Informan di Irak dan Suriah Bantu AS Eksekusi Pembunuhan Soleimani

Irak curiga ada jaringan mata-mata di Baghdad dan Damascus

Baghdad, IDN Times - Serangan rudal oleh militer Amerika Serikat yang menewaskan Jenderal Iran Qassem Soleimani, pada Jumat (3/1) lalu, diyakini takkan berhasil tanpa bantuan informan-informan yang melacak dan melaporkan keberadaan jenderal Korps Garda Revolusi Islam (IRGC) tersebut.

Demikian adalah hasil penelusuran Reuters yang mewawancarai sejumlah orang dengan pengetahuan langsung terhadap investigasi yang sedang berlangsung. Dua pejabat keamanan Irak mengatakan investigasi tersebut langsung dimulai beberapa menit setelah Amerika Serikat menyerang.

1. Soleimani tidak mau naik pesawat pribadi karena alasan keamanan

Informan di Irak dan Suriah Bantu AS Eksekusi Pembunuhan SoleimaniPoster komandan milisi Irak Abu Mahdi al-Muhandis dan komandan militer Iran Qassem Soleimani tergantung di pintu ladang minyak West Qurna-1, yang dioperasikan oleh ExxonMobil, di Basra, Irak, pada 9 Januari 2020. ANTARA FOTO/REUTERS/Essam al-Sudani

Berdasarkan informasi dari sumber orang dalam Irak, salah satu orang penting di Iran itu menolak untuk bepergian dengan pesawat pribadi. Ini karena Soleimani khawatir dengan keamanannya.

Dengan kata lain, menumpang pesawat sipil bersama penumpang-penumpang lain mereduksi kemungkinan ia akan diserang saat berada di udara.

Soleimani sampai di Bandara Damascus dengan ditemani empat personel dari IRGC. Mereka naik pesawat Airbus yang dioperasikan maskapai Suriah, Cham Wings, dengan nomor penerbangan A320 tujuan Baghdad. Hanya saja, menurut staf maskapai, baik Soleimani mau pun empat pengawalnya tak terdaftar dalam manifes penumpang.

2. Tak sampai 30 menit di Baghdad, mobil Soleimani langsung diserang rudal Amerika Serikat

Informan di Irak dan Suriah Bantu AS Eksekusi Pembunuhan SoleimaniRodrigo Granda, mantan komandan Pasukan Bersenjata Revolusi Kolombia (FARC) dan anggota partai politik FARC saat ini, memberikan ucapan belasungkawa untuk Mayor Jenderal Iran Qassem Soleimani, yang tewas dalam serangan udara dekat Baghdad, di Bogota, Kolombia, pada 7 Januari 2020. ANTARA FOTO/REUTERS/Luisa Gonzalez

Berdasarkan kamera pengawas Bandara International Baghdad, Soleimani tiba pada 3 Januari sekitar pukul 00.30 dini hari waktu setempat.

Ia segera menuruni tangga dan bertemu dengan Abu Mahdi al-Muhandis yang pernah menjadi komandan Pasukan Mobilisasi Populer (PMF) dan kemudian menjabat sebagai deputi angkatan bersenjata Irak.

Keduanya menaiki mobil SUV dengan pengamanan ketat saat keluar dari area landasan. Petugas bandara mengatakan kepada Reuters bahwa ada dua tentara yang mengawal Soleimani dan al-Muhandis di dalam mobil tersebut.

Pada pukul 00.55, dua rudal Amerika Serikat menghantam mobil itu. Beberapa detik kemudian, mobil berikutnya yang membawa unit pengaman Soleimani turut jadi sasaran.

Baca Juga: Barak Militer AS di Irak Diserang Iran karena Balas Kematian Soleimani

3. Tim investigasi yang dipimpin Irak yakin eksekusi itu dibantu oleh jaringan mata-mata

Informan di Irak dan Suriah Bantu AS Eksekusi Pembunuhan SoleimaniPresiden Amerika Serikat Donald Trump dan Wakil Presiden Mike Pence mengadakan berbicara dengan penasehat Gedung Putih saat rapat membahas serangan rudal Iran ke fasilitas Amerika Serikat di Irak, di Situation Room di Gedung Putih, Washington, Amerika Serikat, pada 7 Januari 2020. ANTARA FOTO/The White House/Handout via REUTERS

Investigasi yang saat ini berlangsung dipimpin oleh Falih al-Fayadh. Ia adalah pemimpin PMF sekaligus bertugas sebagai Penasihat Keamanan Nasional Irak. PMF sendiri merupakan organisasi payung yang terdiri dari milisi-milisi Syiah Irak. Mereka beroperasi dengan dukungan Iran dan sangat dekat dengan Soleimani.

