Kebingungan dan Kemarahan Warga Wuhan Usai Kotanya Ditutup Pemerintah

Beberapa warga menilai pemerintah tidak sigap

Wuhan, IDN Times - Pemerintah lokal di kota Wuhan, Tiongkok, menutup kota berpenduduk 11 juta tersebut menyusul tewasnya 17 orang dan sekitar 600 orang sakit akibat virus corona, Kamis (23/1).

Namun, kepada The New York Times, sejumlah warga Wuhan mengaku bingung dan marah karena penutupan kota yang serba mendadak itu. Dilansir Reuters, pemerintah setempat menginformasikan semua jaringan transportasi dihentikan dan penerbangan keluar dari Wuhan ditunda sejak pukul 10.00 pagi. 

1. Pakar SARS mengaku "tidak berdaya"

Kebingungan dan Kemarahan Warga Wuhan Usai Kotanya Ditutup PemerintahWisatawan menggunakan masker saat mengunjungi Lapangan Tiananmen di Beijing, Tiongkok, pada 20 Januari 2020. (ANTARA FOTO/REUTERS/Jason Lee)

Dr. Guan Yi, seorang profesor penyakit menular di Hong Kong sekaligus pakar Sindrom Pernafasan Akut Berat (SARS), mengkritik otoritas di Wuhan karena terlalu lamban dalam merespons penyebaran virus corona. Ia juga menilai pemerintah telah menghalangi upayanya dalam menyelidiki penyebarannya.

"Saya merasa sangat tidak berdaya," kata Guan Yi, yang sukses mengidentifikasi virus corona penyebab SARS pada 2002 sampai 2003, kepada majalah Tiongkok Caixin. Pada Selasa (21/1), ia dan timnya tiba di Wuhan lalu kaget karena saat berada di pasar yang diduga asal virus itu, Guan menemukan pengunjung tak memakai masker.

"Saya kira saat itu, kita harus berada dalam 'situasi perang', tapi bagaimana belum ada kewaspadaan?" tanya Guan. "Kasihan warga, mereka sedang bersiap-siap merayakan Tahun Baru dalam kedamaian dan tak tahu soal epidemik itu."

2. Warga merasa pemerintah kurang sigap

Kebingungan dan Kemarahan Warga Wuhan Usai Kotanya Ditutup PemerintahSeorang bayi memakai masker untuk mencegah penularan coronavirus baru di Stasiun Kereta Cepat Hong Kong West Kowloon di Hong Kong pada 23 Januari 2020. ANTARA FOTO/REUTERS./Tyrone Siu

Apa yang dikatakan Guan juga dirasakan oleh sejumlah warga yang mengunjungi rumah sakit dan klinik untuk berobat. Mereka memakai masker dan menderita batuk serta pilek. Salah satunya adalah Yang Lin yang ingin mengetahui apakah ia terinfeksi virus corona.

Namun, dokter begitu cepat memeriksanya dan berkata agar ia jangan khawatir. "Mereka berkata itu hanya demam biasa, dan menyuruh saya untuk meminum obat lalu pulang," tutur Yang kepada The New York Times. "Tapi bagaimana saya tahu pasti? Mereka bahkan tak memeriksa suhu tubuh saya. Benar-benar tak bertanggung jawab."

Virus corona ini akhirnya menguji sistem layanan kesehatan di Wuhan. Tak sedikit netizen mengaku harus mengantre selama berjam-jam di rumah sakit dan disuruh kembali pulang untuk minum obat. "Pemerintah tak menjalankan tugas mereka," ucap Du Hanron. "Mereka terburu-buru dan ceroboh."

Dokter pun menginformasikan kepada beberapa pasien bahwa tak ada kamar yang masih kosong. Dalam suatu wawancara, dokter di rumah sakit Universitas Wuhan mengatakan pihaknya telah menyiapkan 100 ranjang, tapi ada perlengkapan lain seperti masker untuk petugas medis yang masih kurang.

3. Selain Wuhan, pemerintah menutup akses kota Huanggang

Kebingungan dan Kemarahan Warga Wuhan Usai Kotanya Ditutup PemerintahAnak-anak memakai masker untuk mencegah penularan coronavirus baru di Stasiun Kereta Cepat Hong Kong West Kowloon di Hong Kong, Tiongkok, pada 23 Januari 2020. ANTARA FOTO/REUTERS/Tyrone Siu

Pada Kamis sore (23/1), pemerintah mengumumkan penutupan kota kedua yaitu Huanggang yang berlokasi tak jauh dari Wuhan. Kota berpopulasi sekitar tujuh juta jiwa itu akan resmi ditutup pada tengah malam.

Dikutip dari BBC, otoritas kota Huanggang menginformasikan menunda operasional semua sistem bus dan kereta api sejak tengah malam dan mendorong warga untuk tak meninggalkan lokasi. Selain layanan transportasi massal, kafe dan bioskop di Huanggang juga berhenti beroperasi sementara.

Baca Juga: Corona Virus Telah Tewaskan 17 Orang, Tiongkok Isolasi Kota Wuhan 

Topik:

  • Dwi Agustiar

Berita Terkini Lainnya