Khawatir Soal Keamanan, Warga Hong Kong Berburu Rumah di Malaysia

Sekitar 200 unit apartemen kini dimiliki warga Hong Kong

Kuala Lumpur, IDN Times - Sejumlah warga Hong Kong membeli tempat tinggal baru di Malaysia. Dalam dua bulan terakhir, dua agen real estate Malaysia menyebut ada sekitar 200 unit apartemen di negara tersebut dimiliki oleh pembeli dari Hong Kong.

Menurut laporan Reuters, ini terjadi karena rasa khawatir dan frustrasi terhadap ketidakpastian situasi politik di Hong Kong. Seperti diketahui, demonstrasi anti-pemerintah berskala besar mewarnai pulau itu sejak awal Juni lalu.

1. Salah satu target mereka adalah properti yang dikembangkan Tiongkok

Khawatir Soal Keamanan, Warga Hong Kong Berburu Rumah di MalaysiaANTARA FOTO/REUTERS/Edgar Su

Apartemen yang tergolong memberi daya tarik bagi warga Hong Kong adalah Forest City. Lokasinya berada di ujung selatan Malaysia dan rupanya dikembangkan oleh Country Garden Holdings yang merupakan perusahaan properti asal Tiongkok.

Berdasarkan laporan, jumlah pembelian terbaru meningkat hampir dua kali lipat dari total apartemen yang dimiliki oleh warga Hong Kong. Agen properti mengatakan Forest City sudah membuka kantor penjualan mereka di Hong Kong pada dua tahun lalu karena melihat potensi pasar di sana yang besar dan diprediksi tertarik untuk melirik tempat tinggal baru di Malaysia.

2. Mereka tidak membeli properti untuk investasi

Khawatir Soal Keamanan, Warga Hong Kong Berburu Rumah di MalaysiaANTARA FOTO/REUTERS/Ann Wang

Salah satu konsultan Forest City, Bruce Lee, mengatakan pembelian yang dilakukan oleh warga Hong Kong itu tidak ditujukan sebagai investasi, melainkan memang mereka ingin tinggal di Malaysia.

"Mereka adalah orang-orang yang sudah tahu soal proyek ini dan kemudian memberikan pertanyaan, tapi peristiwa itu memicu mereka untuk serius," kata Lee, merujuk kepada aksi unjuk rasa yang berlangsung lebih dari dua bulan. "Setiap akhir pekan orang-orang datang dan mengonfirmasi pembelian."

Baca Juga: Situasi Tak Menentu, Warga Hong Kong Berniat Hijrah ke Luar Negeri

3. Terjadi peningkatan dibandingkan tahun lalu

Khawatir Soal Keamanan, Warga Hong Kong Berburu Rumah di MalaysiaANTARA FOTO/REUTERS/Kim Hong-Ji

Dibandingkan tahun lalu ketika ada 193 pengajuan kepemilikan rumah oleh warga Hong Kong di Malaysia yang sudah disetujui, tahun ini jumlahnya meningkat menjadi 251. Harga properti Forest City yang terletak di Johor Bahru itu juga relatif lebih rendah dibandingkan di Hong Kong.

Terence Law, direktur senior proyek agensi Centaline Property di Malaysia, mengatakan kepada South China Morning Post bahwa satu unit apartemen di sana dihargai Rp1,4 miliar. Di Hong Kong, harganya bisa enam kali lipat untuk ukuran yang sama. Alhasil, ini kian memantapkan hati para pembeli. 

4. Semakin banyak warga Hong Kong ingin pindah ke luar negeri

Khawatir Soal Keamanan, Warga Hong Kong Berburu Rumah di MalaysiaANTARA FOTO/REUTERS/Thomas Peter

Berdasarkan sebuah survei yang dilakukan oleh Universitas Tiongkok di Hong Kong pada 2018, sebanyak 34 persen warga Hong Kong mengaku ingin hijrah ke luar negeri jika memiliki kesempatan. Dilansir dari Asian Nikkei, jumlah ini meningkat sebanyak 5,5 persen dibandingkan setahun sebelumnya.

Kemudian, 16,2 persen berkata tak hanya sekadar niat, melainkan sudah membuat rencana untuk pindah. Sebanyak 51 persen di antaranya berusia produktif yaitu mulai dari 18 hingga 30 tahun. Dari angka itu, 47,9 persen sudah mengantongi gelar sarjana.

Salah satu alasan utama mengapa mereka ingin tinggal di luar negeri berkaitan dengan situasi politik di Hong Kong. Setidaknya sejak 2012, Hong Kong kerap diwarnai oleh demonstrasi besar-besaran untuk melawan kebijakan pemerintah yang diyakini sangat kental dengan pengaruh Tiongkok.

5. Terjadi lonjakan permintaan layanan konsultasi imigrasi di Hong Kong

Khawatir Soal Keamanan, Warga Hong Kong Berburu Rumah di MalaysiaANTARA FOTO/REUTERS/Thomas Peter

Sinyal bahwa semakin banyak warga Hong Kong yang ingin menetap di luar negeri bisa juga dilihat dari melonjaknya klien agensi penyedia layanan konsultasi imigrasi di pulau itu.

Misalnya, seperti pengakuan Willis Fu dari Goldmax yang dikutip oleh The Guardian. Tahun ini perusahaannya menerima pertanyaan mengenai kepindahan ke luar negeri dua kali lebih banyak dibanding tahun 2018.

Selain itu, jumlah formulir asesmen yang diberikan warga kepada Goldmax biasanya adalah sekitar 30 sampai 40 per minggu pada Maret dan April. Ini kemudian melonjak sampai 70 per pekan pada Juni ketika demonstrasi berlangsung.

Formulir itu sendiri menjadi ukuran seberapa serius seseorang untuk hijrah ke negara lain.

Baca Juga: Twitter Hapus Ratusan Akun Palsu soal Hong Kong, Tiongkok Protes

Topik:

  • Anata Siregar

Berita Terkini Lainnya