Para penyelidik mengatakan menemukan "indikasi kuat bahwa ada jaringan mata-mata di Bandara Baghdad yang terlibat dalam membocorkan detil keamanan sensitif", dalam hal ini, menyangkut perjalanan Soleimani ke Amerika Serikat. Informasi ini diungkap oleh petugas keamanan Irak kepada Reuters.

4. Irak percaya ada empat tersangka mata-mata yang berkolaborasi dengan Amerika Serikat

Informan di Irak dan Suriah Bantu AS Eksekusi Pembunuhan SoleimaniSeorang Marinir Amerika Serikat dengan 2nd Battalion, 7th Marines, ditugaskan ke Komando Pusat Satgas Respon Krisis Khusus Laut Udara Darat (SPMAGTF-CR-CC) 19.2, mengawasi pasukannya saat ia mengawasi keamanan di kompleks kedubes Amerika Serikat di Baghdad, Irak, pada 3 Januari 2020. ANTARA FOTO/U.S. Marine Corps/Sgt. Kyle C. Talbot/Handout via REUTERS

Badan Keamanan Nasional yang menyelidiki insiden ini percaya ada empat tersangka yang saat ini belum berhasil ditangkap. Para penyelidik mencurigai mereka adalah bagian dari kelompok lebih besar yang memberikan informasi krusial perihal catatan perjalanan Soleimani kepada militer Amerika Serikat.

Dua tersangka adalah staf keamanan di Bandara Baghdad. Sedangkan dua lainnya adalah karyawan Cham Wings yang masing-masing bertindak sebagai mata-mata di Bandara Damascus serta di kabin pesawat. 

"Temuan awal oleh tim investigasi Baghdad menunjukkan bahwa bocoran pertama soal Soleimani datang dari bandara di Damascus," kata seorang petugas keamanan kepada Reuters. "Tugas sel bandara di Baghdad adalah mengonfirmasi kedatangan target dan detail soal rombongannya."

5. Pihak maskapai melarang karyawan untuk berkomentar

Informan di Irak dan Suriah Bantu AS Eksekusi Pembunuhan SoleimaniAktivis anti perang menghadiri aksi menentang Presiden Amerika Serikat Donald Trump di depan kedutaan AS di Seoul, Korea Selatan, pada 10 Januari 2020. ANTARA FOTO/REUTERS/Kim Hong-Ji

Sementara itu, saat ini badan intelijen Suriah sedang menginterogasi dua karyawan Cham Wings. Namun, pihak maskapai menolak untuk memberikan komentar karena peraturan baru melarang karyawan untuk buka mulut. Direktorat Intelijen Umum Suriah juga tidak mau memberi tanggapan.

Di waktu bersamaan, kantor humas Badan Keamanan Nasional di Baghdad maupun perwakilan diplomatik Irak di PBB, New York, ikut tutup mulut. Departemen Luar Negeri Amerika Serikat juga bersikap sama.

Akan tetapi, ada pejabat Amerika Serikat yang membocorkan kepada Reuters bahwa negaranya telah melacak pergerakan Soleimani dengan intensif beberapa hari sebelum serangan. Ia menolak menjelaskan bagaimana militer menemukan lokasi tepatnya pada malam insiden.

Salah seorang pekerja keamanan bandara mengatakan agen dari Irak menginterogasinya selama 24 jam sebelum membebaskannya. Hal yang hampir sama terjadi pada para karyawan Cham Wings dan bandara lainnya.

Baca Juga: Balas Kematian Qassem Soleimani, Iran Serang AS dengan Belasan Rudal

Topik:

  • Isidorus Rio Turangga Budi Satria

Berita Terkini Lainnya