bangsa berbeda, latar belakang sejarah sosial dan budaya berbeda, agama berbeda, politik berbeda, dan bahwa warna kulit berbeda, meski begitu, kita bisa bersatu, dipersatukan oleh pengalaman kolonialisme yang pahit dan keinginan yang sama dan perjuangan dalam mempromosikan perdamaian dunia".

2. KAA juga dihadiri oleh Jepang yang sebelumnya menjadi kekuatan imperialis di Asia

KAA Tidak Cuma soal Wilayah, Sukarno Ingatkan Ada Kolonialisme ModernMuseum Asia-Afrika di Bandung, Jawa Barat. asianafricanmuseum.org

Walau terdapat misi untuk melawan penjajahan, tapi KAA tidak lepas dari dilema soal siapa saja yang dikategorikan sebagai negara kolonial dan tidak. Misalnya, muncul kritik mengapa Jepang yang tak lama sebelumnya menjadi kekuatan imperialisme di Asia, turut jadi peserta KAA.

Kemudian, peserta lainnya memiliki hubungan problematik dengan negara-negara yang masih mempunyai mental menjajah. Contohnya, Pakistan menolak komunisme dan bersikap pro-Barat, begitu pun dengan Filipina, Irak, Iran, dan Vietnam Selatan. Sedangkan Indonesia dan Mesir saat itu, mengadopsi sosialisme.

Cyra Akila Choudhury juga menggarisbawahi soal beberapa negara yang berperilaku kontras terhadap apa yang berusaha diyakini oleh KAA. Lewat tulisannya yang berjudul From Bandung 1955 to Bangladesh 1971, ia mengingatkan bahwa saat konferensi berlangsung, India dan Pakistan sedang berperang karena merebutkan Kashmir.

Indonesia, yang saat itu secara politik lebih dekat dengan Uni Soviet dalam konteks polarisasi era Perang Dingin, juga tidak lepas dari sorotan. Dalam tulisan berjudul "Challenging The Lifeline of Imperialism", Katharine McGregor dan Vannessa Hearman menyebut karena Belanda masih menguasai Irian Barat, perjuangan melawan penjajahan masih belum usai.

3. Dasasila Bandung membuka jalan menuju konsep kedaulatan baru di dunia internasional

KAA Tidak Cuma soal Wilayah, Sukarno Ingatkan Ada Kolonialisme ModernMuseum Asia-Afrika di Bandung, Jawa Barat. asianafricanmuseum.org

Warisan paling diingat dari KAA sendiri adalah lahirnya Dasasila Bandung. Negara-negara di Asia dan Afrika berusaha untuk mempromosikan tatanan dunia baru di tengah sistem internasional yang dikuasai oleh kekuatan kolonial kulit putih dari Amerika Serikat dan Eropa.

Lewat Dasasila Bandung 29 negara mengusung semangat kedaulatan Dunia Ketiga yang ditujukan untuk melindungi diri dari potensi penjajahan di masa depan. Ini terbaca dari sila kedua yaitu menghormati kedaulatan dan integritas teritorial semua bangsa. Ini juga tak terlepas dari doktrin Barat bahwa bangsa beradab adalah bangsa merdeka dan berdaulat.

Mengutip George McTurnan Kahin dalam The Asian-African Conference, Bandung, Indonesia, April 1955, konsep kedaulatan KAA punya kaitan dengan Pancasila dan Lima Prinsip Koeksistensi. Misalnya tentang menolak intervensi terhadap urusan dalam negeri dan kesetaraan antar bangsa.

Sukarno saat itu, mengingatkan bahwa kolonialisme tidak hanya soal penjajahan wilayah seperti yang dialami Indonesia dan banyak negara di Asia serta Afrika. Dalam pidatonya, ia mengatakan:

"Kolonialisme mempunyai juga baju modern, dalam bentuk penguasaan ekonomi, penguasaan intelektual, penguasaan materiil yang nyata, dilakukan oleh sekumpulan kecil orang-orang asing yang tinggal di tengah-tengah rakyat.

Ia merupakan musuh yang licin dan tabah, dan menyaru dengan berbagai cara. Ia tidak mudah dihentikan. Di mana saja, kapan saja dan bagaimana pun cara ia muncul, kolonialisme adalah hal yang jahat, dan salah satu yang harus diberantas dari bumi."

Pertanyaannya sekarang adalah mampu kah kita melihat kolonialisme yang hanya berganti baju tersebut?

Memperingati HUT ke-75 tahun Kemerdekaan Republik Indonesia, IDN Times meluncurkan kampanye #Menjaga Indonesia. Kampanye ini didasarkan atas pengalamanan unik dan bersejarah bahwa sebagai bangsa, kita merayakan Hari Ulang Tahun Kemerdekaan RI dalam situasi pandemik COVID-19, di mana kita bersama-sama harus membentengi diri dari serangan virus berbahaya. Di saat yang sama, banyak hal yang perlu kita jaga sebagai warga bangsa, agar tujuan proklamasi kemerdekaan RI, bisa dicapai.

Baca Juga: Ini Dua Maskot yang Bakal Ramaikan Peringatan Konferensi Asia-Afrika

Topik:

  • Anata Siregar
  • Septi Riyani

Berita Terkini Lainnya