Kecewa Hasil KTT Iklim, Sekjen PBB: Ini Peluang yang Hilang

Antonio Guterres mempertanyakan komitmen para pemimpin

Madrid, IDN Times - Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) tentang perubahan iklim di Madrid, Spanyol, sudah rampung pada Minggu (15/12). Namun, banyak sekali orang yang masih tidak mengetahui apa saja hasil pertemuan para pemimpin dunia dalam acara elit yang juga dikenal sebagai COP25 tersebut.

Sedangkan Sekretaris Jenderal PBB, Antonio Guterres, yang turut hadir melihat tidak ada solusi yang memuaskan. Padahal mereka menghabiskan dua minggu untuk berdiskusi soal kompromi dan memutuskan langkah apa yang harus diambil untuk menyelesaikan apa yang berbagai aktivis sebut sebagai situasi darurat iklim.

1. Guterres menilai kesempatan telah hilang

Kecewa Hasil KTT Iklim, Sekjen PBB: Ini Peluang yang HilangSekjen PBB Antonio Guterres berbicara dalam konferensi pers malam sebelum KTT Iklim PBB (COP25) di Madrid, Spanyol, pada 1 Desember 2019. ANTARA FOTO/REUTERS/Sergio Perez

"Saya kecewa dengan hasil COP25," ujarnya, seperti dikutip AFP. "Komunitas internasional sudah kehilangan sebuah kesempatan penting untuk menunjukkan ambisi meningkat untuk melakukan mitigasi, adaptasi dan pendanaan untuk menyelesaikan krisis iklim."

Justru yang terjadi adalah fokus beralih ke pelaksanaan COP26 di Glasgow pada tahun depan. Pada KTT kemarin, para pemimpin dunia hanya berhasil sampai pada memberikan pengakuan formal terhadap perlunya komitmen untuk menutup kesenjangan antara emisi saat ini dengan target dalam Persetujuan Paris (Paris Treaty).

Jika tak ada langkah radikal, para ilmuwan lingkungan memprediksi bumi berada dalam arah lurus menuju kerusakan, terutama di kawasan pesisir. Menurut Persetujuan Paris, suhu bumi yang harus dicapai adalah dua derajat Celcius dari angka sebelum masa Revolusi Industri. Tanpa tindakan nyata, bumi akan menghangat sampai satu derajat di atas target pada 2100.

Baca Juga: Di KTT Iklim, Al Gore Singgung Lemahnya Moratorium Sawit di Indonesia

2. Sejumlah pemimpin dunia melontarkan sentimen serupa

Kecewa Hasil KTT Iklim, Sekjen PBB: Ini Peluang yang HilangMantan menteri energi dan pertumbuhan bersih Inggris dan Presiden COP26 yang baru diangkat Claire Perry, Menteri Lingkungan Italia Sergio Costa, Juara Iklim Tingkat Tinggi COP25 Gonzalo Munoz dan Menteri Lingkungan Spanyol Hugo Moran berpose dengan The Paris Agreement dalam Konferensi Perubahan Iklim PBB (COP25) di Madrid, Spanyol, pada 13 Desember 2019. ANTARA FOTO/REUTERS/Susana Vera

Dilansir BBC, beberapa pemimpin dunia yang menghadiri KTT Iklim mengklaim punya kekhawatiran serupa dengan Guterres. Presiden Brazil, Jair Bolsonaro, mengatakan negara-negara kaya bertanggung jawab lebih besar untuk kasus ini.

"Saya mau tahu: apakah sudah ada resolusi bagi Eropa untuk reforestasi atau mereka akan tetap mengganggu Brazil?" kata dia. Tragisnya, seperti dilaporkan Washington Post, Bolsonaro sendiri sempat dikritik karena menganggap penggundulan hutan Amazon adalah sesuatu yang normal.

"Deforestasi dan kebakaran takkan pernah berakhir," tuturnya, menanggapi laporan bahwa kerusakan hutan terparah dalam 11 tahun terakhir terjadi di bawah pemerintahannya. "Ini sifatnya kultural."

Menteri Lingkungan Hidup Chile sekaligus presiden KTT Iklim, Carolian Schmidt, mengakui bahwa "konsensus masih belum dicapai untuk meningkatkan ambisi ke level yang kita butuhkan". Ia pun mengimbau adanya "penguatan niat politik" untuk mencapai target. "Generasi yang baru berharap lebih dari kita," tuturnya.

3. Para aktivis menuntut tindakan nyata

Kecewa Hasil KTT Iklim, Sekjen PBB: Ini Peluang yang HilangAktivis perubahan iklim dari Greenpeace memasang spanduk di gedung kantor pusat Dewan Uni Eropa, menggambarkan gedung yang terbakar, menjelang KTT pemimpin negara Uni Eropa di Brussels, Belgia, pada 12 Desember 2019. ANTARA FOTO/REUTERS/Yves Herman

Apa yang ditunjukkan pemerintah bertolak belakang dengan kuatnya aksi perubahan iklim sepanjang 2019 ini. Bahkan, sebanyak kurang lebih 500.000 orang turun ke jalanan kota Madrid untuk menuntut negara bertindak nyata.

Chema Vera, Direktur Eksekutif Oxfam International, mengatakan KTT Iklim tahun ini tidak memenuhi ekspektasi. "Dunia berteriak agar ada aksi nyata, tapi KTT ini meresponsnya dengan sebuah bisikan," ucap Vera, seperti dilaporkan The Guardian.

"Negara-negara termiskin berlomba untuk keselamatan mereka, tapi banyak pemerintah yang hampir tak bergerak. Alih-alih berkomitmen terhadap pengurangan emisi yang ambisius, negara-negara berdebat soal hal-hal teknis."

Aktivis iklim dari Swedia, Greta Thunberg, pun menegaskan harapan masih ada, hanya bukan dari tempat-tempat yang selama ini dikira. "Para pemimpin kita tak bersikap seakan kita sedang dalam keadaan darurat," kata Thunberg saat berpidato di KTT Iklim.

"Ada harapan - saya sudah melihatnya - tapi itu tidak datang dari pemerintah atau korporasi. Itu datang dari masyarakat biasa."

Baca artikel menarik lainnya di IDN Times App, unduh di sini http://onelink.to/s2mwkb

Baca Juga: [BREAKING] Greta Thunberg Dinobatkan Jadi "TIME Person of the Year"

Topik:

  • Umi Kalsum
  • Dwifantya Aquina

Berita Terkini Lainnya