Iran Eksekusi Pria yang Bocorkan Informasi soal Soleimani kepada AS

Mahmoud Mousavi Majd dipidana bersalah oleh Iran

Jakarta, IDN Times - Otoritas Iran memutuskan untuk mengeksekusi mati seorang laki-laki, yang dinyatakan terbukti membocorkan informasi terkait keberadaan Qassem Soleimani kepada Amerika Serikat dan Israel, Senin (20/7/2020).

Dilansir Reuters, eksekusi laki-laki bernama Mahmoud Mousavi Majd itu dilaksanakan tanpa penjelasan apa pun dari para penegak hukum maupun emerintah Iran. Vonis terhadap Majd sendiri dijatuhkan pada Juni lalu.

Baca Juga: Jenderal Iran Qassem Soleimani Tewas dalam Serangan Udara AS

1. Majd dituduh sebagai mata-mata Amerika Serikat dan Israel

Iran Eksekusi Pria yang Bocorkan Informasi soal Soleimani kepada ASRodrigo Granda, mantan komandan Pasukan Bersenjata Revolusi Kolombia (FARC) dan anggota partai politik FARC saat ini, memberikan ucapan belasungkawa untuk Mayor Jenderal Iran Qassem Soleimani, yang tewas dalam serangan udara dekat Baghdad, di Bogota, Kolombia, pada Selasa, 7 Januari 2020. (ANTARA FOTO/REUTERS/Luisa Gonzalez)

Juru Bicara Institusi Kehakiman Iran Gholamhossein Esmaili mengatakan pada bulan lalu bahwa Majd "berhubungan dengan CIA dan Mossad". Masing-masing merupakan lembaga intelijen Amerika Serikat dan Israel.

Majd dikenai tuduhan sebagai mata-mata yang membocorkan informasi terkait pasukan Quds, yang dipimpin oleh Soleimani. Selain itu, ia juga membagikan informasi perihal keberadaan Soleimani sesaat sebelum ia dibunuh dalam serangan drone oleh Amerika Serikat di Baghdad, Irak, pada Januari lalu.

"Hukuman kepada Mahmoud Mousavi Majd dilakukan pada Senin pagi atas tuduhan spionase, jadi kasus pengkhianatannya terhadap negara akan ditutup selamanya," kata institusi kehakiman Iran melalui situs resminya.

2. Majd ditangkap sebelum Soleimani dibunuh

Iran Eksekusi Pria yang Bocorkan Informasi soal Soleimani kepada ASWarga Iran berkumpul mengelilingi peti jenazah Mayor Jenderal Qassem Soleimani, kepala Pasukan elite Quds, yang tewas dalam serangan udara di Bandara Baghdad, di Bandara Internasional Ahvaz, Ahvaz, Iran, pada Minggu, 5 Januari 2020. (ANTARA FOTO/Hossein Mersadi/Fars news agency/WANA [West Asia News Agency] via REUTERS)

Majd sendiri ditangkap jauh sebelum pembunuhan Soleimani terjadi yaitu pada 2018. Menurut Al Arabiya, pada 2017 dan 2018 ia membagikan informasi penting soal Korps Garda Revolusi Islam (IRGC) yang di dalamnya termasuk pasukan Quds yang dipimpin Soleimani.

Kemudian, ia juga disebut membocorkan informasi soal pasukan Iran di Suriah kepada dua lembaga intelijen itu. Menurut Esmaili, Majd tidak menjalankan misinya sendirian, melainkan ada orang-orang yang membantunya. Mereka, lanjutnya, sudah dijatuhi vonis juga.

3. Kematian Soleimani membuat hubungan Iran dan Amerika Serikat semakin panas

Iran Eksekusi Pria yang Bocorkan Informasi soal Soleimani kepada ASPara demonstran menuntut penyelidikan kematian jenderal yang dihormati di Iran, Qassem Soleimani. (AP Photo/Ebrahim Noroozi)

Dalam sebuah pernyataan resmi setelah kematian Soleimani, Gedung Putih menjelaskan bahwa Presiden Amerika Serikat Donald Trump yang memerintahkan eksekusi tersebut. Tujuannya untuk mencegah serangan-serangan di masa depan oleh Iran. 

Amerika Serikat mengategorikan Soleimani sebagai salah satu musuh besar negara karena perannya dalam merencanakan serangan-serangan terhadap warga dan kepentingan Washington di Timur Tengah. Dilansir AFP, nama Soleimani mulai mencuat pada 2018.

Sejumlah analis meyakini, Soleimani lebih punya banyak pengaruh diplomatik dari pada Menteri Luar Negeri Javad Zarif. Dengan statusnya sebagai komandan pasukan elite, Soleimani juga dipercaya jadi otak di balik sejumlah operasi rahasia di Timur Tengah. 

Kematian Soleimani pun membuat Iran geram. Teheran menyerang pangkalan militer Amerika Serikat di Irak dengan belasan rudal hanya dalam hitungan hari. Berdasarkan pernyataan resmi Pentagon yang dikutip oleh AP, ada dua pangkalan yang jadi target yaitu Al Assad dan Irbil. 

Melalui Twitter, Javad Zarif mengklaim pihaknya hanya melakukan serangan untuk membela diri dan sesuai dengan Piagam PBB.

"Iran melakukan dan menyelesaikan langkah-langkah proporsional dalam rangka membela diri sesuai Pasal 51 dalam Piagam PBB, dengan menarget pangkalan di mana serangan secara pengecut terhadap warga dan pejabat senior kami diluncurkan," cuit Zarif.

"Kami tak menginginkan adanya eskalasi atau perang, tapi kami akan membela diri kami melawan agresi macam apa pun," tambahnya.

Baca Juga: Profil Jenderal Iran Qasem Soleimani yang Tewas di Tangan Amerika

Topik:

  • Sunariyah

Berita Terkini Lainnya