Irak Ingin Pasukan AS Angkat Kaki, Trump Ancam Berikan Sanksi

Hubungan Iran dan Irak dekat karena peran Qassem Soleimani

Baghdad, IDN Times - Parlemen Irak meminta pasukan Amerika Serikat dan koalisinya yang masih ada di negara tersebut untuk segera angkat kaki pada Minggu (6/1). Permintaan ini disampaikan menyusul krisis hubungan antara Washington dan Tehran karena pembunuhan Jenderal Qassem Soleimani pada Jumat (4/1).

Tak hanya Soleimani, komandan milisi Irak, Abu Mahdi al-Muhandis, turut tewas dalam serangan di Bandara Internasional Baghdad tersebut. Presiden Donald Trump sendiri menegaskan bahwa pihaknya tak segan menyerang Iran secara militer jika Tehran memutuskan untuk balas dendam.

1. Parlemen Irak loloskan resolusi soal pasukan asing di negara tersebut

Irak Ingin Pasukan AS Angkat Kaki, Trump Ancam Berikan SanksiPelayat menghadiri upacara pemakaman Mayor Jenderal Iran Qassem Soleimani, kepala pasukan elit Quds dari Garda Revolusioner dan komandan milisi Irak Abu Mahdi al Muhandis, yang tewas dalam serangan udara di bandara Baghdad, di Kuil Suci Imam Ali di Najaf, Irak, pada 4 Januari 2020. ANTARA FOTO/REUTERS/Alaa al-Marjani

Dilansir CNN, Parlemen Irak sepakat meloloskan resolusi yang mewajibkan pemerintah bekerja untuk mengakhiri keberadaan seluruh tentara asing di wilayah Irak. Perdana Menteri Irak Adil Abdul Mahdi mengatakan kepada Menteri Luar Negeri Prancis Jean-Yves Le Drian bahwa pihaknya sedang menyiapkan sebuah memorandum untuk itu.

Ini adalah tamparan keras bagi Amerika Serikat yang mengklaim bahwa keberadaan tentara mereka di Irak adalah untuk menjaga keamanan negara itu. Pasukan Negeri Paman Sam sendiri sudah berada di sana sejak invasi pada 2003 yang kemudian berkontribusi menggulingkan diktator Saddam Hussein.

Baca Juga: Takut Gagal, Ketua DPR AS Tunda Bawa Hasil Pemakzulan Trump ke Senat

2. Trump mengancam akan menjatuhkan sanksi kepada Irak

Irak Ingin Pasukan AS Angkat Kaki, Trump Ancam Berikan SanksiWarga menghadiri prosesi pemakaman bagi Mayor Jenderal Qassem Soleimani, kepala pasukan elit Quds, dan komandan milisi Irak Abu Mahdi al-Muhandis yang tewas dalam serangan udara di bandara Baghdad, di Ahvaz, Iran, pada 5 Januari 2020. ANTARA FOTO/Hossein Mersadi/Fars news agency/WANA (West Asia News Agency) via REUTERS

Respons Trump pun keras. Ia mengancam akan memberikan sanksi kepada Irak jika pemerintah memaksa sekitar 5.000 tentaranya untuk keluar. Lebih lanjut, menurut Trump, sanksi itu akan jauh lebih berat daripada yang telah dijatuhkan kepada Iran dalam beberapa waktu terakhir.

"Kami akan memberikan mereka sanksi seperti yang tak pernah mereka lihat sebelumnya. Itu akan membuat sanksi terhadap Iran semacam terlihat biasa," tuturnya, seperti dilaporkan Reuters. Trump menegaskan Iran juga wajib membayar Washington atas biaya pangkalan udara di sana yang sangat amat mahal.

3. Trump mengancam akan menghancurkan Iran secara militer, termasuk situs-situs budaya mereka

Irak Ingin Pasukan AS Angkat Kaki, Trump Ancam Berikan SanksiWarga Iran mengangkat peti jenazah komandan milisi Irak Abu Mahdi al-Muhandis, yang tewas dalam serangan udara di bandara Baghdad, di Bandara Internasional Ahvaz, di Ahvaz, Iran, pada 5 Januari 2020. ANTARA FOTO/Hossein Mersadi/Fars news agency/WANA (West Asia News Agency) via REUTERS

Selain itu, melalui serangkaian cuitan, Trump mengancam akan menghancurkan 52 situs Iran, termasuk yang sangat penting bagi budaya bangsa Persia. Ini akan dilakukan jika Iran menyerang warga Amerika Serikat atau aset negara itu sebagai bentuk balas dendam atas kematian Soleimani.

Pernyataannya mengundang protes, terutama karena serangan terhadap situs budaya dianggap sebagai tindakan terkutuk. "Mereka boleh membunuh warga kami. Mereka boleh menyiksa dan mencacatkan warga kami. Mereka boleh memakai bom jalan dan meledakkan orang-orang. Dan kami tak boleh menyentuh situs budaya mereka? Bukan begitu cara kerjanya," kata Trump, menurut ABC News.

4. Iran meninggalkan kesepakatan nuklir

Irak Ingin Pasukan AS Angkat Kaki, Trump Ancam Berikan SanksiWarga menghadiri pemakaman Mayor Jenderal Iran Qassem Soleimani, kepala pasukan elit Quds, dan komandan milisi Irak Abu Mahdi al-Muhandis, yang tewas dalam serangan udara di Bandara Baghdad, di Ahvaz, Iran,pada 5 Januari 2020. ANTARA FOTO/Hossein Mersadi/Fars news agency/WANA (West Asia News Agency) via REUTERS

Sebagai bentuk protes, Iran pun memutuskan untuk benar-benar meninggalkan kesepakatan nuklir yang dibuat oleh pihaknya, Amerika Serikat, dan sejumlah negara Barat pada 2015. Keputusan ini diambil setelah pemerintah Iran melakukan pertemuan kabinet pada akhir pekan kemarin.

Dalam sebuah pernyataan resmi yang dikutip BBC, pemerintah menyatakan tidak lagi membatasi level pengayaan uranium, material lain, serta penelitian dan pengembangannya. Trump sendiri terlebih dulu meninggalkan kesepakatan ini pada 2018 lalu dan menolak untuk kembali ke meja negosiasi.

Baca Juga: Berpotensi Perang, Serangan Trump ke Iran Terjadi Tanpa Izin Kongres

Topik:

  • Dwifantya Aquina

Berita Terkini Lainnya