Informan di Irak dan Suriah Bantu AS Eksekusi Pembunuhan Soleimani
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Baghdad, IDN Times - Serangan rudal oleh militer Amerika Serikat yang menewaskan Jenderal Iran Qassem Soleimani, pada Jumat (3/1) lalu, diyakini takkan berhasil tanpa bantuan informan-informan yang melacak dan melaporkan keberadaan jenderal Korps Garda Revolusi Islam (IRGC) tersebut.
Demikian adalah hasil penelusuran Reuters yang mewawancarai sejumlah orang dengan pengetahuan langsung terhadap investigasi yang sedang berlangsung. Dua pejabat keamanan Irak mengatakan investigasi tersebut langsung dimulai beberapa menit setelah Amerika Serikat menyerang.
1. Soleimani tidak mau naik pesawat pribadi karena alasan keamanan
Berdasarkan informasi dari sumber orang dalam Irak, salah satu orang penting di Iran itu menolak untuk bepergian dengan pesawat pribadi. Ini karena Soleimani khawatir dengan keamanannya.
Dengan kata lain, menumpang pesawat sipil bersama penumpang-penumpang lain mereduksi kemungkinan ia akan diserang saat berada di udara.
Soleimani sampai di Bandara Damascus dengan ditemani empat personel dari IRGC. Mereka naik pesawat Airbus yang dioperasikan maskapai Suriah, Cham Wings, dengan nomor penerbangan A320 tujuan Baghdad. Hanya saja, menurut staf maskapai, baik Soleimani mau pun empat pengawalnya tak terdaftar dalam manifes penumpang.
2. Tak sampai 30 menit di Baghdad, mobil Soleimani langsung diserang rudal Amerika Serikat
Berdasarkan kamera pengawas Bandara International Baghdad, Soleimani tiba pada 3 Januari sekitar pukul 00.30 dini hari waktu setempat.
Ia segera menuruni tangga dan bertemu dengan Abu Mahdi al-Muhandis yang pernah menjadi komandan Pasukan Mobilisasi Populer (PMF) dan kemudian menjabat sebagai deputi angkatan bersenjata Irak.
Keduanya menaiki mobil SUV dengan pengamanan ketat saat keluar dari area landasan. Petugas bandara mengatakan kepada Reuters bahwa ada dua tentara yang mengawal Soleimani dan al-Muhandis di dalam mobil tersebut.
Pada pukul 00.55, dua rudal Amerika Serikat menghantam mobil itu. Beberapa detik kemudian, mobil berikutnya yang membawa unit pengaman Soleimani turut jadi sasaran.
Baca Juga: Barak Militer AS di Irak Diserang Iran karena Balas Kematian Soleimani
3. Tim investigasi yang dipimpin Irak yakin eksekusi itu dibantu oleh jaringan mata-mata
Editor’s picks
Investigasi yang saat ini berlangsung dipimpin oleh Falih al-Fayadh. Ia adalah pemimpin PMF sekaligus bertugas sebagai Penasihat Keamanan Nasional Irak. PMF sendiri merupakan organisasi payung yang terdiri dari milisi-milisi Syiah Irak. Mereka beroperasi dengan dukungan Iran dan sangat dekat dengan Soleimani.
Para penyelidik mengatakan menemukan "indikasi kuat bahwa ada jaringan mata-mata di Bandara Baghdad yang terlibat dalam membocorkan detil keamanan sensitif", dalam hal ini, menyangkut perjalanan Soleimani ke Amerika Serikat. Informasi ini diungkap oleh petugas keamanan Irak kepada Reuters.
4. Irak percaya ada empat tersangka mata-mata yang berkolaborasi dengan Amerika Serikat
Badan Keamanan Nasional yang menyelidiki insiden ini percaya ada empat tersangka yang saat ini belum berhasil ditangkap. Para penyelidik mencurigai mereka adalah bagian dari kelompok lebih besar yang memberikan informasi krusial perihal catatan perjalanan Soleimani kepada militer Amerika Serikat.
Dua tersangka adalah staf keamanan di Bandara Baghdad. Sedangkan dua lainnya adalah karyawan Cham Wings yang masing-masing bertindak sebagai mata-mata di Bandara Damascus serta di kabin pesawat.
"Temuan awal oleh tim investigasi Baghdad menunjukkan bahwa bocoran pertama soal Soleimani datang dari bandara di Damascus," kata seorang petugas keamanan kepada Reuters. "Tugas sel bandara di Baghdad adalah mengonfirmasi kedatangan target dan detail soal rombongannya."
5. Pihak maskapai melarang karyawan untuk berkomentar
Sementara itu, saat ini badan intelijen Suriah sedang menginterogasi dua karyawan Cham Wings. Namun, pihak maskapai menolak untuk memberikan komentar karena peraturan baru melarang karyawan untuk buka mulut. Direktorat Intelijen Umum Suriah juga tidak mau memberi tanggapan.
Di waktu bersamaan, kantor humas Badan Keamanan Nasional di Baghdad maupun perwakilan diplomatik Irak di PBB, New York, ikut tutup mulut. Departemen Luar Negeri Amerika Serikat juga bersikap sama.
Akan tetapi, ada pejabat Amerika Serikat yang membocorkan kepada Reuters bahwa negaranya telah melacak pergerakan Soleimani dengan intensif beberapa hari sebelum serangan. Ia menolak menjelaskan bagaimana militer menemukan lokasi tepatnya pada malam insiden.
Salah seorang pekerja keamanan bandara mengatakan agen dari Irak menginterogasinya selama 24 jam sebelum membebaskannya. Hal yang hampir sama terjadi pada para karyawan Cham Wings dan bandara lainnya.
Baca Juga: Balas Kematian Qassem Soleimani, Iran Serang AS dengan Belasan Rudal